Bab I - Sebuah Buku Yang Ditemukan (Bagian 4 - Finale)

784 49 6
                                    

Jantungku kaget setengah mati saat mendengar suara yang muncul dari dalam kotak. Aku melihat sebuah kotak hitam, yang sepertinya merupakan perekam suara.

"Cobalah diputar lagi", sahut Adrian.

Aku mengambil perekam suara itu, menekan tombol end dan memutar ulang rekaman suara tersebut.

Aku mendengar suara wanita.

"Oke, jadi gini. Kalau kalian mendengar rekaman suara ini, berarti ini sudah diujung tanduk, dan aku sudah tidak tahan lagi. Aku, Camelia Basuki, anak XC, aku yang mengirim berbagai hal ke kak Hilmi. Aku suka sama kak Hilmi, dan, aku gak bisa ngomong karena aku cewek, dan aku masih kelas sepuluh. Dan aku juga gak enak sama kak Sisca yang memang deket sama kak Hilmi. Pokoknya, aku tidak ingin semua ini menjadi masalah. Aku minta maaf, dan aku berjanji akan meninggalkan kalian."

Sungguh, cerita yang sedih kupikir. Aku mengerti perasaannya, karena aku sendiri juga pernah mengalami masa-masa seperti itu saat aku SMA dulu.

"Selamat tinggal Hilmi. Aku akan selalu mencintaimu."

Terdengar suara "klik", dan kemudian suara ledakan itu terulang kembali.

Aku panik. Saat itu aku panik. Apakah dia bunuh diri? Meledakkan diri? Atau bagaimana?

"Tidak, dia tidak meninggal", Adrian menimpali. "Itu adalah sebuah pesan dari pengirim paket misterius itu. Aku menemuinya saat kau mengatakan bahwa itu adalah sebuah fotokopi dari sebuah buku harian. Menimbang dari tingkat kelembaban 'darah' yang ada di buku tersebut--yang sudah jelas digunakannya cat minyak, sepertinya tidak lebih dari dua puluh empat jam.

"Sebuah tugas yang harus kulakukan saat itu ialah mencari dimana buku itu di-fotokopi. Dua puluh empat jam bukan waktu yang sebentar, dan akan memakan waktu yang sungguh lama untuk diantar. Namun, karena buku itu ditemukan jam 2.30 sore tadi, tepat satu jam setelah waktu pulang sekolah. Seperti yang kau lihat sendiri, konteks ini selayaknya seorang wanita--sudah jelas wanita, kan?--yang curhat tentang pria idamannya, sehingga kita tau wanita ini adalah teman satu sekolahnya.

"Jarak dari sekolah ke Rumah Hilmi memakan waktu kurang lebih 30 menit menggunakan motor, dan 1 jam menggunakan mobil. Kau lihat sendiri bagaimana kemacetan di jalanan saat waktu pulang sekolah. Sehingga, sebelum Hilmi pulang, ia butuh waktu kurang dari 30 menit untuk menduplikat buku itu agar ia sampai di Rumah Hilmi lebih dulu dari Hilmi sendiri.

"Karena wanita ini butuh waktu kurang dari 30 menit untuk menduplikat buku ini, maka dia hanya bisa pergi ke tempat fotokopi dalam radius 500 meter dari sekolah. Dan hanya ada dua tempat fotokopi di daerah itu. Shot in the dark, aku menemukan seorang siswi berambut hitam sebahu yang menduplikat buku yang persis seperti itu. Aku mendatangi tempat tinggal wanita itu dari beberapa kolegaku, dan aku memberikan informasi itu.

"Camelia, yang kau dengar di rekaman itu, ingin pindah ke luar negeri besok hari, sehingga ia mengirimkan buku itu kepadanya. Dia ingin melupakannya. Dengan sedikit tekanan, aku memintanya untuk mengikuti rencanaku, membuat rekaman suara itu. Sehingga Hilmi akan merasa tenang sedikit. Dan, sekarang semuanya telah selesai."

Aku yang baru mendapat tekanan dari kejadian sebelumnya merasa bingung saat ini. Haruskah itu dilakukan Adrian? Aku pernah suka dengan seseorang, dan aku pikir apa yang dilakukan Camelia ini hanyalah suatu tumpahan rasa kasih sayang kepada Hilmi. Aku merasa kasihan kepadanya.

"Lalu, bagaimana dengan Hilmi?" tanyaku.

"Hilmi menerimanya dengan baik. Aku tidak menunjukkan bagian ledakannya. Aku pikir itu ide buruk", jawabnya tenang.

"Lalu bagaimana dan mengapa ada ledakan itu?"

"Rekayasa digital. Kulakukan untuk menakutimu saja", tawa Adrian seakan ia tidak bersalah.

Kesal! Itu yang aku rasakan saat ini. Namun, aku enjoy dengan hal ini. Inilah sepertinya yang aku inginkan saat ini. Sebuah misteri, dan partner untuk menyelesaikannya. Layaknya Sherlock dan Watson, atau Daniel dan Kate.

"Jadi sebenarnya, siapa kau ini, Adrian? Aku tidak mengerti."

"Kau tidak akan mengerti, dan kau tidak perlu mengerti, sobatku Melia."

-

Terima kasih sudah membaca BAB pertama dari buku ini. Semua tanggapan positif dan negatif akan saya terima dengan baik. Semoga anda terhibur dan selamat membaca. Tunggu kelanjutannya di BAB ke dua.

DEDUCTIONISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang