Dentuman bom terdengar memekakkan telinga saling bersahutan tak henti. Disusul suara teriakan dan tangisan anak-anak. Terlihat dua orang remaja laki-laki sibuk merengkuh beberapa anak kecil didalam sebuah tenda berukuran 10 meter itu. Dua tangan mereka sibuk mengusap kepala anak-anak itu menghantarkan sedikit ketenangan ditengah ketegangan yang terjadi.
"Tak apa, hanya sebentar saja, setelah ini suaranya akan berhenti, ada kakak disini." Remaja dengan kulit putih susu berucap pelan menatap satu per satu mata kecil yang terlihat ketakutan itu.
"Bisakah kita berhitung bersama, yang dapat menghitung suara itu dengan benar akan mendapat permen." Remaja laki-laki satunya mencoba mengalihkan perhatian mereka.
Mereka mulai berhitung, setiap dentuman bom disusul dengan hitungan mereka. Suasana tegang berangsur menyurut, perhatian anak-anak tersebut sedikit teralihkan. Hingga dentuman itu berhenti dan mereka bersorak.
"Okay, karena semua sudah benar menghitung maka kalian semua akan mendapatkan permen ini." Remaja laki-laki berkulit sedikit tan itu mulai membagikan permen pada anak-anak kecil tersebut.
Setelah selesai mereka mulai memakan permen bersama diiringi tawa seperti sekejap melupakan ketakutan mereka tadi.
"Archen kita harus keluar, sudah pasti banyak kerusakan, tugas kita akan bertambah banyak kali ini." Nata— remaja laki-laki berkulit putih susu itu berujar pelan.
"Setidaknya tunggu hingga ada seseorang yang menjaga anak-anak ini Nat." Balas Archen diangguki oleh Nata.
Tak lama terlihat beberapa wanita dan pria berlari pelan menuju tenda dengan kondisi tubuh penuh debu. Archen dan Nata segera berdiri menghampiri mereka.
"Apakah situasi sudah cukup kondusif paman?" Archen bertanya sambil memapah laki-laki yang berjalan sedikit terseok itu.
"Mereka pergi, mungkin ada beberapa orang yang terjebak dibawah reruntuhan, kalian bisa membantu disana." Orang yang dipanggil paman berjalan kedalam tenda menyambar botol air dan meminumnya sedikit.
"Kita akan kesana, kalau begitu anak-anak ini sudah aman karena kalian sudah berada disini." Nata mulai memakai sarung tangan lusuh miliknya dan memasang sepatu bootsnya.
"Hati-hati, jaga keselamatan kalian juga." Kalimat itu diangguki oleh Archen dan Nata.
Archen dan Nata segera bergegas menuju tempat dimana pengeboman terjadi untuk membantu evakuasi korban yang mungkin saja tertimpa reruntuhan.
•••
Archen dan Nata adalah dua orang remaja yang sedari kecil hidup di daerah konflik. Sudah banyak keringat, darah, dan air mata yang terkorban dalam usaha mereka untuk bertahan hidup. Keterbatasan makanan dan uang membuat mereka harus pandai memutar otak menyambung hidup. Belum lagi serangan yang terjadi, mereka benar-benar berjuang hanya untuk sekedar bernafas.
Keduanya sudah bersama sejak kecil, seperti perangko yang menempel, mereka tidak bisa terpisahkan. Harus kehilangan kedua orang tua dan hidup sendiri membuat mereka seperti memiliki ikatan yang kuat satu sama lain. Keduanya saat ini berusia 19 tahun, mereka tumbuh menjadi remaja yang tak kenal takut dan berjiwa besar.
"Archen, kira-kira kapan ini akan berakhir?" Lontaran pertanyaan Nata menghentikan langkah Archen membuat Nata yang dibelakangnya ikut berhenti.
"Mengapa? Sepertinya pertanyaan itu aku juga tidak bisa menjawabnya." Archen memutar badan menatap wajah remaja dihadapannya.
"Aku hanya penasaran, ya hanya penasaran, seperti apa Tuhan memberi kita jalan kedepan." Nata berucap menundukkan kepalanya menatap sepatu boots kusam miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST JOONGDUNK
Fanfiction[ JOONGDUNK FANFICTION STORY COMPILATION ] Oneshoot, Twoshoot, Drabble, Short Story Archen x Nata ( Karakter dalam cerita tidak berhubungan dengan karakter aslinya. ) Menulis hanya saat waktu senggang-! ©skyiez