4. Gone (Snowy Stairs)

19 1 0
                                    

Setelah meninggalkan Kabin 607, Zayne berjalan menuju lift. Suara roda berputar datang dari pintu sederhana di sebelahnya.

Melalui jendela kecil, dia bisa melihat sebuah lorong. Sebuah gerobak logam yang digunakan untuk pembuangan limbah lewat. Ada tangan tak bernyawa yang menyembul dari balik kain putih.

"Beri jalan."

Sepasang suami istri berpenampilan sederhana menghalangi gerobak.

Peneliti bertopeng itu terdengar kelelahan dan mencoba mendorong gerobaknya ke depan. "Bukankah ini yang kamu setujui ketika menerima sumbangan lembaga? Begitu mereka memilihnya, kita memiliki hak penggunaan dan pembuangan penuh. Dia sudah pergi sekarang, jadi tidak perlu berperan sebagai orang tua yang berbakti."

Wanita itu menggenggam erat besi gerobak rel itu. Dia hampir berlutut. "Tapi dia anak kami... Tolong izinkan kami melihatnya untuk yang terakhir kalinya. Kami berjanji tidak akan memberi tahu siapa pun...!"

"Asal tahu saja, dia langsung datang dari meja operasi. Dia sudah tidak punya hati lagi. Apa kamu masih ingin menemuinya?"

"...!"

"Permisi," kata Zayne sambil membuka pintu.

"Bisakah kamu meninggalkan dia bersamaku sebentar?" Selama beberapa bulan terakhir, Zayne menjadi terkenal di Xander Sciences, sehingga peneliti mengenalinya. Yang diinginkan Zayne hanyalah ruangan bersih dan seperangkat alat bedah. Peneliti ragu-ragu. Itu adalah bantuan yang bisa dengan mudah diberikan.

"...Baiklah, tapi tidak lebih dari setengah jam."

Selang beberapa saat, pemuda yang sempat putus asa itu akhirnya muncul di hadapan orang tuanya dalam keadaan bersih dan utuh. Sang ayah menempelkan keningnya ke dinding, tangannya memegang erat dada sambil menggigit bibir. Sang ibu membungkuk di atas tempat tidur, kepalanya terkubur dalam selimut putih.

Beberapa saat berlalu, dan kemudian Zayne mendengar isak tangisnya yang tertahan.

"Nak, kami datang untuk mengucapkan selamat tinggal..." Di ruang pengawasan, Carter mengawasi semuanya melalui layar. Seringai muncul di bibirnya saat dia membuka komunikasi.

"Zayne, kamu ingat apa yang kita bahas sebelumnya? Kita sudah lama membicarakannya. Di era kemajuan teknologi ini, mengapa kita harus menghadapi kematian?"

Di layar, Zayne perlahan beralih ke kamera. Sayangnya, dia terlalu jauh bagi Carter untuk melihat ekspresinya.

“Perspektif saya tidak berubah. Kita pada akhirnya akan menghadapi kematian, bagaimanapun caranya.” Lalu, Zayne melirik pasangan itu. "Hanya saja tidak seperti ini."

World UnderneathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang