13. Usai

53 10 0
                                    

Aku tak menyesali apapun walau sekarang aku sudah tak bertegur sapa dengan cintaku.

Dan Aditya pun seperti benda yang terapung disungai, kemana aliran membawa, dia ikut. Aku aliran yang di ikuti dan membawanya kepada ke asingan. Sebab ia pun tak menegur ku pula setelah terkuaknya semua.

Dia masih sanggup tersenyum, bercanda gurau dengan teman temannya, sedangkan aku..., kenapa pihak perempuan selalu jadi yang dirugikan?

Apalagi setelah tragedi aku dengan Ariri, semuanya seperti berjarak, teman temanku Tia, Rahmah, Dyah tak menoleh kearah ku, mereka teguh pada Ariri, mungkin mereka telah di cekoki Ariri racun.

Aku diam kembali menatap jalan yang menyimpan kenangan pahit.

"Udah dimandiin kembang belum motor baru, tuh?"

"Udah dong,"

"Keren anjir motor lo, boleh lah gw minjem ntar.

"Silahkan,"

Lalu di pojok kiri berjarak 5 bangku dariku, Aditya dan teman temannya tertawa, ya aku juga mendengar bahwa Ditya membeli motor baru, motor sport hitam yang dijanjikan ayahnya, yang di gadang gadang akan jadi kesayangan.

"Keren lah ini, item macho!"

"Iyakan, ntar kamu deh yang pertama ku ajak jalan jalan naik ini."

"Serius?!"

"Ciyus!"

Aku terkekeh, biasa bisanya obrolan kami yang entah kapan itu tersetel dalam ingatanku. Tapi, biaralah. Karna itu akan hanya menjadi ingatan, tak akan pernah terealisasi dengan keadaan kami yang sekarang.

Dari pada aku meratapi apa yang membuatku sedih, aku memilih menelungkupkan kepala dimeja dan tidur.

******

"Mama dimana?"

"Deket warung ini, loh, kamu kebawah aja."

Dengan panasnya matahari menyengat, penglihatan ku tak jelas untuk menemukan persepsi ibuku. Hari ini aku dijemput Mama, karna aku harus mengurus beberapa hal dengan Mama.

Mama bilang dia menunggu dibawah, kondisi luar gerbang sangat berdesak desakan oleh anak anak lain yang mengeluarkan motor dari parkir.

Ditambah mobil mobil mencoba lewat dikala jam pulang sekolah kami. Sangat menyebalkan karna membuat macet dan bising.

Aku ingin melangkahkan kakiku, baru beberapa langkah tiba tiba terdengar suara klakson brutal dari arah atas, aku sontak menoleh dan berteriak kala motor hitam itu hampir menabrak ku.

Aditya, dengan kecepatan penuh tanpa aturan sehingga aku yang tiba tiba tak memprediksi akan kehadiran nya membuat cowok itu ngerem mendadak, ia tersungkur bersama motor barunya.

Aku melotot terkejut, tapi tak pula bergerak untuk menolong cowok itu, aku stagnan dan orang orang mulai ramai mengerumuni Ditya.

"Kamu nggak papa?" Tiba tiba Laura muncul, dia merangkul ku dikala keterkejutan ku dengan semuanya yang serba tiba tiba.

"Ah anjing! Lecet!"

Aku mendengar Ditya mengumpat, jelas karna itu motor baru, pasti dia sangat kesal motornya lecet.

Aku masih diam, sampai akhirnya dia melihat kearahku, aku tak bisa menebak apa yang akan terjadi dengan kondisi kami. Tapi, ia melangkah.

di ini Januari | JaeliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang