Alina memutar tubuhnya dengan riang,menatap pantulan wajahnya di cermin. Tak lama,ia memotret dirinya sendiri. Betapa bahagianya ia hari ini,terbangun dengan suasana hati yang baik itu sangat menyenangkan.
Alina bersenandung sembari memainkan dress selutut yang ia gunakan,dress berwarna putih dengan kain brukat di bawahnya,dipadukan dengan outer berwarna baby pink.
Hari ini.ia berencana akan mengunjungi rumah Adnan,bertemu dengan keluarga lelaki tampan itu. Ia memegang pipinya,membayangkan perkataan Adnan semalam.
Bolehkah ia terbawa perasaan?tapi,Adnan hanya menjalankan tugasnya dan Alina membayar pria itu.
Yah,sudahlah. Alina tak mau mengacaukan rencana yang telah ia buat dengan Adnan. Bagaimanapun nanti,jika memang Alina berjodoh dengan Adnan maka pernikahan itu akan bertahan,jika tidak ya sudah tinggal cerai dan Alina kembali menjalani hidup.
Semudah itu.
Alina menatap Kiki yang sedang sibuk di dapur,Alina mengembangkan senyum kemudian mendekat.
"Aku pingin salaaad,"rengek Alina yang melihat Kiki memasak hari ini. Niatnya Alina tidak mau makan berat dulu karena takutnya nanti siang dirinya akan makan bersama keluarga Adnan.
Kiki memutar bola mata,"kepedean kamu,ini buat Nanda juga."
Alina terkekeh sembari menggaruk tengkuk,"o-oh kirain buat aku hehe."
Alina mengambil tempat duduk kemudian memakan salad yang semalam ia buat. Memperhatikan Kiki yang memasukkan makanan tersebut ke dalam kotak makan,kemudian menaruhnya kedalam paper bag.
"Ada acara apa kamu hari ini?"tanya Kiki sembari menyodorkan jus jambu ke arah Alina. Alina segera meminumnya,"ketemu keluarga Adnan buat ngobrolin rencana pernikahan kita."
Kiki mengangguk,"Adnan pria baik,Kakak bisa liat dia gasuka macam-macam,apalagi tatapan dia waktu natap Nanda yang biasa aja,Kakak tahu dia tipe pria kaya gimana."
Alina menyetujui itu,dari awal bertemu dengan Adnan,Alina tahu bahwa Adnan bukan laki-laki yang senang mempermainkan perempuan atau senang menghamburkan uang.
Ditambah fakta tentang Adnan yang banting tukang melunasi hutang orangtua-nya membuat Alina kagum.
"Kamu serius gamau masakan ini?"tanya Kiki memastikan. Alina mengangguk yakin,"aku takut kekenyangan,Kakak bawa semua aja."
Kiki mengangguk mengerti,kemudian bergerak menjauh membawa paper bag dan juga kunci mobil,dengan balutan jaket berwarna hitam.
"Kakak berangkat dulu,kamu hati-hati di jalan nanti ya." Setelah mengatakan itu,Kiki menghilang dari pandangan Alina.
Alina menghabiskan jus jambunya,mengelap bibir dengan tisu kemudian mengeluarkan cermin kecil yang berada di tas miliknya. Memoleskan lagi lipcream berwarna cherry. Setelah merasa riasannya kembali sempurna,Alina segera memakai sepatu putihnya. Alina ingin terlihat sederhana di mata keluarga Adnan.
Alina tersenyum begitu mendapati Adnan yang berada di pagar rumah,Alina segera mendekati pria dengan motor beat tersebut.
"Kamu pake motor siapa?"tanya Alina yang baru pertama kali melihat Adnan memakai motor tersebut.
"Pinjem punya tetangga,kita pake motor gapapa?Saya gapunya mobil,"ucap Adnan membuat Alina terkekeh,"gapapa Nan,lagian aku juga suka naik motor."
Alina serius saat mengatakan itu,Alina pernah meminta motor kepada Kiki namun tidak diberikan karena takut Alina kenapa-kenapa.
Alina menaiki motor dan melingkarkan tangannya di pinggang Adnan,Alina takut terjatuh karena posisinya yang miring karena memakai rok.
Angin segar meniup wajahnya,namun tak lama banyak sekali polusi yang mulai menghilangkan kesegaran udara yang tadi ia hirup. Rupanya,mereka sudah keluar dari komplek rumah Alina. Pantas saja Kiki tak memberikannya motor,udara yang ia hirup kini sudah berganti dengan polusi. Alina menutup hidungnya,ia harusnya terbiasa,tapi entah kenapa malah ia semakin sesak.
Adnan tiba-tiba menghentikan motornya dan kini lelaki itu turun dari motor dan menghampiri penjual masker. Adnan kembali dengan masker di tangannya dan juga sarung tangan. Alina terpaku begitu Adnan memakaikannya masker,jarak keduanya kembali dekat dan Alina dapat melihat tahi lalat di bawah mata Adnan.
Indah sekali.
Ia menyukainya.
Menyukai semua yang ada pada diri Adnan.
***
Alina menatap rumah sederhana di hadapannya,ia tersenyum begitu seorang gadis keluar dari dalam rumah. Ia segera mendekat dan menyalami gadis berponi itu.
"Wah,calon istri kamu cantik banget ya Nan,"tutur Ainin dengan wajah antusias. Ia bahagia mendengar kabar bahwa Adnan akan menikah,selama ini memang Ainin dan Adnan cukup tertutup mengenai hubungan percintaan keduanya.
Tak lama seorang lelaki keluar dan Ainin segera menyuruh lelaki itu mendekat.
"Aku Ainin,Kakaknya Adnan,dan ini Arkan,adiknya Adnan."
Alina menerima tangan Arkan yang menyalaminya. Ia tampan sekali,seperti kakaknya.
"Ayo masuk,Kakak udah masak banyak!"
Alina mengangguk kemudian masuk kedalam rumah Adnan,walaupun dari luar sederhana namun rumah Adnan cukup luas.
"Kakak seneng denger kabar kalau Adnan akan menikah,jujur aja Kakak khawatir dan takut kalau Adnan terlalu fokus sama kerjaannya,"ungkap Ainin sembari menyimpan piring di hadapan Alina. Mereka makan bersama dan sesekali Alina akan menyahuti ucapan Ainin.
Ternyata,keluarga Adnan begitu hangat.
Ia harap semuanya berjalan lancar,sampai dirinya dan Adnan menikah dan menjalankan semua skenario.
Semua skenario.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. A
RomanceAlina tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa lelaki yang ia temui di kereta adalah lelaki yang menjadi bagian dari hidupnya. Lelaki yang mampu membuatnya keluar dari semua masalahnya,lelaki yang selalu bertindak dengan kepala dingin,Alina berharap...