Enam bulan kemudian.
Rumah Jeffrey dan Lana baru saja selesai direnovasi. Tentu saja berkat bantuan Joanna yang ikut mengawasi. Sehingga bisa selesai secepat ini. Padahal menurut estimasi, renovasi akan selesai dalam dua bulan lagi.
Joanna diundang dalam acara syukuran di rumah Jeffrey dan Lana. Mereka jelas sangat ingin Joanna datang. Karena kehadiran Joanna memang sangat berarti di kehidupan mereka. Bahkan, dia dibuatkan kamar juga di sana.
Ceklek...
Lana membuka pintu kamar Joanna. Dia melihat Joanna yang sedang mengancingkan kemeja. Sebab dia memang sedang memakai kemeja satin warna putih dan rok line A warna yang serupa. Karena dress code acara ini warna putih tulang.
"Ayo keluar! Orang-orang sudah datang!"
Lana membawa Joanna keluar kamar. Lalu bergabung bersama para kerabat yang datang. Kerabat Jeffrey dan Lana yang tinggal dalam satu kota.
"Kenapa dia ada di sini?"
Tanya Laras saat melihat Joanna. Dia kesal jelas saja. Karena sejak awal dia tidak suka padanya. Ditambah bisnis suami yang gagal, membuat emosi Laras ingin keluar sekarang. Sebab butuh pelampiasan.
"Joanna teman baikku, wajar kalau dia ikut. Dia juga ikut andil dalam merancang keuangan selama renovasi. Jadi dia berhak ada di sini!"
Ucap Lana panjang lebar. Dia sudah berani melawan sekarang. Karena ada Jeffrey di belakang. Sebab dia tidak mungkin marah padanya hanya karena melawan Laras. Jeffrey juga akan membelanya jika orang tuanya marah. Karena mereka selalu sepaham.
Itu sebabnya Lana tidak pernah mempermasalahkan saat Jeffrey tidak mau menyentuh dirinya. Sebab dia merasa jika semua ini cukup baginya. Semua kebebasan ini lebih dari apa yang dia bayangkan sebelumnya. Apalagi Jeffrey tidak melarang saat dia masih berteman baik dengan Joanna. Sampai-sampai membuatkan kamar khusus untuknya. Seolah dia bagian dari keluarga mereka.
Laras yang akan kembali bersuara langsung diam saat nenek Jeffrey datang. Dia Nirmala, ibu Sandi yang selama ini ikut tinggal Lucinta di luar negeri. Saat pernikahan Jeffrey dia hadir, namun hanya sebentar karena tiba-tiba sakit. Sehingga saat ini, dia memutuskan datang lagi untuk melihat cucu dan istrinya yang belum sempat dilihat dengan puas hati.
"Nenek? Kenapa tidak bilang kalau datang? Tahu begitu aku jemput di bandara."
Jeffrey memeluk neneknya yang ada di kursi roda. Di belakangnya ada Lucinta dan ibunya. Sebab ayahnya sedang bersama beberapa tamu di luar.
Acara syukuran dilangsungkan. Sepanjang acara Joanna diam saja. Namun dia sadar jika sejak tadi dilihati oleh Laras. Karena dia yakin jika wanita itu pasti akan mencari kesempatan untuk kembali mengganggu dirinya.
"Setelah ini aku langsung pulang, ya?"
Bisik Joanna pada Lana. Namun wanita itu menggeleng cepat. Sebab dia tidak mau ditinggal sekarang. Karena dia memang agak takut pada Nirmala. Sehingga dia butuh Joanna untuk menemani dirinya.
"Jangan, lah! Aku takut, Nenek Jeffrey seram!"
Jeffrey yang ada di sebelah Lana mulai menolehkan kepala. Dia menatap istrinya yang sedang membisikkan sesuatu pada Joanna. Membuatnya sedikit merasa penasaran.
Hingga setengah jam kemudian acara selesai. Kini, orang-orang makan bersama di ruang tamu. Mereka duduk lesehan di atas karpet tebal berbulu.
"Joanna, kapan kamu menikah? Nanti sulit punya anak kalau kelamaan."
Tanya Laras di sela-sela acara makan. Membuat Joanna mulai menelan dengan susah payah. Sebab dia jelas tidak siap ditanya.
"Kafe yang kau bangun bersama keluargamu sudah tutup, ya? Kasihan. Lalu sekarang kalian cari uang dari mana?"
"Mereka buka bisnis baru, Tante. "
Jawab Lana karena gemas. Sebab dia tidak ingin Joanna merasa kecewa. Jika tidak dibela.
"Oh, ya? Bisnis apa? Awas! Nanti gagal, malah kamu yang dihutang."
Laras tertawa pelan. Membuat Joanna berhenti makan. Karena nafsu makannya mendadak hilang.
"Joanna tidak pernah hutang padaku, Tante sok tahu!"
Seru Lana kesal. Membuat Ariana melotot dari kejauhan. Sebab dia tidak mau nama si anak jelek di depan Nirmala.
"Aku memang tahu! Dia dan keluarganya ini problematik! Orang tuanya hutang bank ratusan juta. Bertahun-tahun menjadi benalu di keluarga Stevan. Dan sekarang, dengan tidak tahu diri korupsi ratusan juta! Untung saja iparku pemaaf. Kalau tidak, pasti sudah dipenjarakan mereka!"
"TANTE!"
Seru Lana dengan mata berkaca-kaca. Sebab dia sudah berusaha merahasiakan hal ini dari Joanna. Jika ayah dan adik-adiknya memang ketahuan menggelapkan dana perusahaan sebesar dua ratus juta setelah satu bulan resign kerja.
Lana yang tahu hal itu lebih cepat jelas meminta orang tuanya diam. Dia juga meminta Jeffrey untuk mengganti uang perusahaan agar orang tuanya bungkam. Beruntung pria itu mau mengeluarkan uang dengan suka rela. Sehingga Joanna yang tidak tahu apa-apa begitu terkejut sekarang.
"Apa maksudnya?"
Joanna mulai berkaca-kaca. Dia menatap Laras lama. Karena ingin memastikan itu sungguhan atau tidak.
"AYAH DAN ADIK-ADIKMU KORUPSI UANG PERUSAHAAN! IPARKU YANG NAIF INI LANGSUNG MEMAAFKAN SEHINGGA TIDAK MELAPORKAN! DAN KAMU DENGAN PERCAYA DIRI BERADA DI SINI, HAH!? DASAR BENALU! WANITA TIDAK TAHU MALU! KAMU TIDAK AKAN PUNYA MASA DEPAN! TIDAK AKAN ADA LAKI-LAKI YANG MAU DENGAN ORANG-ORANG PROBLEMATIK SEPERTI KALIAN!"
Ariana langsung berdiri dari duduknya. Dia berniat membawa Laras pergi dari sana. Karena sudah membuat keributan.
"Kamu harus pulang!"
"Tidak! Aku tidak akan pulang sebelum mencakar wajahnya dan---"
"Anda sudah sangat keterlaluan! Joanna masih punya masa depan. Akan ada pria yang mau menikahi dirinya, aku orangnya."
Ucap Jeffrey tiba-tiba. Membuat Ariana mulai melepas tangan pada Laras. Lalu menatap menantunya tidak percaya.
"Jeffrey, jangan bercanda."
Bisik Lana pada suaminya. Namun Jeffrey justru berdiri dari duduknya. Agar semua orang dapat melihatnya .
"Aku dan Joanna sudah berhubungan sejak lama. Bahkan sebelum aku dan Lana dijodohkan. Kami bertemu saat perusahan Papa dan Papa Stevan melakukan kerjasama."
Air mata Lana mengalir perlahan. Sama seperti Joanna yang kini mulai bangkit dari duduknya. Agar bisa bergegas pergi dari sana.
"Joanna, ini bohong, kan?"
Lana menahan tangan Joanna. Membuat si wanita gagal bangkit dan kembali duduk di sampingnya. Dengan tangan lain yang dipakai untuk menyeka air mata.
"Kamu tahu aku suka main-main, kan? Jeffrey salah satunya. Hubungan kami tidak spesial. Kalau memang iya, aku tidak akan berada di sini sekarang. Aku akan menggagalkan pernikahan kalian sejak awal, atau justru pergi menghilang agar tidak melihat kalian."
Jeffrey yang mendengar itu jelas sakit hati. Dia yang sejak awal ingin mengambil hati wanita ini, kini justru dibuat patah hati. Serta dibuat malu sekali di rumahnya sendiri.
Reaksi Lana? Dia mulai menyeka air mata. Lalu menggenggam kedua tangan Joanna. Kemudian tersenyum setelahnya.
"Kalian dengar, kan? Jadi jangan gosipkan ini di belakang! Mereka sudah tidak berhubungan. Mungkin Jeffrey saja yang masih terbawa perasaan. Salahku karena selalu membawa Joanna ke mana-mana. Wajar kalau dia---"
"LANA!"
Kali ini Ariana yang bersuara. Dia tampak marah. Lalu menarik si anak pergi dari sana. Membuat orang-orang yang melihat hanya terdiam. Karena masih shock dengan pertunjukan yang ada di depan.
Setelah Lana dibawa pergi, Joanna juga langsung bangkit. Diikuti Jeffrey. Membuat Jessica dan Sandi begitu malu saat ini. Apalagi Nirmala yang sejak tadi tidak bereaksi.
Kalian butuh POV Jeffrey?
50 comments ( chapter 7-9 ) for next chapter.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE BACK PASS [END]
Romantizm: a pass to a player behind the ball carrier in some sports (such as soccer and basketball)