Setelah mengerjakan tugas yang entah apa hasilnya, saat ini Nara sedang duduk di teras rumah. Lemon tea dingin yang baru saja ia beli di rumah makan dekat rumah masih tersisa banyak. Sesekali ia menyeruput minuman itu sambil melihat sekeliling.
Banyak tanaman bunga milik sang bunda, apa lagi Bungan mawar. Chaya suka sekali dengan mawar merah, katanya sih mawar merah adalah bunga yang di bawa sang papa untuk melamarnya. Ya, Nara cukup bisa menerima alasan itu. Tapi entah mengapa ia juga suka mawar merah.
Sama halnya dengan sang papa, Nara pun menyatakan rasa suka kepada sang pacar juga dengan bunga mawar merah. Bahkan bunga itu lebih spesial lagi karena di petik langsung oleh Nara di taman Bunga sang mama, pastinya sudah ijin dulu.
Niskala Bhanumati adalah gadis yang memiliki kulit putih dan wajah mungil yang sudah menemani dirinya hampir 2 tahun ini. Tepatnya kurang satu bulan lagi. Ya, Nara dan Kala sudah menjalin hubungan sejak duduk di bangku SMA, namun mereka sudah kenal sejak SMP.
Ayangku
Ay, nanti malem jadi keluar nggak?Me
Kayaknya nggak jadi, nanti malem Mas Abra pulang. Bisa disembelih aku nanti Ay.Ayangku
Yah, jangan dong Ay.
Masa pacarku jadi kambing guling🥺Me
Makanya entar malem nggak bisa keluar, kalau kamu jadi keluar hati-hati ya Ay.Ayangku
Nggak ada kamu nggak seru Ay.
Kapan-kapan juga kita bisa kumpul.
Yaudah Ay, mau bantuin mami dulu. Bye sayangnya Kala😘Me
Okay deh Ay.
Bye juga punyanya Nara😍Melihat chat room dirinya dengan Kala rasanya geli sendiri. Memang sih, kata teman-temannya dirinya terlalu bucin. Tapi apa boleh buat, pas ketemu Kala dunia kaya milik mereka berdua. Klop banget kalau jadi pasangan. Si Kala bucin abis tambah si Nara yang lebih ambis.
Malam ini ada agenda kumpul alumni SMA. Bukan karena tak boleh oleh mas-nya, tapi lebih menghargai saja. Ia tahu banget rasanya pulang ke rumah di saat rumah kosong. Lebih baik ia menyambut Mas Abra, syukur-syukur dapet pemasukan.
"Assalamualaikum, adek pulang." Salam seorang anak yang memakai baju putih abu-abu. Dia baru saja memarkirkan motor Scoopy merah di depan garasi.
"Wassalamu'alaikum," jawabnya sambil mengulurkan tangan dan diterima dengan senang hati oleh sang adik.
"Sendiri aja. Saga mana?" tanya Nara lagi dengan mengulurkan minuman dingin miliknya.
"Gue air putih aja bang. Adek lagi ngerjain hobinya." Nara mengangguk memerhatikan Raka yang meminum air di botol yang ia bawa ke sekolah tadi.
"Ekschool apa dia?"
"Olimpiade mas, Saga demen banget main begituan. Udah jadi hobi, gue aja capek liat dia belajar mulu!" Raka menghela nafas, lalu duduk di bangku sebrang Nara.
"Ya entahlah, adek Lo itu nurun siapa pinternya." Gumamnya sambil meneguk minuman sampai tandas.
"Mas, dia masih gangguin Lo?" Tanya Raka.
Nara yang mendengar itu langsung menatap sang adik lekat.
"Lo jangan ikut campur Ka. Biar ini jadi urusan gue. Gue Abang Lo dan gue bisa nyelesain ini sendiri." Tegas Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Terakhir (On Going)
Fanfiction"Bang, vonis dokter udah keluar." "Dokter bukan Tuhan. Jangan terlalu percaya, berobat ya?" . . . "Jangan nyerah dulu Mas, kan kita belum ketemu dia. Katanya mau balas dendam dulu baru mati!" . . . "Happy anniversary sayang, terima kasih udah nemeni...