Chapter 4

1 0 0
                                    

Daisuke mengenal suara itu dan membalikkan badannya untuk melihat pemilik suara tadi. Dia sedikit terkejut melihat kelima orang yang datang dengan menggunakan topeng mereka masing-masing yang dia berikan melalui amplop. Mereka berlima melepaskan topeng tersebut dan memberikan senyuman kepada Daisuke.

"Yamaguchi Haruki? Ogawa Suguru? Nakagawa Yozora? Fujii Akito? Hasegawa Mizuki?" Daisuke hampir tidak percaya apa yang dia lihat.

"Kami tetap akan melakukannya. Walaupun nyawa kita yang menjadi taruhannya," kata Haruki.

"Mereka yang telah mengambil batu permata yang bukan milik mereka. Maka kita harus merebutnya kembali," kata Suguru.

"Walaupun mereka berhasil menutupi identitas jahat mereka, maka kami yang akan membongkar kejahatan mereka di depan publik," kata Akito.

"Jika mereka berhasil kabur dari hukuman, maka kami juga yang akan membawa mereka ke jalur hukum dengan cara kami sendiri," kata Yozora.

"Kami pastikan mereka tidak bisa menghirup udara kebebasan mereka lagi," kata Mizuki.

"Kalian.... Apa kalian serius ingin melakukan misi ini?" tanya Daisuke.

"Paman, kami berjanji akan melakukannya. Kami juga tidak hanya merebut kembali batu permata yang telah dijual oleh Gourmand. Namun, juga menegak keadilan bagi keluarga kami dengan tangan kami sendiri," kata Haruki.

"Baiklah. Jika itu keputusan kalian, saya akan membantu kalian dalam menjalankan misi ini," kata Daisuke.

"Baiklah. Terima kasih paman," kata mereka.

"Kalian tidak perlu memanggil saya dengan sebutan paman. Panggil saja saya Daisuke," kata Daisuke.

"Baik Daisuke. Ayo kita berlatih lagi," kata Yozora.

"Baiklah gadis kecil," kata Haruki.

"Aku bukan gadis kecil," kata Yozora kesal.

"Tetapi, memang pada dasarnya kamu yang paling muda di tim ini," kata Akito.

"Sudah kubilang aku bukan gadis kecil," kata Yozora semakin kesal.

Mereka ketawa bersama-sama, sedangkan Daisuke memandang mereka sambil tersenyum. Sejak hari itu, mereka mulai berlatih sampai lulus simulasi. Daisuke juga memberikan informasi pelaku pemilik batu permata kepada mereka. Akito yang berada di kamarnya sedikit mengerutkan dahinya setelah membaca biodata pelakunya.

"Mengapa aku merasa pernah mendengar namanya ya? Tetapi di mana?" tanya Akito sambil memikirkan sesuatu.

Setelah berlama berpikir, dia mengambil ponselnya dan mencari nama kontak dengan nama 'ayah'. Sebenarnya dirinya tidak ingin menghubungi pria itu setelah pria tersebut menikah dengan wanita yang memiliki satu anak laki-laki. Namun karena rasa penasarannya lebih tinggi daripada kebenciannya, dia menelepon pria tersebut.

"Ha.... Lo.... Ayah?"

"Halo nak? Apa kabar?"

"Baik yah."

"Ada apa kamu menelepon ayah?"

"Itu yah, apa ayah masih ingat berita di mana Pak Horobi diduga melakukan kekerasan terhadap beberapa pegawai pada beberapa bulan yang lalu?"

The Gemstone ThievesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang