Dan,seperti janji Adnan mereka berdua kini sudah ada di sebuah kedai mie ayam yang berada di pinggir jalan. Sebenarnya Adnan ingin sekali mengajak Alina makan di restoran namun uangnya harus ia hemat sampai akhir bulan nanti.
"Maaf ya Bu,saya cuma bisa ngajak makan disini."
Alina yang sedang menyantap mie ayam,menatapnya.
"Jangan panggil aku Ibu kalo di luar kantor,panggil Alin aja,"ucapnya dengan senyuman. Adnan mengangguk kecil.
"Kamu dulu kerja dimana sebelum ngelamar ke kantor?"tanya Alina. Adnan yang berada di hadapannya kini tampak begitu mempesona dengan kemeja berwarna putih yang ia kenakan.
"Saya bekerja di restoran,"jawab Adnan membuat Alina menatapnya takjub.
"Wah,bagian apa?"tanya Alina lagi. Adnan yang sedang memakan pangsitnya kembali bersuara,"kitchen."
"Berarti kamu bisa masak dong?hebat banget."
Adnan yang dipuji hanya tersenyum kecil,"itu nggak sebanding sama keahlian kamu,Alin."
Pipi Alina memanas,ia mencoba menutupinya dengan rambut. Sepertinya Adnan tipe lelaki pendiam dan sekalinya berbicara mampu membuat siapapun merasa salting.
Atau dirinya yang terlalu berlebihan mungkin?
"Setelah ini,kamu mau langsung pulang?"tanya Adnan yang sudah selesai makan. Alina yang juga sudah dengan kegiatannya pun mengangguk.
"Iya,"jawab Alina. Gadis itu memakai kembali lipstick berwarna orange yang agak luntur.
"Kalo gitu,ayo kita pulang.sebentar saya bayar dulu." Adnan berjalan menuju penjual,kemudian memberikan uangnya. Setelah itu,keduanya berjalan bersisian,menikmati kota di malam hari. Lampu-lampu kendaraan yang menyorot dan juga hawa dingin membuat Alina memiliki kesan tersendiri,terlebih ia bersama dengan Adnan.
Mereka menunggu kereta datang,sesekali Alina akan mengajak Adnan mengobrol.
"Oh iya saya lupa bertanya,bagaimana kerjaan kamu hari ini?"tanya Adnan yang mengingat tempat mereka bertemu saat itu. Alina yang sedang menatap lurus ke depan akhirnya menoleh,matanya langsung tertuju pada obsidian tenang itu.
"Berjalan baik,syukurlah."
Ya,walaupun tadi ia sempat bersitegang dengan San,namun tak lama kemudian mood-nya kembali membaik berkat Adnan.
"Malah aku bahagia hari ini karena bisa kembali melihat kamu,orang yang membantu aku saat itu,"ucap Alina jujur. Ia tak bohong mengenai dirinya yang ingin kembali bertemu dengan Adnan. Melihat wajah tampannya dan juga kebaikannya.
"Saya senang karena kamu bahagia bertemu saya,"ucap Adnan dengan senyum tulus. Ia mengeluarkan permen kopi yang berada di dalam tas miliknya,"makan ini,saya lihat kamu suka minum kopi,kayanya kemarin saya salah ngasih permen sama kamu."
Alina menerimanya,walaupun perlakuan Adnan sederhana entah kenapa mampu membuat jantung Wanita itu berdebar tak keruan.
Ia mengigit pipi dalamnya,menahan senyum. Ia genggam erat permen kopi yang berada di tangannya. Menatap ke jendela yang berada di seberang.
Bagaimana semudah itu ia menyukai seseorang?
Adnan menilik wajah Alina,wanita itu cantik dan Adnan mengakuinya. Bibir tipis dan juga hidung runcing yang begitu terlihat dari samping dan matanya yang selalu berbinar.
Adnan mengalihkan tatap,dia senang bisa mendapat teman sebaik Alina yang mampu menerima posisinya dan tak malu berkenalan dengannya.
"Makasih ya Lin,untuk hari ini. Saya duluan."
Kereta berhenti,dan Adnan harus turun sekarang. Alina yang mendengar ingin mendengus kecewa namun ia kembali tersenyum.
"Oke,sampai jumpa besok,Adnan. Terima Kasih juga,"ucap Alina yang dibalas dengan senyum tulus oleh Adnan. Lelaki itu beranjak dari hadapannya,sampai di pintu kereta lelaki itu melambaikan tangan yang dibalas serupa oleh Alina.
