"Jika waktu bisa diulang, maka akan ku minta hari ini sebagai pengulangan."
~RumahTerakhir~
🍀🍀🍀
"Efan!!"
Yang memiliki nama tersebut langsung membuka mata, ditengah sakit kepala dan ngilu sekujur tubuh ia mencoba bangun meski setelahnya ditahan oleh Madha.
"Ma..." Chaya yang terpanggil segera mendekati sang putra, ia terperanjat saat melihat banyaknya luka yang putranya dapatkan. Perlahan ia mengelus surai legam milik Efan.
"Maaf, udah bikin Mama khawatir." lirih Efan.
Chaya menghela nafas, "kamu itu. Udah tau mamanya gampang panik malah dibikin olahraga jantung tiap saat. Kamu kira dengan kamu sok kuat gini buat mama bangga? Enggak Fan. Ah, kamu mah. Mainnya ke RS Mulu!"
"Maaf mah, kan mas udah minta maaf." Efan menunduk tanpa jika ia benar-benar menyesal.
Chaya mengangguk, "Mas, mamah mau pergi ikut papa ke luar kota. Nggakpapa ya? Ada Abang Abra baru pulang, nanti Mas sama Abang-abang di rumah. Nggakpapa ya?"
"Iya mah, nggakpapa. Berapa lama?"
"Satu bulan paling lama. Semoga urusan papa cepet selesai dan bisa cepet pulang." jawab sang ibu yang sebenarnya dia juga tak tega meninggalkan putranya dalam keadaan sakit.
"Berangkatnya kapan?" Tanya Efan lagi, bahkan dia tak sadar jika sang ibu hanya berdiri sejak tadi.
"Hari ini jam tiga sore. Maaf ya Mas."
"Nggakpapa, aku udah terima kasih kok malah mau nyempetin ke RS dulu. Mamah istirahat aja, aku juga mau tidur lagi. Kalau mamah mau pergi bangunin aku ya mah?" Chaya mengangguk, mengusap lembut surai sang putra sampai Efan terlelap.
🍀🍀🍀🍀
Tidak terasa hari telah gelap dan entah mengapa ruang rawat Efan telah penuh dengan para saudaranya. Tadi saat kedua orangtuanya pergi Efan dibangunkan untuk berpamitan, mungkin itu menjadi salah satu alasan mengapa anak itu sudah tidur sejak setelah isya' tadi.
Di ruang rawat yang cukup luas ini, nampak jelas terlihat bagaimana para abang-abang yang masih fokus pada pekerjaannya masing-masing yang sengaja mereka bawa ke Rumah sakit, hitung-hitung bisa sekalian menjaga saudara bengalnya.
Nara dan Saga baru saja kembali dari mushola rumah sakit. Sebenarnya sudah dari tadi tapi karena saga ingin bermain sebentar dengan anak-anak di bangsal anak jadi ya Nara mendampingi si bungsu.
"Lama banget dek, ngapain aja disana?" tanya Madha sembari menutup laptopnya, ia berjalan dan duduk di ujung sofa.
"Tadi banyak anak yang minta di temenin, jadi aku ajak main. Kasian bang, mereka takut di suntik." Tutur Saga dengan tangan mencomot cake di atas meja.
"Jangan banyak-banyak makan cake-nya, kamu belum makan malam. Makan dulu sana udah Abang beliin makanan." Titah Abra tanpa melirik adiknya sama sekali, kali ini Abra benar-benar sibuk dan mungkin masih lelah setelah perjalanan jauh.
Saga menurut, ia mulai memakan makan malamnya di samping Raka yang sudah tertidur pulas dan Madha yang sibuk mengawasi acara makan malamnya. Sedangkan Nara duduk di sofa single, bermain ponsel dengan telinga yang tersumpal airphone.
"Huuhhh ... Uhuk! Uhuk!" Tiba-tiba saja Nara terbatuk, bahkan batuknya intens tak henti sejak beberapa menit yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Terakhir (On Going)
Fanfiction"Bang, vonis dokter udah keluar." "Dokter bukan Tuhan. Jangan terlalu percaya, berobat ya?" . . . "Jangan nyerah dulu Mas, kan kita belum ketemu dia. Katanya mau balas dendam dulu baru mati!" . . . "Happy anniversary sayang, terima kasih udah nemeni...