Braak!!
Suara benturan yang sangat keras nyaris menyita perhatian semua orang. Semua langsung beranjak berdiri, kedua bola mata mereka terfokus kepada seorang gadis yang sudah tersungkur kelantai.
"Aaw, sa-kit."
Dengan posisi badan yang masih tengkurap, Lea berusaha menyisihkan sebagian rambut yang sudah menutupi seluruh wajahnya. Bola matanya langsung terbuka lebar menatap semua objek di depan nya.
Mama Lenka langsung bergegas menghampiri Lea dan membantu nya berdiri. "Hati-hati."
"Kaki Lea kesandung, Ma." Ucap Lea sambil mengelus ngelus lututnya yang sakit.
Dibalik wajahnya yang cengengesan menahan malu, ia masih tetap berusaha tersenyum sambil menyapa orang sekitar.
Seketika semua orang mempertanyakan penampilan Lea yang begitu minim, memakai pakaian putih dan rok abu abu di atas lutut. Bahkan ada sebagian yang menggunjing.
Bima, salah satu sahabat Bilal juga ikut menggunjing penampilan Lea. "Ha? Masa iya Bilal mau sama gadis yang dandanan nya, na'uzubillah kayak gitu?"
"Iya ya! Bilal kan religius banget. Kalo kayak gini kasian Bilal nya." Sambung Ilham.
"Hus, nggak boleh ghibah." Deren menyelah omongan teman temannya.
"Ayo Ikut Mama! Kamu harus ganti baju dulu," Mama Lenka langsung menarik paksa tangan Lea.
"Ini ada apa sih Ma, kok rame banget?" Tanya Lea penasaran.
"Nanti, Mama jelasin di kamar." Lanjut Mama Lenka.
Di kamar, Mama Lenka sudah menyiapkan pakaian untuk anaknya. Ia menyodorkan gamis berwarna pink untuk Lea.
"Ini semua ada apa sih Ma? Kenapa diluar rame banget banyak orang orang? Terus kenapa Lea harus dandan kayak gini?"
"Kamu pakai dulu gamis ini! Nanti kamu bakal tau sendiri."
"Jelasin ke Lea dulu, Ma?"
"Mama mau jodohin kamu sama Bilal anak temen Mama! Yang tadi pakai jubah putih, ganteng kan?" Mama Lenka memegang kedua pundak Lea dengan lembut.
Bilal Abidzar Al Rasyid
Memiliki senyum manis, tatapan sendu, kulit putih, hidung mancung, badan tegap dan tinggi sekitar 175 cm, usia Bilal selisih sekitar 5 tahun dengan Lea.
Anak seorang Ulama besar Khalid Al Rasyid pemilik pesantren terkenal di Bogor, kehidupannya sangat religius dan sangat taat beragama, Bilal setiap harinya mengajar anak anak di pesantren Ar Rasyid.
Abi Khalid dan Umi Asma berniat menjodohkan Bilal dengan Lea, karena mereka merasa tersentuh dengan kehidupan Lea sekaligus ingin mempererat tali persahabatan antara Umi Asma dan Mama Lenka.
Bilal tidak merasa keberatan dengan perjodohan ini, ia juga tidak pernah bertanya alasan kenapa orang tuanya menjodohkan dia dengan Lea yang pergaulannya sangat berbeda dengan keluarganya, karena dia tau orang tuanya pasti jauh lebih tau yang terbaik untuknya.
"Mama udah gila ya, Lea aja baru selesai ujian loh Ma, lagian Lea juga nggak kenal sama si Bilal itu." Tegas Lea menghempaskan badannya di kasur.
"Kamu tenang aja, Bilal itu anak baik baik. Orang tuanya juga pemilik pesantren Al Rasyid dan in syaa Allah Bilal nantinya bisa jadi imam yang baik buat kamu. Mama juga udah bersahabat lama sama orang tuanya."
"Alah anak baik baik, namanya juga laki laki awal nya doang baik, ujung ujungnya pasti kayak D*jj*l."
"LEA."
"LAH, KAN EMANG BENER."
"JAGA MULUT KAMU," Mama Lenka mengacungkan jari telunjuk ke wajah Lea.
"Pokoknya Lea nggak mau nikah."
Mama Lenka menatap tajam dengan bibir yang gemetar. "Kamu harus terima perjodohan ini, kalau nggak?"
"Kalau nggak apa?"
"Jangan harap kamu bisa ketemu lagi sama Mama."
"Nggak bisa gitu dong Ma, Mama nggak bisa ngambil keputusan sepihak kayak gini dong?"
"Ini baju kamu, Mama tunggu kamu dibawah," Mama Lenka bergegas meninggalkan kamar anaknya.
"Ma."
Urat urat dilehernya mulai terangkat. Nafasnya mulai bergerak tidak beraturan. Badannya langsung menunduk dengan air mata yang langsung menetes dengan cepat. Kedua tangannya terkepal hebat, memukul mukul kasurnya dengan penuh amarah yang semakin bergejolak.
ARGH
"BR*NGS*K."
°°°
Terima kasih sudah membaca!
Jangan lupa Vote dan comment ya!
Sampai ketemu lagi di part selanjutnya!
Love you 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentara Untuk Zaujaty [On Going]
أدب المراهقين"Ini kisah tentang seorang anak perempuan yang di paksa menikah di usia yang masih sangat muda." Kita tidak pernah tau kehidupan kedepannya seperti apa. Bahkan satu detik kedepannya pun kita tidak akan pernah bisa menebak. Tugas kita sebagai seorang...