1.

147 8 0
                                    

Pagi yang cerah seorang wanita Masih tertidur lelap di genangan cahaya matahari yang menembus gordennya. untung saja hari ini wanita tersebut tidak ada kelas pagi, jadi ia gunakan kesempatan itu untuk bangun siang. jarang sekali doi dapet kelas siang jadi bagi doi kelas siang adalah surga.

"SAYANG JANGAN TINGGALIN AKU,". teriakan begitu keras dari arah luar kamar.

"GAK, GUE BOSEN SAMA LO!". terdengar seperti sepasang kekasih yang sedang berantem hebat di lorong kost. kini teriakan mereka berdua semangkin kencang dan semangkin menggelegar ke seluruh sudut kost, bahkan sampai terdengar ke dalam kamar kost.

"berisik banget, udah jam berapa sih." ucap wanita tersebut menggaruk kepala sembari mencoba membuka mata. "mbak eka lagi, mbak eka lagi." misuh wanita tersebut, ia terpaksa membangunkan badannya yang Masih setengah sadar.

wanita tersebut berjalan kearah pintu kamar, mencoba menyadarkan dirinya sebelum membuka pintu yang bernomor 07 tersebut.

trekkk... suara pintu dibuka.

"mbak eka," sapa wanita tersebut dari balik pintu. namun perempuan yang dipanggilnya tidak kunjung menjawab.
"mbak eka, kenapa lagi?" Jenatha menghampiri perempuan yang ada didepannya itu.

"aku diputusin lagi sama cowokku nath, dia bilang mbak ngebosenin." ucap eka dengan gemetar. perempuan didepan natha hanya bisa duduk sembari menundukkan kepala. natha tau jika seperti itu pasti mbak eka sedang menahan tangisnya. ini sudah ke 10 kali dalam seminggu mbak eka diputusin oleh pacarnya itu. entah mengapa ia Masih sanggup bertahan.

"udah gapapa mbak, cowo diluar sana Masih banyak." ucap natha sembari mengelus kepala eka. "gak nath, dia beda! dia ada dititik terendak mbak," eka sudah tidak bisa menahan tangisnya. kini perempuan itu sudah mengeluarkan hujan yang begitu deras. natha yang melihat itu langsung memeluk wanita didepannya.

"mbak, kalo emang dia baik dia gabakal ninggalin kamu mbak, apalagi dengan alesan yang menurutku sepele." eka terdiam ketika mendengar penuturan natha, ada benarnya juga kalo emang dia sayang kenapa dia mutusin dengan alesan yang gamasuk akal.

"kamu bener nath, pantes kamu masuk psikolog." ucap eka sesegukan.

"udah jangan nangisin kak dimas lagi ya, nanti kita cari dimas lainnya yang pastinya dimas yang gak nyakitin!" ucap natha dengan penuh penekanan pada kata terakhirnya yang membuat mbak eka tersenyum.

"tumben kamu gak kuliah?" tanya eka sembari bangun dari duduknya. "kebetulan hari ini aku kelas siang mbak," jawab Jenatha sambil mendirikan kakinya yang keram.

"maaf ya natha, lagi-lagi mbak ngerepotin kamu," ucap eka menatap natha dengan muka bersalah. "santai aja kali mbak," ucap wanita tersebut sembari membuka pintu kamarnya. "mbak udah baikan kan? bisa aku tinggal? aku mau lanjut skripsian mbak" Tanya natha.

"udah nath, sekali lagi makasih ya untuk penghiburannya Dan semangat skripsian," eka tersenyum. Jenatha hanya bisa memamerkan 2 jempolnya lalu melangkahkan kakinya kedalam kamar, "jangan balikan, awas kalo balikan!" tekan Jenatha sambil menutup pintunya.

°°°

sore itu Jenatha menghampiri dosen pembimbing untuk meminta acc dospem tersebut.

"ini pak skripsi saya," ucap natha sembari memberikan setumpuk kertas pada pria didepannya. pria tersebut memakaikan matanya kacamata, kemudian ia mengambil setumpuk kertas tersebut untuk di cross check.

"ini apa? kamu ngasih saya sampah?" ucap dingin dosen tersebut natha hanya bisa menundukkan kepalanya.

"JAWAB!" teriak dosen tersebut, namun natha hanya terdiam kaku sambil mencegah air matanya supaya jangan sampai terjatuh. "kamu revisi lagi," ucap final dosen tersebut sembari mencoret setumpuk kertas tersebut.

Bitter Love | JemaisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang