"Tukang pos melihat jasadnya lewat jendela. Menelpon 110, menyangka bahwa ada yang bunuh diri", ucap Rama kepada kami sambil memasuki rumah Nanda Samudra yang baru ditemukan mati. "Ternyata benar.
"Pistolnya masih berada di tangan Samudra saat kami tiba disini. Awas cipratan darahnya." Kami memasuki ruangan dapur yang agak berantakan. Kami menemukan kotak cincin milik Tuan Bestari, disini." Rama menunjuk ke atas meja lipat kecil dengan beberapa foto dan vas bunga diatasnya.
Aku tidak berani melangkah terlalu jauh, dan hanya berdiri di pintu dapur, yang lebarnya tidak lebih dari 2 meter. Yang aku lihat disini Adrian sedang menatap ke arah kumpulan gambar yang berada di dinding.
"Ternyata Nanda Samudra adalah seorang tukang bunga, yang biasa dipesan oleh Tuan Bestari dan Nyonya Eka. Mereka memesan bunga yang segar seminggu sekali. Nanda lah yang mengantarkannya ke rumah mereka." kata Agen itu. "Itu menjelaskan mengapa Tuan Bestari mengijinkannya masuk saat itu."
Adrian melihat ke arah ruang lain. "Apa yang terjadi disitu?" Ia menunjuk ke arah mesin cuci yang jatuh menumpahkan pakaian-pakaian.
"Mencampurkan pakaian warna dengan pakaian putih? Entahlah. Dia orang yang sedikit aneh." Kemudian Agen itu pergi ke ruangan lain.
Adrian melirik ke arah kirinya. "Apa kau sudah mengambil HP-nya?" tanya Adrian.
"Belum ditemukan sampai saat ini, tapi akan ditemukan", jawab Rama dengan nada datar. Rama kemudian keluar ke arah pintu samping.
Aku mulai mendekati Adrian yang sedang berdiri kaku disana. Saat aku berada di samping Adrian, Ia menengok ke arah wastafel yang berada di belakangnya. Ia diam sejenak, dan kemudian mengambil sebuah botol pil dan melihatnya dengan teliti.
Aku berjalan ke arah foto-foto yang terpampang di dinding. Ternyata itu adalah foto-foto dari Tuan Bestari, yang sedang berada di depan rumahnya. Foto itu terlihat diambil secara diam-diam, karena memiliki angle yang tidak bagus. Aku kemudian memikirkan tentang perasaan Adrian saat ini. Ku ajak ia berbicara. "Kau ingin menjadi yang menemukannya, kan?"
"Aku tidak melakukannya untuk popularitas." Adrian berbalik arah.
"Lalu mengapa kau melakukannya?" tanyaku heran.
Adrian hanya terdiam kaku dan berjalan ke luar dapur. Apa yang sudah aku lakukan? Menghancurkan mood-nya kah? Atau apa? Aku bingung.
-
Esoknya saat aku baru pulang dari supermarket, aku melihat Adrian sedang duduk diam di Ruang Keluarga dengan TV yang menyala. Aku meletakkan belanjaanku ke meja yang berada di depannya.
"Ia menghilangkan tahi lalatnya saat melakukan operasi plastik", ucapnya. "Ini tidak masuk akal. Ia suka dengan tahi lalatnya. Sebelum operasi ia sering memutar kepalanya untuk menunjukkan tahi lalatnya saat difoto."
"Hah? Masa? Memangnya dimana kau melihatnya?" tanyaku heran.
"Aku melihatnya di Profil Facebooknya. Ternyata ia mempublikasikan beberapa fotonya ke publik."
Aku duduk di sofa, persis di sebelah Adrian.
"Ternyata sobatku benar. Hans Peter. Ia adalah seorang dokter yang kupikir adalah pembunuh dari Tuan Bestari. Dia sangat tampan sebelumnya dibandingkan setelah operasi. Lalu.. Apa maksudnya ini? Apa tujuannya?"
Adrian kemudian berdiri. "Hal lainnya. Data dari INS menunjukkan bahwa Samudra sering menggunakan HP-nya." Adrian mengambil segumpal kertas dari lemari disebelah TV. "Dan ya, tiga hari yang lalu, semuanya berhenti. Tidak ada telepon. Tidak ada sms. Kenapa?"
Adrian menyerahkan dua kertas kepadaku. Ya, ini adalah data telepon masuk dan keluar.
"Sementara data dari bank, ada beberapa cek yang dibuat atas nama Dr. Riana Juwita, seorang Psikolog. Ia sepertinya bagus untuk diajak berbicara, kan? Ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DEDUCTIONIST
Mystery / ThrillerMelia Cantika. Seorang Sarjana Muda kriminolog yang harus berpindah ke Ibu Kota karena Ibu-nya yang meninggal. Dia menemukan seorang anak yang sangat luar biasa di sana. Dan perjalanan misterius dan mengasyikkan akan segera dimulai. **************...