H-27

1.1K 105 26
                                        

Sehari setelah semua kembali ke rumah dan kini Madha menjadi penanggung jawab adik-adiknya selama orang tua mereka pergi. Namun sudah menjadi hal biasa baginya, karena memang sesering itu sang ayah pergi.

Pagi ini Efan dibantu oleh Abra untuk menghirup udara bebas di taman komplek. Sedang untuk yang lainnya sudah kembali ke rutinitasnya dan hanya ada Abra di rumah.

"Kenapa sih lo itu selalu bikin masalah Fan? Baru 2 minggu yang lalu lo keluar RS gegara tawuran sama anak SMK ya. Sekarang apa lagi ini? Kasian bonyok dek." ucap Abra sambil menyuapkan bubur untuk sang adik.

"Nggak tau mas, sebenarnya gue juga kasihan tapi kalo nggak berantem serasa nggak seru hidup gue. Kayak ada yang kurang."

"Gila lo! Bener-bener udah nggak beres otak lo!"

Abra tak habis pikir, bisa-bisanya berantem jadi hobi Efan. Kalo hobi kaya Saga mah di dukung-dukung aja, nah kalo hobi Efan emang buat jantungan bisanya.

"Kalo hobi berantem kenapa dulu nggak lanjut jadi atlet aja? Kan sama-sama berantem tuh?"

Dulunya memang Efan adalah atlet karate dan sudah beberapa kali mengikuti perlombaan tapi entah mengapa ia tiba-tiba mengundurkan diri dengan alasan capek berantem padahal setelah itu kerjaan Efan hanya berantem, bantu-bantu anak SMA yang tawuran sama SMK.

"Nggak mau ah, banyak drama, mending yang freestyle  aja lebih menantang." Jawabnya sambil terkekeh.

"Pala kau freestyle!"

Kali ini Abra mengajak Efan untuk jalan-jalan karena anak itu sedikit sulit makan, obat-obatan yang akan Efan minum juga ia bawa dan untung saja pagi ini ada penjual bubur ayam yang sudah buka.

"Udah ah mas, enek. Dari abis kecelakaan kayak makanan yang gue makan nggak enak semua." Keluh Efan yang baru makan beberapa suap.

"Iya nggak papa, nanti makan lagi. Lusa kalo check-up biar dikasih penambah nafsu makan ya. Ni diminum obatnya."

Efan meminum pil yang disodorkan sang kakak dengan ogah-ogahan. Baru beberapa hari minum obat rutin tapi terasa sudah capek apalagi dia tipe yang pelupa, jika tak diingatkan mungkin dia sudah banyak tertinggal jadwal minum obat.

"Pulang yuk mas, lemes." Abra setuju dan membawa Efan pulang dengan hati-hati. Jalanan perumahan temanya mereka tinggal memang sudah bagus, tapi sebagus apapaun aspalnya jika di dilewati kursi roda pasti akan ada guncangan dan jika guncangannya terlalu keras maka rasa sakit di kaki Efan semakin menjadi apalagi kepalanya yang sering dikeluhkan pusing.

_-_-_-_-_-

Yang pertama kali sampai rumah adalah Nara, ia sampai rumah sekitar pukul 11 pagi dengan muka sok capeknya.

"Huhh!!! Capek banget hari ini. Serasa otak gue keperes semua isinya." Keluh Nara setelah menghempaskan tubuh di sofa ruang tengah. Disana juga ada Efan yang tengah bermain ponsel.

"Baru juga jam 11 dek, anak TK aja belum pulang dan lo udah sengeluh itu?"

"Tapi beneran mas, secapek itu. Kalo jam nya full kayak anak SMA mungkin udah mati duduk ni gue"

"Drama banget lo, jadi tau kan kenapa gue nggak lulus-lulus? Ya itu alasannya." jawab Efan dengan bangga.

"Ya masa gue harus nerusin jejak lo, ya nggak lah. Sebandel-bandelnya gue masih ada lo yang lebih bandel ya mas."

Setelah perdebatan panjang, Nara menghela nafas. Sebentar lagi anniversary-nya bersama sang kekasih dan dia masih belum menyiapkan hadiah. Nara menjelajahi online shop melihat-lihat apa yang bisa ia beri yang lucu dan penuh makna. Sama hal nya dengan Kala yang begitu bermakna untuk  Nara.

Saat sedang serius-seriusnya mencari kado, Tiba-tiba Efan mengagetkan Nara dengan melempari anak itu bantal.

"Kenapa sih mas, kan bisa manggil nggak perlu lempar-lempar!" ucap Nara sedikit kesal.

"Udah gue panggil dari tadi tapi lo nya nggak nyaut." Balas Efan dengan wajah kesal.

"Ya maaf, nggak denger. Kenapa?"

"Nanti sore jalan-jalan yuk, gue mau lihat matari terbenam di danau deket taman tapi jangan bawa ini ya. Gue kayak orang cacat kalo pakek itu. Pakek kruk aja, gue udah kuat kok. " Pintanya dengan menunjuk kursi roda yang tak jauh dari dirinya. Karena Efan sedang duduk di sofa dekat Nara.

"Iya terserah kalo udah kuat. Nanti gue bilang sama abang." Mendengar hal itu Efan sangat senang. Karena tak terbiasa berdiam diri di rumah selama ini jadinya rasa bosan terus datang pada Efan.

_-_-_-_-

Sore harinya Efan kembali badmood karena tak diijikan ke taman jika tak menggunakan kursi roda. Hal ini berawal saat siang tadi dirinya berjalan menggunakan kruk dan alhasil dirinya malah terjatuh karena tubuh yang masih lemas.

Jatuhnya tak fatal tapi cukup membuat noda merah di kepala Efan kembali. Abra langsung membawa Efan ke klinik terdekat dan untung saja tak apa. Dan sore ini Efan memaksa untuk pergi ke taman. Abra memperbolehkan asal tetap menggunakan kursi roda dan ada 4 adiknya yang ikut menemani Efan.

Tak ada yang spesial sebenarnya, yang mereka lakukan hanya melihat Efan yang tengah mengamati bagaimana matari itu tenggelam dan saat langit sudah gelap mereka segera pulang.

"Dek, gue ngelupain sesuatu nggak sih? Kenapa setelah kecelakaan jadi aneh ya? Kayak ada yang hilang tapi apa gue nggak tau." Ungkap Efan yang duduk di baris kedua dalam mobil. Yang menyetir Chaka sedang di samping kemudi apa Nara. Saga dan Raka ada di sisi Efan.

"Perasaan lo aja kali mas, perasaan gue enggak tuh, lo sama aja nggak ada beda." Balas Nara.

Sebenarnya memang ada yang Efan lupakan, yaitu masa kecil mereka dulu. Bahkan sebelum ini Efan dan adik-adiknya tak terlalu dekat. Ya bersyukur nya malah setelah kecelakaan Efan jadi lebih dekat ke adik-adiknya.

"Eh, Na! Darah!" Chaka menghentikan mobilnya mendadak, untung saja tak ada kendaraan lain di belakang. Ia segera membantu Nara menghentikan darah yang terus mengalir itu, untung saja Chaka dulu pernah ikut PMR meski hanya sebentar tapi dia taulah dasar-dasarnya.

"Udah bang, makasih." Ucap Nara yang masih menutup hidungnya. Yang lain juga tak kalah khawatir dengan kondisi Nara.

"Kayaknya besok pas gue Check-up sekalian periksa deh dek, mungkin efek alergi lo masih belum beres."

"Iya mas, besok gue ikut kok. Kayaknya juga emang lagi kecapean." Ucapnya menenangkan yang lain dan meminta Chaka segera menjalankan mobil untuk segera kembali ke rumah.

Selain itu kepalanya juga terasa sangat pusing. Sepertinya anemia-nya semakin parah. Dia harus cepat pulang dan meminum obat tambah darah. Nara sedari dulu memang selalu gampang sakit, tubuhnya yang kurus dan kulit putih membuat dirinya nampak penyakitan, tapi sungguh Nara sehat hanya saja mudah lelah.

🌚🌚🌚🌚

Jadi nggak tega buat dia sakit.
Mau siapa nih yang dibuat sakit.
Sick banget deh kali ini☺

Maaf ya banyak typo
Sampai jumpa lagi🥰🥰

Bye" Sama sayang, Kinm🥰

Rumah Terakhir (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang