Satu minggu kemudian.
Lana tampak gelisah, karena sudah satu minggu dia tidak berkomunikasi dengan Joanna. Baik secara langsung maupun tidak. Karena pesannya tidak lagi dibalas. Apalagi teleponnya.
"Dia ini sesibuk apa, sih? Sampai-samapi tidak bisa dihubungi!"
Seru Lana yang sedang menunggu kamar mandi. Karena Jeffrey sedang berada di dalam saat ini. Sebab dia sedang bersiap untuk meeting.
"Apa pekerjaannya sebanyak itu sampai-sampai mengabari saja tidak mau!?"
Lana kesal. Dia merasa kesepian sekarang. Karena dia sudah tidak kerja. Sebab diminta orang tuanya untuk rehat saja. Mengingat sebelumnya dia bekerja sebagai dosen di universitas swasta, namun sekarang harus berhenti karena beban kerjanya tinggi namun gaji yang diberikan tidak seberapa.
Sebenarnya Lana tidak masalah jika gajinya sedikit. Karena dia memiliki banyak uang dari orang tuanya sendiri. Namun setelah menikah, ternyata Jeffrey melarang orang tuanya untuk memberi uang lagi. Karena dia yang akan bertanggung jawab pada si istri.
Sebenarnya uang yang Jeffrey beri tidak kecil. Namun dia jelas merasa belum cukup sekali. Karena kesepian dan dia butuh lebih banyak uang untuk menghibur diri. Apalagi Joanna tidak bisa dihubungi.
"Mungkin dia sibuk sekarang."
Ucap Jeffrey yang baru saja keluar dari kamar mandi. Karena dia mendengar ocehan Lana sejak tadi. Selain itu, ini juga karena dia ingin mencari tahu tentang kabar Joanna dari si istri. Mengingat wanita itu juga tidak memberi kabar dirinya selama satu minggu ini.
"Coba kamu cek di kantor. Siapa tahu dia di sana. Kamu pasti takut tanya Papamu, kan?"
Lana mengangguk cepat. Sebab dia memang tidak mungkin tanya tentang Joanna pada Stevan. Sebab pria itu pasti akan cerita pada Ariana. Lalu berujung dia yang kena marah oleh ibunya.
Jeffrey yang sedang berkecamuk mulai melirik Lana. Dia senang saat melihat istrinya yang mulai bersiap karena menuruti ucapannya. Sebab dia juga tidak bisa menghubungi Joanna sejak pulang dari Eropa. Sehingga dia butuh perantara istrinya agar tidak ada yang curiga.
8. 30 AM
Lana baru saja tiba di kantor ayahnya. Dia langsung menuju divisi tempat Joanna ditugaskan. Namun saat tiba di sana, dia terkejut saat mendengar jika Joanna sekeluarga sudah tidak lagi kerja di sana. Sejak satu minggu sebelumnya.
Lana murka. Karena tidak ada yang memberi tahu dirinya. Terlebih orang tuanya. Karena dia memang merasa jika wajar Joanna tidak mau bilang padanya. Sebab mungkin dia masih marah atas insiden pesan yang dikirim sebelumnya. Saat dia bertanya apakah dia dan si suami ada apa-apa.
Ceklek...
Lana tiba di ruangan ayahnya. Dia menangis sekarang. Sebab merasa jika ayahnya jahat.
"Kenapa Joanna dan keluarganya dipecat!? Mereka salah apa!?"
Stevan yang sedang fokus menatap laptop agak terperanjat. Karena baru kali ini Lana datang ke kantor tanpa bilang. Sembari marah-marah pula.
"Mereka tidak Papa pecat. Tapi resign bersama, karena hutang mereka sudah lunas."
Ucapan Stevan membuat Lana merasa lega sekaligus kesal. Lega karena akhirnya keluarga Joanna bisa hidup tenang dan kesal karena Joanna tidak mengatakan apa-apa padanya. Karena seharusnya berita ini dirayakan.
Sekedar informasi, hutang keluarga Joanna sekitar 500 juta di bank. Karena Rendy dan Liana pernah membuat bisnis car wash bersama temannya saat Joanna masih SMA. Namun mereka ditipu hingga harus melunasi hutang ini sendirian. Karena si teman membawa kabur uang mereka.
Di tempat lain, Jeffrey baru saja mendapat kabar jika Joanna dan keluarganya sedang membangun kafe di tengah gedung perkantoran. Tidak terlalu besar. Karena hanya mereka sekeluarga saja yang menjadi karyawan. Sebab Liana sudah menjual bisnis restoran yang ada di gedung Ariana. Sehingga dia bisa membantu seharian juga.
Kabarnya besok lusa baru mulai buka. Mereka menyewa gedung yang dulunya toko kacamata. Lumayan, sih. Sepertinya dia sudah merencanakan ini sejak lama. Konsep kafenya terlihat matang. Aku harap ini bisa bertahan lama.
Jeffrey mengaminkan dalam hati. Lalu bertanya-tanya pada si teman ini. Tentang kafe Joanna yang belum pernah didengar rencananya barang sekali.
Padahal dia dan Joanna sudah berhubungan lama sekali. Sekitar dua tahun yang lalu. Saat dia dan Lana belum bertunangan karena perjodohan orang tua tentu.
5. 30 PM
Jeffrey baru saja pulang kerja. Namun dia tidak langsung pulang ke rumah. Tetapi mampir ke kafe Joanna.
Jeffrey menunggu cukup lama. Karena keluarga Joanna masih berada di dalam untuk mengurus perlengkapan. Hingga mereka pulang semua kecuali Joanna. Sebab ada sesuatu yang akan diurus sendirian di sana. Membuat Jeffrey lekas mendekat karena tidak sabar.
Teng...
Suara pintu terbuka. Membuat Joanna yang sedang mencoba mesin EDC langsung menatap ke arah pintu sekarang. Sebab ingin mengatakan jika kafe ini belum buka.
"Kenapa tidak bilang kalau kalian resign? Aku bisa mencarikan kalian pekerjaan di kantorku, kalau kamu mau."
"Tidak, terima kasih. Hutang keluargaku sudah lunas. Kami sudah muak kerja di tempat orang. Jadi kami memutuskan untuk membuat bisnis saja. Dengan sisa tabungan kita."
Jeffrey mulai menatap sekitar. Semuanya terlihat sudah terkonsep sejak lama. Karena Joanna memang sangat pintar mengatur rencana.
"Bisnis ini pasti sudah terkonsep sejak lama. Kenapa tidak pernah bilang? Aku bisa beri bantuan kalau kamu minta. Seperti suntikan modal atau promosi juga. Kamu lupa kalau perusahaanku bergerak di bidang periklanan?"
"Aku bisa melakukan ini sendiri Jeffrey. Aku tidak mau merasa hutang budi dengan orang lain lagi."
Jeffrey hanya tersenyum tipis. Agak kecewa karena Joanna jadi sedingin ini. Padahal dia sudah menganggap spesial hubungan ini. Ya, meski agak hambar karena mereka hanya bertemu sesekali. Saat sedang birahi tinggi. Mereka juga jarang berbicara dari hati ke hati. Sehingga Jeffrey tidak banyak tahu tentang wanita ini.
"Kamu tidak menganggap jika hubungan ini akan berlanjut, kan? Maksudku, aku tidak seserius itu. Kamu pasti sadar kalau selama ini aku datang padamu hanya saat butuh dihibur. Bukan karena benar-benar ingin kamu. Apalagi merebut kamu dari teman baikku."
Jeffrey yang mendengar itu mulai tersadar. Dia bagai ditampar. Karena sejak dulu selalu denial dan sangat takut jika Joanna benar-benar secara gamblang berkata demikian. Itu sebabnya dia tidak pernah bertanya tentang kejelasan hubungan.
"Aku tahu. Aku datang karena ingin meminta bantuanmu. Lana dan aku akan merenovasi rumah. Kamu butuh kamu untuk merancang anggaran."
Joanna diam sejenak. Kemudian mengangguk singkat. Karena urusan kafe sudah selesai semua. Sehingga dia hanya perlu mengawasi dari jauh saja.
50 comments for next chapter.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE BACK PASS [END]
Romance: a pass to a player behind the ball carrier in some sports (such as soccer and basketball)