Mendarah (1)

320 13 0
                                    

Dentingan alat masak terdengar saling bersahutan memecah heningnya pagi. Wanita dengan rambut panjang menjuntai dan piyama pink senada terlihat sibuk bergulat dengan kompor dihadapannya. Tangannya lihai berkawan dengan spatula digenggamannya. Bersenandung kecil menikmati rutinitas yang selalu ia lakukan setiap paginya.

"Morning, not done yet?" Seorang pria berjalan mendekat kearah wanita tersebut.

"Three minutes and everything is ready to serve." Wanita itu menjawab santai tanpa membalikkan badannya yang sedari tadi membelakangi meja pantry dimana pria tersebut saat ini berdiri.

"Okay, gaperlu buru-buru, masih jam 7 pagi." Pria tersebut mendudukkan dirinya dikursi. Membuka tab yang sedari tadi ia bawa lalu menggulir layarnya perlahan dan melihat jadwalnya untuk hari ini.

"Racha, mungkin aku nanti telat sebentar, ada sedikit urusan yang harus diselesaiin." Pria itu berucap kembali, matanya masih fokus pada layar tab dihadapannya.

"Hm, jangan lupa ya, kita sudah buat janji dengan mama. Nanti aku akan coba bilang ke mama." Wanita bernama Racha itu menjawab sambil menyajikan 2 piring nasi goreng kemudian ikut mendudukkan dirinya dihadapan pria tersebut.

"Maaf jadwalku akhir-akhir ini memang padat sekali." Pria itu menggeser tab miliknya dan mulai menyuap nasi goreng dihadapannya.

"Aku ngerti Archen, gapapa. Ah ya sorry hanya nasi goreng aja pagi ini, we run out of food haha." Racha turut menyuap nasi goreng masakannya.

"That's enough, i like it." Jawaban Archen kembali mengundang senyuman Racha.

Mereka kembali fokus pada sarapan masing-masing sebelum memulai aktivitas mereka hari ini. Hal ini sudah terjadi 1 tahun kebelakang semenjak pernikahan mereka berdua.

Archen dan Racha merupakan sepasang suami istri yang baru menikah. Kata orang umur pernikahan mereka memang sedang mesra-mesranya. Sarapan bersama dan menikmati waktu berdua.

"Done, makasih sarapan hari ini, aku harus cepet pergi karena kerjaan udah nungguin." Archen beranjak dari duduknya kemudian menyambar tab miliknya dan mendekat ke arah Racha lalu mengecup kening wanita itu sejenak.

"Have a great day, aku pergi duluan ya." Archen kembali berucap dan mengundang lengkungan senyum tipis di bibir Racha. Racha hanya mengangguk membiarkan Archen bergegas melangkahkan kakinya menjauhi ruang makan.

Senyuman manis masih terpatri di bibir Racha, matanya masih setia mengikuti Archen yang berjalan semakin menjauh. Pikirannya berkelana, dahulu ia mengira bahwa mereka berdua tidak akan berhasil, namun ia salah, mereka bisa, meski hanya langkah-langkah kecil, tapi Archen mau mencoba.

Archen dan Racha menikah awalnya memang karena diperkenalkan oleh kedua orang tua mereka. Mungkin untuk banyak orang menyebutnya dengan perjodohan. Mereka berkenalan 2 tahun yang lalu. Saat itu Racha mengira Archen adalah pribadi yang kaku dan menyeramkan sebab pada pertemuan pertama mereka Archen cukup pendiam dan menurutnya sedikit ketus.

Racha pada awalnya memang tidak terlalu memikirkan mengenai perjodohannya. Ia hanya menjalankan perintah orang tuanya untuk bertemu dengan Archen beberapa kali, dan ia rasa Archen pun begitu. Namun sikap Archen masih sama saat itu, amat pendiam sampai terkadang Racha bingung harus memulai percakapan seperti apa.

Sampai suatu saat sebuah insiden besar terjadi pada Archen. Racha yang saat itu tengah bersantai tiba-tiba mendapat telepon dari mama Archen yang memberitahunya bahwa Archen terlibat kecelakaan. Malam itu juga Racha bergegas menuju rumah sakit untuk melihat kondisi Archen.

Sesampainya disana Racha langsung menaruh atensinya pada mama Archen yang terlihat begitu khawatir di UGD, beliau hanya sendirian ditemani satu orang supir yang juga tidak bisa membantu banyak. Racha segera memeluknya. Mama Archen menangis tersedu memikirkan keadaan putra semata wayangnya.

Setelah beberapa saat penanganan, dokter memberitahukan bahwa Archen sudah dalam kondisi stabil dan bisa dipindahkan ke ruang rawat, namun kabar menyedihkan setelahnya membuat mama Archen kembali menangis keras. Sahabat putranya ternyata tidak bisa diselamatkan dan tewas dalam perjalanan ke rumah sakit.

Archen malam itu mengalami sebuah kecelakaan tunggal di jalan tol bersama sahabatnya. Mobil yang dikemudikannya melaju kencang kemudian hilang kendali begitu saja dan menabrak pembatas jalan. Hal itu membuat keduanya mengalami luka bahkan merenggut nyawa sahabat Archen.

Setelah sadar dari tidurnya, Archen mendapat kabar bahwa sahabatnya tidak terselamatkan tentunya sangat sedih. Ia bahkan terdiam seperti cangkang kosong yang terpisah. Hal itu menimbulkan kendala baru bagi Racha. Ia merasa semakin terbebani sebab mama Archen mempercayainya bahwa ia dapat membantu Archen kembali seperti semula.

Racha sudah berpikir akan mengungkapkan keinginannya pada kedua orang tuanya bahwa ia tidak bisa melanjutkan perjodohannya, Racha merasa Archen dan ia tidak bisa bersatu, terlalu banyak hambatan dan kendala bagi keduanya, namun sekali lagi Racha berpikir bahwa akan sangat egois jika ia meninggalkan Archen dalam kondisi yang seperti ini, akhirnya ia memutuskan untuk mencoba sekali lagi.

Racha setia menemani Archen pada masa pemulihannya. Racha itu perempuan yang cekatan, ia tidak banyak mengeluh meski sikap Archen yang acuh tak acuh akan kehadirannya. Racha hanya merasa perlu berada disamping Archen, meski bukan sebagai calon tunangannya, setidaknya sebagai teman yang ada disisinya.

Racha tidak begitu mengenal sahabat Archen yang meninggal dalam insiden tersebut namun Racha dapat menyimpulkan bahwa ia merupakan orang yang sangat berharga dalam kehidupan Archen. Melihat bagaimana Archen terpukul setelah kematiannya. Didukung dengan informasi yang didapatkannya dari mama Archen bahwa mereka berdua telah bersahabat sedari SMA.

Racha yang terus berada disisi Archen, hal itu menimbulkan perasaan asing dihatinya, namun ia sengaja untuk membuang perasaan itu jauh, sebab ia merasa bahwa Archen tidak akan mungkin memiliki rasa yang sama sepertinya. Namun dugaannya salah, setelah satu tahun berlalu tiba-tiba saja Archen mengungkapkan bahwa ia akan menikahi Racha seperti yang diinginkan mamanya. Archen meminta maaf pada Racha dan memohon kesempatan untuk memulai lembaran baru bersama Racha, hingga akhirnya satu tahun lalu digelarlah pernikahan mereka berdua.

Seperti yang terlihat, sekarang hidup Archen dan Racha berjalan baik. Archen terlihat lebih hidup dan Racha merasakan bahagia yang sama saat melihat Archen memunculkan kembari sinarnya.

To be Continued 

JUST JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang