02

952 43 3
                                    







Langit perlahan berubah menjadi jingga dan memantulkan sinar keemasannya pada air terjun yang mengalir deras.

Teodore mencondongkan wajahnya dan mencium bibir wanita itu. Ia bisa merasakan bahwa wanita itu sedikit terkejut hingga ia memutus ciuman singkat itu.

Teodore menggigit bibirnya hingga berdarah dan aroma manis langsung tercium oleh wanita itu. Rasanya ia ingin memakan pria itu dan menghabiskan seluruh darahnya.

Tangan wanita itu meraih leher Teodore dan mencium bibir yang berdarah itu. Ia memejamkan matanya dan menyesap bibir bawah Teodore lalu kembali melumatnya.

Rasa manis yang sangat ia sukai memenuhi mulutnya. Ia ingin lebih.

Tangan Teodore mengelus paha wanita itu dan perlahan masuk melalu dress yang telah basah. Ia meraba pantan wanita itu dan menariknya ke dalam pelukan, hingga milik mereka saling bertubrukan di bawah sana.

Lyn menghentikan ciumannya dan menatap pria telanjang itu dengan mata merahnya yang masih menyala.

"Darahku tidak gratis." Bisik Teodore dan mencium leher Lyn. Pria itu menyesap leher itu dan menggigitnya, hingga membuat Lyn meringis.

"Kau bukan vampir." Lyn menarik rambut Teodore untuk berhenti menggigitnya, namun percuma.

Teodore menjilat bekas gigitannya yang terdapat beberapa titik darah.

"Kau akan menerima hukuman berat karena menggigitku." Ucap wanita itu tajam. Ini pertama kalinya ada orang yang berani menggigitnya. Karena darahnya lebih berharga daripada apapun.

"Aku hanya menerima bayaranku."

Teodore mengangkat tubuh wanita itu dan menidurkannya di bebatuan datar di tepi air terjun.

Lyn mengerjap kan matanya saat milik Teodore yang tak tertutup apapun terekspos secara nyata di hadapannya. Ini adalah pertama kali Lyn melihat benda itu.

Teodore menindih tubuh Lyn dan kembali mencium bibir itu. Ia memiringkan kepala, memperdalam ciumannya. Perlahan lidah Teodore masuk dan membelit lidah Lyn.

Lyn tak pernah merasakan tubuhnya mendidih. Rasa baru yang aneh terasa menggelitik dan nyaman. Setiap sentuhan yang pria itu lakukan pada tubuhnya terasa begitu mendebarkan.

Lyn tak tau sejak kapan ia sudah telanjang.

"Mmmhhh.." ia hanya memejamkan matanya saat tangan pria itu menyentuh area privasinya, menggodanya dengan belaian lembut.

"Ughh.." Lyn menggeliat saat Teodore memasukkan jarinya dan mendapati dirinya telah basah.

Teodore mengangkat tubuh Lyn dan mendudukkannya di pangkuannya. Mata mereka saling bertatapan saat perlahan Teodore membimbing miliknya memasuki lubang kenikmatan itu.

Lyn meringis dan memeluk tubuh Teodore. Benda itu terus terdorong masuk, menembus tubuhnya. Rasanya sangat aneh dan sakit.

"Ahhh.."

Teodore tau bahwa wanita yang baru saja ia masuki ini masih perawan. Salah satu kemampuan demon adalah melihat jiwa seseorang, dan Teodore sudah sangat berpengalaman membedakan jiwa setiap orang.

"Agghhh!" Lyn meringis saat Teodore menyentak miliknya hingga benar-benar masuk.

Tubuh Lyn sedikit bergetar dan ia menaruh kepalanya di pundak pria itu. Sampai sekarang ia masih tak bisa berpikir jernih kenapa dirinya melakukannya.

Perlahan, Teodore menggerakkan miliknya dan ringisan Lyn kembali terdengar. "Ini tidak akan sakit untuk yang kedua." Bisik Teodore.

"Ngghhh.." Kuku Lyn mencakar punggung Teodore hingga bardarah. Dan kakinya melingkar di pinggang pria itu.

Blood and SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang