Part 6

1 0 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Tadi setelah selesai gereja, aku, juga mama dan papaku langsung kembali pulang ke rumah. Aku hendak turun ke bawah, tapi saat aku membuka pintu sudah ada seorang laki-laki yang berdiri di depan pintu kamarku. Dia baru saja mau mengetuk pintu kamarku, tapi pintunya sudah lebih dulu terbuka.

"Astagaa!", kata pertama yang keluar dari mulutku ketika aku membuka pintu kamar. "Alex! Ngagetin aja lo", ucapku.

"Hehe, sorry", balasnya dengan tertawa. Iya, orang itu adalah Alex.

"Mau minum gak?", tanyaku sambil menutup pintu kamar.

"Boleh, orange juice satu ya mbak", jawabnya.

"Ngelunjak lo ya. Pergi gak?", sahutku.

"Iya iya, maaf ya tuan putri", balasnya sambil menepuk lembut puncak kepalaku. Jantungku tiba-tiba berdegup kencang dengan perlakuannya yang tiba-tiba itu.

"Ya udah, tunggu bentar ya", kataku ketus, sambil berlalu turun ke bawah sedangkan Alex menunggu di ruang belajar di lantai 2.


Setelah aku kembali ke lantai 2, aku melihat dia duduk melantai sambil bersandar di bagian bawah sofa dan bermain game. Aku pun menaruh nampan yang berisi minuman kami berdua di atas meja, lalu aku ikut duduk melantai di sampingnya. Aku langsung mengambil minumanku sambil melirik handphonenya Alex yang sedang ada pertempuran yang sengit.

"Yah mati", ucapku ketika melihat karakter gamenya mati dibunuh. Alex hanya melirikku sekilas lalu langsung mengambil minumannya.

"Yah kalah lagi", ucapnya ketika timnya kalah tidak lama setelah karakter gamenya mati. "Gara-gara lo sih gue mati tadi", lanjutnya lagi. Aku langsung melemparkan tatapan tajamku padanya.

"Nggak nggak, bercanda kok", ucapnya cepat sambil nyengir.

"Jadi.. ada yang ingin lo ceritain?", tanyaku ragu-ragu. Sebenarnya takut juga aku mau tanya soal dia kemarin.

"Oh iya, gue udah janji ya mau cerita hari ini", jawabnya. "Jadi, kemarin kan gue jalan sama dia. Terus katanya dia pengen belanja baju, jadi gue temenin. Setelah itu kita mampirlah di cafe kan buat ngobrol", jelasnya. Aku hanya diam mendengarkan.

"Pas ngobrol itu gue tanya kalau dia punya pacar atau nggak". Dia memberi jeda sedikit. Setelah menarik nafas, dia melanjutkan ceritanya, "dan jawabannya, punya", lanjutnya sambil menunjukkan senyum terpaksanya padaku. Akhirnya rasa penasaranku atas ekspresinya kemarin terjawab juga.

"Kok bisa sih dia punya pacar tapi mau jalan sama cowok lain? Hitungannya itu selingkuh nggak sih?", sahutku.

"Katanya sih dia udah bilang ke pacarnya kalau mau jalan sama gue kemarin. Mungkin pacarnya percaya sama dia", jawabnya. "Oh iya, by the way, mereka ldr", lanjutnya. Aku hanya terdiam.

"Nggak tahu harus respon apa sih gue", balasku.

"Iya nggak apa-apa kok. Dengan lo dengerin cerita gue aja gue udah seneng", ucapnya.


Setelah mendengar ceritanya kemarin, kami lanjut membicarakan berbagai hal. Sampai kami tidak sadar ternyata waktu sudah menunjukkan pukul setengah 7 malam.

"Lo mau pesan makanan nggak?", tanyaku pada Alex.

"Emang tante nggak masak?", tanyanya balik.

"Ada sih", jawabku sambil tetap melihat-lihat restoran mana yang harus aku pilih.

"Kenapa nggak makan di bawah aja?", tanyanya lagi.

"Nggak apa-apa, lagi pengen pesan makanan aja sih", jawabku tanpa mengalihkan pandanganku dari layar handphone.

Me and My Broken Heart [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang