Chapter 3

4 0 0
                                    

3 bulan yang lalu....

"Suguru, kamu sudah selesai dengan pekerjaanmu?"

"Sudah selesai kok. Ini sekarang aku berjalan pulang."

"Hati-hati kamu di jalan. Dan juga maaf tidak bisa jalan-jalan seperti biasanya."

"Tidak apa-apa. Kamu fokus saja dengan kuliahmu. Bukannya kamu sebentar lagi akan lulus?"

"Tetap saja aku merasa bersalah denganmu."

"Tidak masalah. Aku juga terkadang merasa bersalah denganmu karena pekerjaanku."

"Sudah kubilang jangan bahas itu. Tidak ada hubungannya dengan pria tua itu."

"Hei, jaga mulutmu. Bagaimanapun dia ayahmu. Bersyukurlah karena kamu masih memiliki ayah."

"Baiklah. Aku lanjut kerjakan tugasku. Sampai jumpa."

"Sampai jumpa."

Suguru mematikan ponsel tersebut sampai tersenyum. Dirinya berjalan menuju rumahnya. Baru saja sampai di tujuannya, seseorang membekap mulut dan hidungnya menggunakan kain yang telah diberi obat bius dari belakang. Suguru sempat memberontak sampai dirinya jatuh pingsan. Beberapa waktu kemudian, Suguru mulai sadar dan sedikit terkejut apa yang pertama kali dirinya. Dengan kondisi masih terbaring, dia berusaha menyadarkan dirinya dan melihat dua orang wanita yang menatapnya seperti khawatir dengan keadaannya.

"Kak, kakak ini sudah sadar," kata wanita yang terlihat seperti masih sekolah.

"Mungkin dosisnya rendah jadi cepat sadar," kata wanita lainnya.

Suguru bangkit dan mendapatkan dirinya berada di sebuah kasur yang terlihat mewah. Dirinya menatap kedua wanita tersebut. Salah satunya bersembunyi di belakang tubuh wanita itu.

"Siapa kalian? Dan tempat apa ini?" tanya Suguru melihat ruangan di sekitarnya.

"Aku Hasegawa Mizuki, seorang perawat. Dan ini Nakagawa Yozora, seorang mahasiswi," kata wanita sambil menarik Yozora yang bersembunyi di belakang tubuhnya.

"Eh, hai," sapa Yozora.

"Ah, aku Ogawa Suguru, seorang koki di Restoran Espérer," kata Suguru.

"Kamu orang ketiga yang sadar dari obat bius itu. Mungkin kamu tidak melakukan perlawanan terhadap pria berjas hitam itu," kata Mizuki.

"Orang ketiga? Maksudnya?" Tanya Suguru.

"Kak Mizuki terlebih dahulu sadar. Lalu aku yang sadar," jawab Yozora.

Suguru melihat ada dua pria yang terbaring di kasur masing-masing seperti dia yang tidak jauh dari tempat mereka. Mizuki yang ikut melihat dua pria itu mengerti apa yang ada di pikirannya.

"Mereka juga seperti kita, tetapi mereka bakalan lama sadarnya akibat obat bius yang digunakan. Perkiraanku mereka pasti melakukan perlawanan sampai harus diberi obat bius dengan dosis tinggi," kata Mizuki.

"Apa kamu tahu tempat ini?" tanya Suguru.

"Aku tidak tahu. Begitu juga dengan Yozora. Tempat ini terlihat asing bagi kita," jawab Mizuki.

"Aku harus pulang sebelum ibuku mencariku," kata Yozora.

"Dasar anak manja," kata Suguru.

"Jaga mulut kakak. Aku bukan anak manja. Aku hanya khawatir dengan ibuku," kata Yozora kesal.

"Sekarang kita harus cari tahu tempat apa ini. Sambil kita pantau mereka berdua kapan mereka sadar," kata Mizuki.

Suguru dan Yozora menganggukkan kepalanya dan mencari hal-hal menjanggal di ruangan tersebut. Dinding yang dilapisi wallpaper berwarna emas dan putih dan lantai yang berkeramik coklat. Mereka tidak menemukan hal yang menjanggal dan hanya tersedia lima mangkuk berisi sup dan seteko teh beserta cangkir-cangkirnya. Tiba-tiba ada suara teriakan dari kedua pria tersebut. Dia duduk dengan napas tersengal-sengal. Mizuki menghampirinya dan memeriksa kondisi pria itu.

The Gemstone ThievesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang