Malam datang semakin larut. Nyanyian dan kepakan para nokturnal mengisi malam yang sunyi. Desiran angin menambah keabsolutan kesunyian malam. Menjadikan anak-anak manusia yang sedang terlelap semakin bergelung dalam selimutnya. Siapa pun tak akan ingin keluar di malam yang dingin dan sunyi ini, kecuali orang itu tidak cukup waras hingga memberikan kesempatan angin untuk menusuk-nusuk tulangnya.
Jika manusia wajarnya pada malam selarut ini sudah mengistirahatkan tubuh dan pikirannya, mempersiapkan lagi tenaga untuk menyambut esok hari. Berbeda dengan pemuda pirang yang kini sedang bergerak-gerak gelisah di atas kasur di menaranya.
Tidak salah jika kita menyebut menara yang ia tempati sekarang adalah menaranya. Tugas menjadi Head Boy dan Head Girl yang tidak ringan itu memberikan mereka beberapa keuntungan, salah satunya adalah mereka mempunyai menara sendiri untuk tempat tinggal selama di Hogwarts.
Head Girl Hogwarts tahun ini, sudah bisa ditebak, adalah Hermione Granger. Dan dia cukup sadar untuk tidak meninggalkan kedua sahabat kesayangannya di asrama Gryffindor. Sudah menjadi kebiasaannya untuk mengecek pekerjaan rumah kedua bocah itu atau pun mengingatkan mereka tentang kewajiban yang harus mereka selesaikan. Juga menghentikan mereka jika sudah cukup gila hingga hampir menghancurkan ruang rekreasi asrama. Jadi, dengan alasan segala bentuk tanggung jawabnya, ia tetap tinggal di Menara Gryffindor.
Jadilah sekarang Menara Head hanya dihuni oleh Draco Malfoy seorang. Ia sudah seperti mempunyai menara pribadi. Sudah bisa ditebak, semakin congkak saja ia.
Di atas kasur empuknya, Draco kini sedang bergulung ke kanan dan ke kiri. Mencari posisi ternyaman agar ia bisa segera menutup matanya.
Sia-sia, Draco. Kau tidak bisa tidur karena pikiranmu itu yang kacau. Seberapa kuat kau menutup mata pun jika pikiranmu masih saja berlarian ke sana-sini pasti tidak akan ada gunanya.
Draco sedang gelisah. Lebih tepatnya ia kini tak bisa mengalihkan pikirannya dari Menara Astronomi. Tempat di mana ia dan Potter beberapa waktu yang lalu menghabiskan waktu bersama.
Setelah percakapan keduanya mengenai tongkat Draco, percakapan itu kembali berlanjut hingga beberapa saat. Dimulai dengan Potter yang menanyakan keadaan keluarga Malfoy setelah perang karena ia tidak cukup mengikuti berita yang beredar, Draco yang menanyakan mengapa Potter sangat menyukai langit malam yang dijawab oleh Potter tentang kesulitan tidurnya dan kedamaian yang ia dapatkan ketika melihat langit yang tenang dengan dihiasi taburan bintang serta bulan yang bersinar, hingga mereka membicarakan beberapa teman mereka yang memilih tidak atau pun kembali lagi ke Hogwarts setelah perang. Walaupun tentu saja masih dibumbui dengan beberapa kalimat cibiran, tetapi percakapan mereka mengalir begitu saja. Percakapan itu diakhiri dengan Potter yang mengeluhkan bahwa ia sudah cukup mengantuk hingga tidak bisa lagi mencerna kata-kata yang Draco ucapkan.
Apa ini, kenapa aku terus-terusan memikirkannya?
Percakapan keduanya memang telah berakhir beberapa waktu lalu, tetapi Draco tidak bisa berhenti memikirkannya. Ia benar-benar tidak menyangka. Tidak pernah sekali pun terlintas di pikirannya bahwa ia akan bisa bercakap-cakap dengan Potter layaknya teman lama. Tanpa acungan tongkat dan perang mantra.
Juga ada satu hal lagi yang sangat mengganggu pikirannya, yaitu tawa dan senyum Potter. Ia benar-benar dibuat gila. Ia baru menyadari bagaimana bisa tawa seseorang bisa terdengar merdu. Dan senyum seseorang bisa membawa candu. Terlebih seseorang itu adalah Potter. Draco benar-benar tak habis pikir.
Selama ini Draco pikir dengan mengejek dan menggoda Potter adalah hal yang paling menyenangkan baginya. Ternyata mendengar tawa dan melihat senyum Potter jauh lebih menakjubkan sekarang rasanya. Kesenangan yang dihasilkan oleh keduanya berbeda, dan Draco lebih menyukai hal yang kedua. Jadi, apakah tindakannya selama ini yang menyebalkan kepada Potter adalah suatu kesalahan? Apakah ia telah melewatkan sesuatu yang berharga selama ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Astronomy Tower
FanfictionKehidupan setelah peperangan menunggu mereka semua. Harry Potter, pemuda yang dielu-elukan oleh seluruh kalangan penyihir di Britania Raya itu kini justru menemukan kegelisahannya sendiri. Pertanyaan-pertanyaan yang selalu bersarang di kepalanya. Ke...