Bolehkah Alina menahan Adnan lebih lama untuk kembali bersama?
***
Alina memakan sereal miliknya pagi ini,lalu meminum jus stroberi yang telah ia buat. Mood-nya sangat baik hari ini,dia bisa bertemu dan melihat Adnan dalam jarak pandangnya.
Segera ia rapikan baju yang kini di kenakan,blouse berwarna kuning yang ditutupi oleh blazer putih dan juga celana bahan serupa,ditambah heels yang kemarin ia beli di mall kota.
Hari ini Kiki bersedia mengantarnya dengan mobil,beberapa kali Kiki menawari Alina untuk menggunakan mobil pribadi namun gadis itu tak terlalu butuh untuk sekarang ini.
Ia ingin menikmati perjalanannya,merasakan bagaimana orang-orang juga lelah sepulang bekerja sepertinya.
Alina masuk kedalam mobil,sudah ada Kiki yang sedari tadi sibuk memainkan ponselnya.
"Kak,hari ini aku pulang agak telat ya,"izin Alina. Membuat Kiki menatapnya,"mau main sama siapa?"
"Temen kerja,aku mau ngajak dia ke tempat makan yang lagi rame itu lho!"jawab Alina antusias. Kiki tampak memicing,"cewek atau cowok?"
Alina dengan cepat memutar kepalanya menghadap Kiki,"ihhh kepo deh Kakak!"
Kiki cemberut,dia mulai melajukan mobilnya membelah jalanan.
"Cowok Kak,tapi kakak tenang aja dia baik kok,"ucap Alina yang melihat sepertinya Kiki benar-benar merajuk. Kiki tersenyum kecil,"iya gapapa,asal kamu bisa jaga diri dan share lokasi kamu ke kakak saat sama dia nanti kalo ada apa-apa kamu kirim huruf 'K' aja,oke?"
Sudah menjadi kebiasaan,Kiki selalu mengajarinya dari sejak SMA dulu untuk selalu melakukan hal itu,bagaimanapun Alina adalah seorang anak gadis cantik dan Kiki tau bagaimana pola pikir laki-laki bejat yang berkeliaran di luaran sana.
"Besok kakak mau pergi sama Nanda,kamu mau ikut?"tanya Kiki yang dijawab gelengan oleh Alina.
"Males ah jadi nyamuk!"
Kiki tertawa,besok weekend dan Kiki hendak mengajak Nanda jalan-jalan.
"Aku juga ada acara sama Tio,nonton konser."
Kiki ber-oh ria kemudian menghentikan mobilnya karena lampu berubah warna menjadi merah.
"Tio beneran punya cewek Lin?dia nggak ada niatan naksir kamu?"tanya Kiki. Sontak hal itu membuat Alina terkekeh,mana mungkin Tio naksir dia dan juga sebaliknya?
"Aku sama Tio cuma sahabatan,aneh aja kalo saling naksir,geli banget." Alina bergidik,ia kembali menatap jalanan di luar jendela.
"Ya siapa tau?tapi Kakak bakal selalu dukung kamu kok mau sama siapapun itu,asal dia baik aja."
Kiki kini menghentikan mobil karena sudah sampai di kantor Alina,gadis itu mengecek dulu make up yang ia pakai hari ini sebelum turun,tak lupa dia juga membawa paper bag yang berisi bekal makan siangnya dari Kiki.
"Aku kerja dulu ya kak,makasih udah nganterin aku Kakak ganteng!" Alina meraih tangan Kakaknya kemudian mengecupnya singkat. Kiki mengangguk kecil,"sama-sama,semangat kerjanya!"
"Siap!"
Alina keluar dari dalam mobil dengan riang,dia berjalan dengan cepat sambil sesekali menyapa rekan kerjanya.
Kiki yang melihat itu hanya bisa tersenyum tipis,adiknya benar-benar sudah dewasa sekarang.
"Semoga dia cepat dapat jodoh,Ya Tuhan berikan dia jodoh yang baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. A
RomanceAlina tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa lelaki yang ia temui di kereta adalah lelaki yang menjadi bagian dari hidupnya. Lelaki yang mampu membuatnya keluar dari semua masalahnya,lelaki yang selalu bertindak dengan kepala dingin,Alina berharap...