Sembilan Belas (End)

12K 396 32
                                    

Hari ini adalah hari terakhir mediasi antara Dartu dan Dina dilaksanakan, Dina dengan wajah datarnya datang di pengadilan seorang diri.

Dartu amat menyesal hingga berusaha untuk tidak lanjut lagi ke pengadilan, tapi naas Dina sepertinya sudah lelah dengannya, berulangkali pula Dina berujar kalau mereka cukup disini berjodohnya.

"Minggu depan sidang terakhir perceraian, aku harap kamu datang," ujar Dina sebelum berdiri meninggalkan pengadilan.

Tentang Ayu yang selalu menggida di Desa, ia sudah di usir dan di amankan pihak setempat karena semua istri tau akan niat busuk nya, awalnya Dartu juga berniat membongkar tapi malah ia terjerumus sendiri dengan buaian nya. Padahal ia memiliki istri yang muda seperti Dina.

Memang tidak tau diri dan tidak tau bersyukur.
Dartu menghembuskan nafas, memandang istrinya yang semakin lama semakin menjauh.

"Ada apa?" tanya Dina ketika ia dicegah saat akan masuk ke mobil.

"Mas mau bicara bentar,"

Dina mengangguk, mereka mencari tempat duduk.

Setelah lama tidak ada kata yang keluar Dina akhirnya angkat bicara.

"Aku banyak acara Mas," dumel Dina

Dartu yang awalnya diam melamun itu langsung tersadar.

"Maaf,"

"Mas hanya ingin bertemu si kembar," imbuhnya.

"Mas bisa datang ke rumah orang tua ku, beberapa hari ini aku disana, sudah dulu ya mas, mari," ujar Dina tidak mau bertele tele.

Semenjak memutuskan bercerai Dina memang tinggal di rumah orang tuanya sementara, sebelum kembali ke kota untuk memulai hidu barunya.

Untuk hak asuh anak, Dartu tidak mau memperebutkan biarlah anak-anaknya bersama dengan ibunya.

Semua memang kesalahannya, andai saja ia tifak gegabah dan tidak mengecewakan istrinya terus menerus, hingga akhirnya istrinya tidak mau memaafkan nya lagi.

Jabatan nya sebagai kepala desa juga lengser karena semua orang di desa tidak suka dengan sifatnya yang sampai selingkuh itu, padahal Dartu terkenal sebagai laki-laki yang baik dan bermartabat dulu.

Mau menyesal pun tidak ada gunanya lagi, Dartu kehilangan semuanya.

Ia akan memulai kehidupannya yang baru dengan seorang diri.

*****

Beberapa tahun kemudian...

"Bunda mau kemana?" tanya Naisya kepo dengan pakaian bundanya yang rapi dan sudah cantik di hari minggu.

"Bunda ada acara sayang, kamu mau ikut?" tawar Dina.

Naisya menggeleng, "Bun kita kapan pulang ke Desa?" tanyanya takut takut.

Dina menghembuskan nafasnya sebelum mengusap wajahnya, kalau sudah membahas Desa hatinya tidak suka karena masih belum ikhlas akan kejadian dulu. Secepatnya sayang.

"Naisya kangen Ayah, Bunda..." rengeknya.

Dina tau kedua anaknya merindukan Ayahnya apalagi sekarang mereka sudah menginjak remaja dan sebentar lagi dewasa.

"Bunda enggak mau ya balikan sama Ayah?" ujar Naischa ikut menimbrung obrolan mengenai Ayahnya.

"Bunda berangkat ya," potongku tidak mau membahas masalah itu lagi.

Istri Pak KadesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang