Part 2

140 11 0
                                    

Setelah waktu itu Wonji tak bisa bertemu dengan Hanryu, ia kembali ke rumah untuk berkemas dan menghabiskan waktu bersantai sebelum mendapat pembelajaran langsung dari ayahnya. Dia bahkan sudah mendapat buku tentang list apa saja yang harus dia lakukan dan apa saja yang harus ia hindari.

Hari masih pagi saat Wonji berdiri dengan setelan kemeja di ruang makan. Ayahnya datang dengan seorang pria berambut perak yang menggunakan bedrobe warna hitam. Rasanya Wonji seperti mengulang saat ia kecil. Sosok di depannya itu masih terlihat sama seperti ingatannya. Ia terpukau untuk sesaat sebelum menyadari tatapan terkejut dari sosok itu.

"Kau siapa?" Ada nada tak suka yang terdengar jelas.

"Dia anak bungsu saya, tuan.." Mujin membuka suara sebelum terjadi kesalah pahaman.

"Anakmu?" Kening Hanryu mengkerut. Ia mengamati wajah Wonji yang sama sekali tak mirip dengan Mujin. "Dia tak mirip denganmu."

Mujin tersenyum kecil. "Dia lebih mirip pada kakek istri saya.."

Hanryu duduk di meja makan. "Suruh dia pergi. Aku tak suka wajahnya."

Terjadi keheningan sesaat di ruangan tersebut. Wonji yang mendengarnya pun merasa tak terima dan mengetahui bahwa orang bernama tuan kang tersebut suka berlaku seenaknya.

"Tapi tuan.." Mujin ingin menjelaskan. Hanryu bukan tipe orang yang tiba-tiba menyuruh orang pergi karena wajahnya. Terutama keturunan Nam. "Dia adalah orang yang akan menggantikan saya."

Hanryu mulai memakan sarapannya. "Suruh saja anak ke dua mu."

Walaupun Mujin tak tau alasan pastinya, tapi dia tak bisa menolak jika itu perintah dari Hanryu. "Baik, saya akan mengganti anak ke dua—"

"Tidak ayah." Wonji memotong perkataan ayahnya. Pria itu melangkah mendekat dan berdiri tepat disebelah Hanryu. "Aku yang akan tetap bekerja di sini."

Hanryu menoleh dan pandangan matanya bertemu dengan Wonji. Melihat hal itu, Mujin pun memukul kepala Wonji dan menyuruhnya untuk membungkuk. "Maafkan saya. Saya akan mendidiknya lebih baik." Mujin meminta maaf atas kelancangan anaknya.

"Tidak. Ini bukan salah ayah." Wonji kembali menegakkan tubuhnya tapi Mujin kembali mendorong tengkuknya hingga membungkuk.

Hanryu menatap Wonji sejenak. "Berapa umurnya?"

"Bulan kemarin dia genap berusia 28 tahun." Jawab Mujin.

"Bawa dia keluar. Aku tak ingin melihatnya."

Mendengar kalimat pengusiran, itu membuat Wonji tak terima. Ia mengepalkan tangannya. Ini pertama kalinya ia ditolak hanya karena seseorang tak suka wajahnya. Apakah dia seburuk itu? Tapi banyak wanita yang selalu memujinya.

"Maafkan saya!" Wojin masih menunduk dan sekarang meminta maaf. Dia tak bisa keluar begitu saja dengan harapan tinggi yang selama ini ayahnya tanamkan padanya. "Saya telah tidak sopan. Saya mohon berikan kesempatan pada saya."

Hanryu bangkit dari duduknya dan berdiri di hadapan Wonji yang masih membungkuk. "Kalau begitu tetap membungkuk hingga aku menyuruhmu berhenti." Pria itu melangkah pergi. "Mujin, aku mau keluar.."

Mujin melihat anaknya yang masih membungkuk. "Baik, saya akan menyiapkannya."

Di dalam mobil, Mujin melirik Hanryu yang hanya diam. "Apakah ada alasan kenapa anda tidak menyukainya?" Mujin tau ini bukan ranahnya, tapi ia penasaran.

"Kakek istrimu. Apa dia masih hidup?" Hanryu tak menjawab pertanyaan Mujin. Satu alasan pasti kenapa Hanryu tak menyukai Wonji saat pertama kali melihatnya. Itu karena wajah Wonji mengingatkannya pada gumiho itu.

[BL] My Master is Gumiho | BxB MPREGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang