ALYNE - 18

141 9 1
                                    

@ellaaiii_


Happy Reading!!

Cuaca mendung dengan awan gelap yang memenuhi langit—pertanda akan datang hujan nyatanya tak dapat menyampaikan pesan kepada Rangga bahwa kota akan segera diguyur hujan deras dengan petir dan suara gemuruh dari langit. Sesuai ramalan cuaca, hari ini akan datang hujan badai.

Mengabaikan berapa jauh ia menempuh perjalanan, cowok dengan balutan seragam yang berantakan itu semakin melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Melewati hutan belantara dan pohon-pohon tinggi di setiap jalan.

Sudah tiga hari sejak Alyne membatalkan kencan mereka dan berkata akan mengunjungi omanya. Dan sejak saat itu juga Rangga tidak mendapat kabar apapun dari gadis tersebut.

Saat bertanya kepada teman-temannya pun mereka juga mengatakan hal yang sama, tidak mendapat pesan atau kabar dari Alyne.

Pencariannya selama tiga hari ini tidak membuahkan hasil. Bahkan saat datang ke rumah oma Rastin, beliau juga mengatakan Alyne sudah pulang di hari yang sama saat Rangga mendapat kabar terakhir darinya.

"Kakak harus cari Alyne sampai ketemu, bunda khawatir dia kenapa-kenapa."

Bunda Lina menggenggam erat tangan Rangga, memohon dengan suara serak akibat tangisan yang berlebih.

"Bunda minta tolong ya kak?"

"Baru kali ini Alyne nggak kasih kabar apa-apa ke bunda, dia pasti lagi ada masalah sama orang tuanya. Bunda jangan khawatir, nanti kakak cari sama temen-temen yang lain. Bunda dirumah aja, istirahat ya?"

Rangga memeluk wanita terkasihnya, berharap bundanya tidak khawatir berlebih hingga jatuh sakit karena melewatkan makan.

Benar. Seharusnya Alyne sudah memberi tahu bunda Lina jika ia sedang ada masalah, seperti yang biasa gadis itu lakukan.

Rangga memelankan laju motornya saat sebuah cottage tua terlihat oleh pandangannya dari kejauhan. Tepat saat angin dingin berhembus kencang, ia memarkirkan motor di depan bangunan sederhana tersebut.

Walaupun kecil kemungkinan Alyne ada disana, Rangga tetap ingin masuk dan mengeceknya langsung ke dalam.

Deru napas berat yang terdengar menandakan bahwa Rangga sudah cukup lelah oleh perjalanan yang menghabiskan banyak waktu. Sebab, ia sudah mencari ke beberapa tempat sebelum kesana sepulang sekolah tadi.

Dengan hati yang terus berharap, Rangga membuka pintu menggunakan kunci cadangan yang diberikan Alyne.

Sering pergi dan menghabiskan waktu bersama disana membuat Alyne berani menaruh kepercayaan kepada Rangga, alasannya karena ia sering kali lupa meletakkan barang-barang miliknya

Gelap.

Udara lembab serta aroma kayu yang  kuat menyambut kedatangan Rangga, dengan berbekal senter dari ponsel ia mencari saklar lampu dan menghidupkannya.

"Alyne?"

"Kamu disini?"

Sofa empuk di depan televisi menjadi tempat istirahat Rangga untuk melepas penat, sejenak ia terdiam dengan tatapan kosong. Membayangkan apa yang tengah Alyne kerjakan hingga gadis itu tak mau pulang sampai sekarang.

"Kamu dimana sih ..."

Menangkup wajahnya frustasi, Rangga mengacak rambut kasar lantaran merasa marah pada dirinya sendiri.

Hujan sudah turun sejak beberapa menit yang lalu, langit menjadi semakin gelap dan udara dingin berhembus kencang.

Bersamaan dengan itu, Rangga mendapat panggilan video dari Harel.

ALYNETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang