11. Jadi begini

44 10 0
                                    


"Kamu marah, ya?"

Sinis ku bertahan sampai detik ini. Semenjak keluar dari ruang BK tadi, sekarang aku berdua dengan-Ditya, duduk di depan gerbang sekolah. Tetap ku diami anak itu.

"Enggak ah," sahutku kali ini, nada ku datarkan dengan tangan sibuk membuka hp.

"Kamu kesel, ya?"

"Keliatan emangnya?"

"Iya itu ada tulisannya di dahi kamu." Ditya menunjukku keningku.

Aku menatapnya aneh, cowok ini kadang ada ada saja kelakuan nya jika ingin diperhatikan.

"Apa tulisanya? Beneran ada?"

"Ada itu, 'kafaro' tulisanya."

Aku melotot terkejut mendengar ucapannya. Tanpa sungkan tangan ini melayang menggeplak kepala Aditya.

"Heh! Kamu kira aku daj- ah udahlah!"

Ditya tertawa terbahak bahak. Aku mendegus malas. Entah bagaimana cowok ini bisa terpikal-pikal, sedangkan ditangannya ada surat panggilan.

"Dit," panggilku pelan.

Cowok itu seperti nya pura pura tak mendengar, mengalihkan pemandangan nya ke sebrang sana.

"Dit!" Nafasku menaik, sampailah Ditya menoleh. Aku melunak dengan tatapan sendu. "Dit, kamu bisa nggak usah begini? Aku ngerasa kamu nggak pantes kamu kayak begitu."

"Dimana letak gak pantesnya?"

"Iya! Nggak ada 'hal' yang bikin kamu harus belain aku segitunya. Kalau Juliyus nggak mau kasih, ya udah! Nggak usah kamu ajak gelud. Tinggal kasih tau aku, biar aku yang urus." Emosi ku terpental kemana mana, jalan yang sepi memuat susana yang pas untuk aku memaki Aditya.

Ku lanjutkan lagi perkataan ku, tanganku menyentuh lengan Ditya. "Gara gara aku kamu harus SP. Aku bener bener nggak enak sama kamu. Kamu juga yang harus tanggung jawab buat Juliyus. Nggak adil banget Ditya, kita bukan siapa siapa buat kamu ngelakuin ini." Ku tatapi mata yang tenang itu, Ditya bungkam. Mungkin perkataan ku kena di hatinya.

Dia melepas tanganku dari lengannya. Aku nanar menatap hal itu.

"Emangnya gak boleh?" Dia berkata tanpa menoleh ke arahku, nada suaranya dingin sarat tak kesukaan.

"Harus jadi apa dulu emangnya? Aku tau kamu, Ef. Juliyus juga udah kelewatan kok, kamu kan nggak tau gimana kejadiannya disana." Ditya kembali berbicara, tanganya mengotak Atik tasnya, menulis sesuatu ditelapak tanganya, aku tak memperhatikan karna sepertinya lelaki itu akan mengeluarkan suara lagi.

"Emangnya nggak boleh, ya, bantuin temen sendiri? Kata kamu kita harus jadi 'hal' temen bukan hal, kah? Kita temenan loh, Ef."

Deklarasi yang mengandung kesedihan.

Aku lantas mengalihkan pandangnku yang sedari tadi menatap Aditya. Entah kenapa kata 'teman' membuat sesuatu di dalam menjadi kacau juga.

"Eh eh,"

Plak!

Tiba tiba Ditya menabok wajahku cukup kuat, membuat aku lebih terkejut lagi, menatap kearahnya shock.

"Nyamuk."

Tanpa dosa, Ditya menunjukkan telapak tanganya yang ditulisi tulisan 'NYAMUK'

Jadi tamparan tadi hanya pura pura, tak ada nyamuk, dan itu hanya ke isengan cowok kurang 1/4 itu.

Kepalaku hampir meledak, bagaimana Ditya menyatukan ke runyam-an dan selera humornya yang aneh.

Aku berdiri tegak tiba tiba, membuat Ditya berjengit, mungkin mulai berpikir bahwa kelakuan nya mulai berlebihan.

di ini Januari | JaeliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang