---
Bismillahirrahmanirrahim
Chapter Dua nih, semoga kalian suka dan makin penasaran. Jangan lupa tinggalkan jejakmu, cantik, ganteng, salih, salihah.
> "Allah akan mengabulkan doa orang yang berikhtiar."
---
"Kamu mau cerita apa?" tanya Qeela, serius.
"Aku ketemu seseorang di bandara... tapi sepertinya dia nggak bisa kugapai, Qel. Dia ganteng, cool, dan kayaknya tipe aku," ucap Lia dengan nada sendu. Qeela terdiam sejenak, karena merasakan hal yang sama, tapi dia memilih diam tanpa bercerita.
Flashback on
Seorang laki-laki tinggi, sekitar 185 cm, berpakaian rapi, berjalan sambil membawa koper. Dia membenahi tatanan rambutnya yang tertiup angin. Namanya, Angkasa Ken Oscar Victor.
Bruk!
"Astagfirullah," ucap Ken."Afwan, akhi, saya tidak sengaja menabrak. Apakah Anda baik-baik saja?" tanya Lia sambil mendongak, memastikan lelaki yang ditabraknya baik-baik saja. Namun, deg!
"Apakah dia jelmaan bidadara? Masya Allah, nyaris sempurna sekali ciptaan-Mu, ya Allah," batin Lia. Dia merasa pernah melihat wajah itu sebelumnya, tapi tak ingat di mana. Setelah lama mengamati wajah lelaki di depannya, lamunan Lia terhenti karena deheman pria tersebut."Ehem, saya baik-baik saja. Permisi. Assalamualaikum," ucap Ken tanpa melirik Lia. Tanpa dia sadari, gelang kayu yang biasa digunakannya untuk berzikir jatuh dari tangannya.
"Waalaikumsalam," jawab Lia sambil melihat Ken yang perlahan menghilang dari pandangannya. Lia tak bergerak hingga sosok itu benar-benar tak terlihat.
"Eh, ini punya laki-laki tadi kah? Aku simpan dulu. Nanti kalau ketemu, aku kembalikan," gumam Lia sambil mengambil gelang kayu yang jatuh. Pikirannya masih melayang pada kejadian barusan, membuat wajahnya memerah seperti kepiting rebus.
Flashback off
"Oalaa, sepertinya sahabatku sedang mengagumi seseorang," canda Qeela sambil menggoda Lia.
"Qeela, jangan gitu!" Lia memegang pipinya yang sudah memerah.
"Tapi dia tuh cool banget, irit ngomong pula. Mungkin nggak ya, aku bisa ketemu lagi? Aku bahkan nggak tahu namanya," ucap Lia dengan nada putus asa.
"Lia, di dunia ini, kalau Allah berkehendak, nggak ada yang nggak mungkin. Jadi, jangan menyerah untuk mengejar cinta Sang Pencipta-Nya."
"Iya, Qel, insyaAllah aku akan memperbaiki diri."
"Tapi ingat, jangan berubah karena manusia. Berubahlah karena Allah. Kamu harus belajar dari kisah Nabi Yusuf dan Siti Zulaikha. Allah menjauhkan Nabi Yusuf ketika Zulaikha mengejar cinta Yusuf, tapi ketika Zulaikha mengejar cinta Sang Pencipta, Allah mendekatkan Yusuf kepadanya. Jadi, kejar dulu penciptanya, baru ciptanya. Jangan menyerah, oke?" Qeela tersenyum, meski sebenarnya dia juga sedang memotivasi dirinya sendiri.
"Iya, aye aye kapten! Makasih ya, Qel, kamu selalu ingetin aku. Jangan berhenti saling mengingatkan, ya," ucap Lia sambil memeluk sahabatnya.
"InsyaAllah, Lia."
Dan terjadilah adegan Teletubbies berpelukan.
"Eh, Qel, tapi pemuda itu sepertinya aku pernah melihatnya. Tapi di mana ya? Wajahnya familiar banget," ucap Lia sambil berpikir keras.
"Mungkin kamu pernah bertemu sebelumnya."
Dua sahabat itu benar-benar menikmati waktu bersama. Sejak siang, mereka sudah menonton drakor, K-pop, membaca novel, maskeran, dan banyak lagi, hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 22.00, waktunya tidur. Namun, sebelum itu, mereka tak lupa melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim, yaitu shalat.
"Yuk tidur, nanti tahajudnya telat," ucap Lia.
---
Di lain tempat, waktu menunjukkan pukul 22.00. Namun, beberapa pemuda ini masih berkumpul. Mereka bukanlah geng atau anak motor yang suka bikin onar. Mereka adalah kelompok Bridh, yang sedang mengadakan pertemuan.
"Nanti kita ada acara di Bandung, teman-teman. Tanggal 30 April, hari Ahad, jam 08.00 acaranya mulai. Zidan, lu yang ngisi ceramah, tema terserah, ini kajian rutinan gitu. Ken, lu bawain shalawat bareng grup lu," ucap Kenzo, ketua geng Bridh sekaligus sekretaris.
"Oke, masih lama," jawab Zidan dan Ken santai.
Yang lain hanya ikut sebagai tamu undangan. Setelah pertemuan selesai, sebagian dari mereka pulang, yang lain bercanda, dan beberapa memilih tidur. Semua sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Di pojok kanan, dua pemuda sedang melamun, sibuk dengan pikirannya. Keduanya memikirkan kejadian yang mereka alami pagi tadi.
"Siapa wanita itu ya?" batin mereka serentak.
Suasana tiba-tiba riuh. Suara sorakan terdengar dari luar ruangan. Rico Palarendra, ketua geng The Month, menyerang markas Bridh dengan amarah membara.
"Zidan, keluar lo semua! Berani-beraninya lo bonyokin anggota gue!" teriak Rico dengan nafas terengah-engah.
"Ken, siapa di luar?" tanya Zidan, bingung. Ken hanya menggeleng, tanda tidak tahu. Zidan pun keluar bersama Ken, diikuti anggota lainnya yang ikut heboh.
"Ada apa ini?" tanya Zidan dengan tenang.
"Lo bonyokin anggota gue! Masukin rumah sakit!" ucap Rico dengan marah.
"Sejak kapan Bridh nyerang tanpa diserang dulu?" Zidan menimpali dengan tenang, membuat Rico makin gusar.
"Gue tantang lo balapan besok malam di arena deket gedung tua. Kalo lo menang, masalah ini selesai, dan mobil terbaru gue buat lo," tantang Rico.
"Menarik, gue terima tantangan lo," jawab Zidan datar.
"UDAH PULANG LU SEMUA! JANGAN LUPA PAKE SALAM",ucap bobi dengan suara cemprengnya
"ASSALAMUALAIKUM",uacap mereka serentak lalu pergi meninggalkan markas bridh
"Walaikumsalam "ucap geng brid serentakSetelah itu, geng The Month pergi. Zidan dan Ken kembali ke markas.
---
Pukul 03.00, alarm berbunyi. Qeela dan Lia terbangun.
"Lia, tahajud," ucap Qeela sambil mematikan alarm dan berdoa. Mereka melaksanakan tahajud berjamaah, Qeela sebagai imam.
Setelah shalat, keduanya berdoa dalam hati.
Ya Allah, hamba tahu rasa ini adalah anugerah-Mu. Jadikanlah aku hamba yang kuat untuk memelihara rasa ini, agar tidak melenceng dari jalan-Mu. Jika rasa ini adalah ujian bagi hamba, biarkan hamba melewati ujiannya. Aamiin.
---
Bagaimana, guys? Seru nggak ceritanya? Kalau ada kesalahan, mohon dimaafkan ya. Aku masih belajar menulis, nih. Jangan lupa vote dan follow!
20 april 2024sudah revisi
19 september2024
Krnistrng🕊
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Boy
Teen FictionFolow gays bantu suport ! Tidak ada deskripsi ,kalo penasaran silahkan baca