[DUA]

13 4 2
                                    

Pagi yang cerah, tapi tidak secerah wajah Nunik, padahal jam masih menunjukan pukul enam pagi tapi wajah gadis itu sudah di buat mendung. Bagaimana tidak kesal,semalam Nunik sangat ingat gadis itu masih tidur cantik di kasur miliknya. Namun saat terbangun gadis itu sudah berada di sofa keras milik bapak yang terdapat di luar kamar nya.

Nunik tau ini ulah siapa, tidak mungkin Nunik berjalan sendiri saat tidur, karena Nunik tidak memiliki riwayat Tidur berjalan selama ia hidup.

Masih dengan muka mendungnya Nunik diam duduk di sofa sambil memikirkan rencana pembalasan untuk Raden, gadis itu tidak terima selain Raden menyebalkan pria itu juga jahil.

Entah atas dasar apa Raden bisa memindahkan Nunik di sofa ini.

tapi apa ia sekebo itu saat tidur? Sampai-sampai dipindahkan begini dia tidak terbangun sama sekali.

Ah! sungguh menyebalkan batin Nunik bersuara.

"sudah bangun? Saya pikir kamu masih kebo." ujar Raden yang baru keluar dari kamar Nunik, wajah pria itu tentu saja terlihat cerah lain hal dengan Nunik, seperti tidak terjadi apa- apa pula.

Nunik benar-benar sangat kesal, Gadis itu beranjak dari duduknya, Lalu berdiri menghadang Raden. "Bapak tuh cemen banget sih, bales dendam sama saya pas saya lagi bocan." dumel Nunik dengan mata yang di buat melotot.

Raden mendengus."Siapa yang dendam sama kamu?"

"Loh. Buktinya ini apa kalo engga dendam?Bapak mindahin saya seenaknya aja, itukan kamar saya! Kasur saya!" cerocos Nunik masih dengan perasaan kesalnya.

Raden menatap Nunik dengan tatapan Malas. "Udah saya bilang, saya bukan bapak kamu. Jangan panggil saya bapak, lagian saya ini suami kamu, saya ada hak tidur di kamar itu. Jangan di klaim sendiri dong! Salah kamu sendiri tidur kok kaya gangsing. Muter terus saya Risih!"

Nunik melongo mendengar jawaban Raden, Dia pikir pria yang mengaku sebagai suaminya itu Irit bicara karena di lihat dari tampang ada aura dingin yang mendominasi, tapi ternyata Raden cukup bawel saat kesal. Nunik jadi merasa berdebat dengan perempuan.

Saat sadar dari lamunan nya, Nunik mendelik kesal ke arah Raden. namun saat ingin membalas ocehan Raden, pria itu lebih dulu meninggalkan Nunik tanpa sepatah katapun.

"Dasar bangke! Ngeselin bngt, awas aja. Gua ga bakalan diem aja! Argh!" Nunik kesal setengah mati, gadis itu sangat ingin menendang pantat Raden.

Raden yang sudah rapih dengan stylean kerjanya, berniat ingin langsung berangkat ke kantor di karenakan ada miting penting hari ini yang tidak bisa pria itu tinggal, walaupun ia baru menikah satu hari masih ada empat hari masa cutinya berlangsung. Namun Raden agak sedikit tidak tahan kalo harus menghadapi Istri barunya itu seharian.

Badan boleh sexy, tapi kelakuan Nunik sangat mines. ia agak sedikit heran bagaimana bisa ada perempuan cantik namun tidur muter seperti gangsing. Menghadapi cara tidur Nunik semalem membuat Raden kesal, karena itu ia nekat memindahkan Nunik ke sofa di depan kamarnya. Pria ini masih baik memindahkan di tempat yang sedikit empuk dari pada harus menggeletakan di lantai yang dingin.

Sambil melirik arjoli di pergelangan tangannya Raden siap ingin melangkahkan kakinya menuju pintu keluar rumah Nunik, namun belum melancarkan Niatnya suara Nindiya menghentikannya.

"Loh-Loh. Nak Raden mau kemana sudah rapih begini?"

Raden menoleh, ke arah sumber suara."Oh saya mau kerja budeh, ini mau ber-"

Buru-buru budeh menyela ucapan Raden, wanita itu menarik lengan Raden untuk ikut duduk bersama di Sofa ruang tamu. "-aduh nak masa pengantin baru udah masuk kerja, tega banget bos kamu kalo sampe gak kasih cuti menikah."

Raden meringis, ia merasa tidak enak hati padahal perusahaannya masih memberi cuti menikah. "Em- bukan seperti itu budeh saya cuma ada meeating dadakan aja, yang ngga bisa di wakili makanya saya harus masuk." kata Raden menjelaskan, ia berharap budeh dari istrinya ini mengerti.

Tidak lama saat Raden dan Nindiya tengah berbincang, bapak dari Nunik datang. Pria itu habis selesai memancing ikan di empang belakang rumahnya.

“Mau kerja kamu Raden? Memang nya perusahaan mu tidak memberi cuti menikah?” Tanya Guntur, Sembari meletakan beberapa alat pancing di samping Rak sepatu.

Raden menoleh sejenak, dengan Raut wajah yang tidak enak. Pria itu pun mengangguk perlahan, “Iya pah, saya harus masuk kerja.”

“Memang nya sudah izin dengan istri mu?”

Raden menggaruk tenguknya canggung. “Belum pah, kebetulan pas saya bangun Nunik masih tidur pulas. Mungkin cape makannya saya ngga tega buat bangunin.”

Entah sejak kapan Nunik sudah bergabung di Sofa, gadis itu sudah duduk Cantik di sebelah Nindiya.

“Bohong pah bohong. Jelas-jelas Nunik udah bangun dari tadi, tapi dia engga ada tuh izin Sama Nunik.” Timpal Nunik dengan raut wajah meledek.

Raden menoleh dengan mata yang di buat menajam. “kan memang kamu masih tidur pas saya bangun.”

“Tapikan Ngga lama dari itu juga udah bangun wlee.”

Guntur Melihat Raden dan Nunik secara bergantian, Pria tua itu menghela napas lelah. “Sudah-Sudah! Raden kalo kamu mau berangkat kerja Silahkan saja. Tapi sebisa mungkin kamu izin dengan istrimu dulu, bagaimana pun saya pernah muda pernah berkerja engga mungkin perusahaan kamu ngga memberikan masa cuti menikah, saya mengerti kamu masih belum terbiasa dengan Nunik. Tapi sekarang mulai lah belajar terbiasa, kalian sudah suami istri sepantasnya melakukan tugas Rumah tangga dengan baik.” Petuah Guntur, pria tua itu mengerti hubungan ke duanya tidak bisa di paksakan secara cepat biarlah mereka berusaha beradaptasi dengan kehadiran masing-masing.

“Baik pah, saya mengerti. Tapi saya memang benar ada meating penting hari ini, setelah itu saya mau ke rumah mama. Saya izin membawa Nunik pergi berkunjung sebentar ya pah, mama saya nanya Nunik terus.”

Mendengar itu Nunik sedikit panik, Dia sangat Takut menghadapi Maya ibunda Raden. Mengingat saat acara resepsi kemarin tatapan mata Maya seperti ingin menelan Nunik hidup-hidup.

Nunik menggeleng cepat. “A-Ah! Gamau pah gabisa. Nunik ada janji ketemu temen-temen Nunik jam 1 siang jadi Nunik gabisa ikut. Hehe” tentu saja itu hanya alasan.

“Shilahkan saja. Itu sudah hak kamu membawa Nunik kemana saja, gadis ini sudah menjadi istri mu. Papah tidak akan melarang. dan kamu Nunik apa temen-temen Edan mu itu lebih penting dari Ibu mertua mu! Bisa tidak bisa harus bisa.” Titah Guntur tanpa boleh ada penolakan.

Nunik menghela napas gusar, gadis itu sangat kesal. ia menoleh Ke arah Raden entah kenapa raut wajah Raden terlihat menyebalkan di mata Nunik.

“makasih pah. Kalo gitu saya izin berangkat kerja ya pah.”


    *—*—*—*


SPAM NEXT DISINI!💥

Vote dan komen adalah bentukk rasa bahagiaku dari pembaca setia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 Unexpected Love [SlowUpdate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang