11. 30 AM
Mega baru saja bangun tidur. Karena ada Jeffrey bertamu. Dia jelas bisa langsung masuk, karena tahu kode akses pintu.
"Kita putus. Gara-gara yang kemarin itu."
Ucap Mega saat melihat Jeffrey. Dia tampak sedih. Membuat Jeffrey langsung duduk di tepi ranjang si teman ini. Guna mendengar sesi curhatan kali ini.
"Dia bilang mau putus?"
"Iya, lihat saja sendiri! Dia biang putus di chat pada jam dua pagi. Ya Tuhan! Wanita ini tega sekali. Padahal aku sudah berkorban banyak untuk dia selama enam bulan ini."
Jeffrey mulai membaca pesan di ponsel Mega. Pesan dari Joanna yang mengatakan ingin putus saja. Sebab merasa jika mereka sudah tidak memiliki kecocokan. Padahal mereka baru sekali ini bertengkar selama enam bulan mengenal dan dua bulan berpacaran.
"Kamu bagaimana? Masih ada rasa?"
Tanya Jeffrey setelah mengembalikan ponsel Mega. Dia mulai menatap si teman yang mulai membersihkan kotoran mata. Lalu menguap lebar.
"Ya, masih. Tapi kalau dia mau putus, ya, sudah. Aku tinggal cari lagi. Tubuh dan wajah setampan ini harus digunakan dengan baik."
Mega langsung turun dari ranjang. Lalu menepuk pundak Jeffrey pelan. Sebab dia jelas sudah baik-baik saja. Meski sempat sedih sebelum memejamkan mata.
"Sudah sarapan, Jeff? Aku mau masak enak, nih!"
"Makan siang kali!"
Jeffrey mengekori Mega di dapur. Dia menghubungi beberapa temannya agar ikut. Guna menghibur Mega yang baru saja putus.
Di tempat lain, Joanna baru saja tiba di rumah. Namun orang tuanya tidak ada yang bertanya di mana dia menginap semalam. Sebab Joanna memang sudah terbiasa tidur di rumah Lana dan orang tuanya jelas merasa aman jika anaknya berada di sana.
Mengingat orang tua Lana bos mereka. Karena Rendy, ayah Joanna kerja di perusahaan Stevan dan Liana, ibu Joanna membuka restoran di gedung milik Ariana.
"Ibu masak apa?"
Tanya Joanna pada ibunya. Karena dia sedang lapar. Sebab sejak pagi belum makan. Sedangkan sekarang hampir jam dua belas.
"Hanya sayur bayam, ikan dan tempe goreng saja. Kamu tidak bilang kalau pulang siang. Adik-adikmu ada acara di luar seharian. Hanya kita berdua saja yang makan. Jadi hanya masak seadanya. Takut tidak ada yang menghabiskan."
Joanna hanya menarik nafas panjang. Sebab ibunya memang selalu masak sedikit jika tidak ada dirinya. Sedangkan jika ada, ibunya akan masak lebih dari tiga macam lauk setiap harinya. Seperti telur, ayam, tempe dan tahu juga. Jangan lupa kerupuk udang yang akan selalu tersedia di atas meja.
"Mentang-mentang hanya aku yang suka makan! Kalian juga harus makan banyak! Hutang kita hampir lunas, jadi tidak perlu terlalu hemat!"
Joanna membuka kulkas. Berniat menggoreng telur dan ayam. Tidak lupa mengukus bakpao yang dibeli dari teman kantornya.
Mereka makan siang bertiga. Di ruang makan yang hanya ada tiga kursi kayu usang. Meja makan yang ada di sana juga sudah memprihatinkan. Karena salah satu kakinya patah dan sudah diganjal dengan tumpukan bata.
Membuat Joanna kerap was-was dan lebih suka makan lesehan pada depan televisi di ruang tengah. Namun saat malas pindah, dia akan tetap makan di sana. Sembari terus melirik bagian bawah meja. Karena takut batanya bergeser dan menjatuhkan semua makanan.
Kehidupan Joanna dan Lena sangat bertolak belakang. Karena mereka jelas memiliki orang tua yang berbeda. Sebab orang tua Lena berasal dari keluarga terpandang, berpendidikan dan dikenal baik oleh banyak orang di kota. Sedangkan orang tua Joanna hanya lulusan SMA dan merantau di sana. Sehingga tidak memiliki banyak kenalan.
Beruntung mereka bertemu Ariana dan Stevan. Sehingga mereka bisa dibantu secara perekonomian. Rendy diberi pekerjaan dan Liana diajari berbisnis oleh Ariana. Sehingga berhasil menguliahkan ketiga anaknya.
"Katanya kamu sudah punya pacar? Mana? Coba bawa ke rumah!"
Goda Rendy pada anaknya. Sedangkan Joanna yang sedang fokus makan mendadak merasa kesal. Sebab ditanya demikian. Karena dia baru saja putus dengan Mega.
"Membawa dia ke rumah ini? Ayah serius meminta pacarku datang ke sini? Daripada meminta pacarku datang ke sini, lebih baik Ayah kerja lebih keras lagi! Supaya hutang kita lunas dan bisa membangun rumah ini! Aku bahkan jijik saat masuk kamar mandi! Bisa-bisanya Ayah memintaku membawa pacar ke rumah ini! Bisa lari dia saat melihat dinding teras yang mengelupas dan kabel lampu yang menjuntai di sana sini! "
Joanna lanjut makan lagi. Kali ini dipercepat agar dia tidak berlama-lama di ruangan ini. Sebab dadanya terasa sesak sekali. Karena menahan emosi.
Rendy diam saat mendengar ucapan Joanna. Niat awalnya yang ingin bercanda justru membuat anaknya marah. Hingga mempercepat kunyahan dan beberapa kali tersedak.
Liana? Dia ingin menambahkan apa yang dikeluhkan Joanna. Ingin mengejek suaminya yang dirasa tidak bisa menjadi kepala keluarga yang baik selama 28 tahun menikah.
Namun saat melihat wajah Rendy yang tampak menyedihkan, dia jadi tidak tega. Dia diam saja. Lanjut makan dan bersiap ke restoran. Karena di hari minggu dia akan tetap datang. Guna mengawasi para pekerja.
Udah dapet emosinya?
10 comments for next chapter.Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE BACK PASS [END]
Romance: a pass to a player behind the ball carrier in some sports (such as soccer and basketball)