Chapter 5

2 0 0
                                    

Jepang, Global Rescue Office Center, 8 a.m

Terdapat lima anggota kepolisian sedang berhadapan dengan komandan mereka yang diakibatkan muncul berita tentang Kuroto telah ditangkap berkat kelima pencuri tersebut dan ketidaksesuaian pihak kepolisian global dalam menyelesaikan sebuah kasus.

"Sekarang kalian telah melihat berbagai berita di media cetak maupun media digital yang mengatakan bahwa kita tidak becus dalam menyelesaikan sebuah kasus," kata seorang pria paruh baya yang pangkatnya komandan.

"Bukannya kasus itu telah diselesaikan dan orang itu terbukti tidak bersalah," kata salah satu pria di sana.

"Jika orang itu tidak bersalah, mengapa para pencuri itu berhasil mengungkapkan kebusukan yang telah mereka perbuat? Pasti kita tidak memeriksanya sampai bagian dalamnya," kata sang komandan.

"Komandan Hayato, bagaimanapun mereka tetap penjahat," kata pria itu.

"Fuwa, saya tahu mereka penjahat tetapi mengapa tidak ada satupun barang berharga dari para penjahat tersebut hilang? Itu berarti tujuan mereka baik," kata Komandan Hayato.

"Komandan tidak bisa menyamakan kami dengan mereka. Kami dan mereka memiliki perbedaan dan tujuan," kata Fuma sambil pergi meninggalkan orang-orang yang ada di sana.

Salah satu dari anggota di sana mengejarnya, sedangkan yang lainnya hanya menatap satu sama lain. Komandan Hayato hanya memijat dahinya karena pusing melihat kelakuan anggotanya. Fuma pergi ke kamarnya dengan perasaan kesal.

"Mengapa para pencuri itu berhasil membongkar kejahatan mereka? Sungguh menyebalkan," kata Fuwa sambil duduk di kasurnya.

"Walaupun begitu, kita tidak boleh menyerah. Bukannya kita telah mengabdikan diri kita sebagai tim penyelamat sekaligus polisi," kata seorang pria datang membawakan dua minuman kaleng berisi kopi sambil duduk di sisi kasur.

"Untuk apa kamu ke sini, Koba? Bukannya kamu masih ingin dengar ceramah komandan?" tanya Fuwa.

"Sebenarnya aku kesal juga dengan komandan. Makanya dari itu, lebih baik kita minum kopi bersama-sama. Biar kita sama-sama melupakan ceramah komandan," jawab Koba memberikan satu minuman kaleng untuk Fuwa.

Fuwa tersenyum dan menerima minuman tersebut. Mereka minum bersama-sama di kamar tersebut. Bagi Fuwa, Koba telah dia anggap seperti saudaranya sendiri. Setiap kali dia emosi, pasti Koba yang berhasil meluluhkan emosinya dengan berbagai cara. Cara paling sering dia lakukan itu memberikan minuman kaleng kopi.

Yūkan Basecamp, 10 a.m

Akito kamarnya, dirinya sedang mencari latar belakang para penjahat lainnya yang menyembunyikan batu permata itu di laptop miliknya.

"Arzan.... Ah, dia ada di Indonesia. Bagaimana kami bisa ke sana? Mana harus ada tujuan mengapa kita ke sana," kata Akito frustasi.

Tak lama, ponselnya berdering. Dirinya melihat nama yang tertera di sana. Dia sedikit tersenyum dan menekan tombol hijau di sana.

"Halo Akito."

"Halo Kak Mizuki. Ada apa?"

"Malam ini akan ada acara makan malam di Restoran Espérer. Apa kamu bisa?"

"Seperti biasa. Bukannya itu untuk merayakan keberhasilan kita dalam menjalankan misi."

"Baiklah. Kami tunggu kedatanganmu."

"Baik kak."

Akito menutup panggilan tersebut dan mematikan laptopnya. Dirinya mulai menyiapkan beberapa pakaian untuk ke acara tersebut. Di saat dirinya sedang sibuk mencari pakaian di lemarinya, terdengar suara ketukan pintu dari pintu kamarnya. Dirinya tahu orang yang ada di depan adalah ketua timnya karena agak mustahil jika anggota lainnya melakukan hal yang sama seperti ketuanya.

The Gemstone ThievesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang