"Hati hati di jalan ya neng Aralie pipi bolong, Neng Shasa speaker sekolah, neng Kimmy lagi sakit gigi sama Neng Levi tapi bukan Levi anime" Ucapan pak Jajang membuat keempatnya mendelik malas "Naon sih pak" Gumam Shasa sambil memakai helm nya sebelum ia mulai menaiki motor "kok shasa jadi speaker sekolah sih pak?" Pak Jajang menoleh kepada Aralie lalu menepuk kedua tangannya "karna neng Shasa berisik kaya speaker sekolah"
"BUBAR GUYS BUBAR" Pekik Shasa.
"Tunggu sebentar, apa bedanya sepatu sama jengkol?" Levi berbalik badan untuk menatap pak Jajang "plis jangan jokes receh"
"Sepatu di semir kalau jengkol di semur hihihi" Aralie segera menaiki motor Shasa lalu menepuk pundak Shasa "ayo balik, gue laper nih takutnya nanti gue malah makan si pak Jajang" Aralie menatap pak Jajang dengan wajah serius. "Ih neng ayayi teh sisikopet ya ternyataa"
"Psikopat BEGO! Eh maaf pak, soalnya saya kesel banget sama bapak" Levi sedikit membungkuk sambil menyalimi tangan pak Jajang. "Levii buruannnn, gigi gue sakit banget nih. Kayanya umur gue udah gak lama lagi deh" Kimmy terduduk lemas di atas motor Levi. "Apaansih kim, noh si Regie lewat" Kimmy segera menoleh ke arah tunjuk Levi "MANA MANA" Levi berjalan menghampiri motornya lalu tertawa "tai lu"
"sekali lagi bapak mau ngomong makasih ya ke kalian semua karna kalian udah mau nemenin neng Erine yang lagi gelisah galau merana" Mereka hanya mengangguk sebelum menjalankan motornya untuk segera pergi dari rumah Erine. "Kita pamit ya pak Jajang"
Pak Jajang berjalan mendekati gerbang rumah untuk menutupnya, namun ketika pak Jajang hendak menutup gerbang sebuah motor melaju cepat ke arah nya. Bahkan saking cepatnya laju motor itu memasuki rumah Erine, pak Jajang sampai terjatuh dengan posisi tengkurap "aduhhhh, SIAPA ITU" Pak Jajang langsung berdiri dari posisi jatuh nya.
Oline membuka helm nya lalu turun dari motor "Maaf Pak, saya lagi buru buru. Urgent! Harus ketemu Erine sekarang juga" Pak Jajang mengedipkan kedua matanya berkali-kali. "Oh ternyata kamu, yasudah sana masuk aja ke dalem" Oline tersenyum lalu berlari memasuki rumah Erine. Oline berlari dengan sangat cepat menuju kamar Erine.
Erine yang baru saja menyelesaikan aktivitas memakai skincare nya di malam hari merasa sangat terkejut ketika pintu kamar nya tiba-tiba di buka dan menampilkan Oline yang kini sedang menatap nya dengan napas memburu. Yang membuat Erine lebih terkejut adalah Oline yang kini sedang menangis.
"Oyine?" Oline berlari menghampiri Erine ketika Erine berdiri dari duduknya, Oline memeluk Erine dengan sangat erat. "Aku minta maaf" Ucap Oline dengan nada bicara seperti anak kecil yang sedang menangis. "Kamu kenapa? Kok nangis" Tangan Erine terangkat untuk mengelus kepala belakang Oline. Gadis jangkung ini menangis dengan sesegukan.
"Maafin aku.... " Oline melepaskan pelukannya lalu menatap Erine, hidung Oline terlihat sangat merah. Erine mengusap pipi Oline dan bertanya "heii kamu kenapa? Ayo kita duduk dulu" Erine menuntun Oline untuk duduk di atas kasurnya. Oline sudah menghentikan tangisan nya namun beberapa detik kemudian Oline kembali menangis "MAAFIN AKU" Teriakan itu membuat botol air putih di tangan Erine hampir jatuh ke lantai.
Oline merentangkan tangannya untuk meminta dekapan yang langsung di berikan oleh Erine. "A-a-a-aku" Erine tersenyum lalu melepaskan pelukan itu, ia duduk di sebelah Oline untuk membukakan tutup botol agar Oline bisa minum. "Nih minum dulu" Ucap Erine sambil mengusap punggung Oline. Oline menerima air putih itu lalu meneguk nya hingga habis tak tersisa "sekarang cerita ya, kamu kenapa?"
"Tadi siang pas di kantin sekolah aku gak sengaja ngebentak kamu" Setelah mengatakan itu Oline kembali menangis. Tangan Erine terangkat untuk mengelus pundak Oline "It's okay" Oline menggelengkan kepalanya "jangan it's okay" Tangisan Oline semakin menjadi jadi, hal ini lah yang membuat Erine semakin panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Secara ugal ugalan (Orine) [end]
Teen FictionMencintai si anak Osis secara ugal ugalan