Memelukmu di Ujung Pagi

141 15 2
                                    

Suasana remang ruang tamu itu menemani seorang lelaki berparas cantik yang sedang menidurkan tubuhnya di sebuah sofa. Matanya mengarah pada televisi yang menyala dihadapannya, tubuhnya terbalut selimut tebal guna menghangatkan dirinya diantara dinginnya tengah malam.

Mata merahnya mengerjap pelan saat terasa panas akibat sinar televisi yang menyala terang. Ia kembali mengeratkan selimutnya, berusaha agar tetap terjaga meski waktu sudah menunjukkan pukul 1 pagi. Ia sedikit cemas menanti seseorang yang sedari tadi belum pulang.

Dirinya berjengit ketika mendengar suara pintu terbuka, sekita ia bangkit mendudukkan dirinya. Senyuman cerah terbit dari belah bibir pucat miliknya.

"Kenapa belum tidur sayang, demam-mu belum turun." Ucap seorang laki-laki setelah memasuki ruang tamu dan melihat lelaki cantik di sofa yang tersenyum memandangnya.

"Aku menunggumu, biasanya kamu tidak pulang selarut ini Chen." Nata menunduk sedikit, meremat tangannya.

"Baik sekali suamiku, maaf ya hari ini ada sedikit kendala di kantor." Archen mendudukkan dirinya di sebelah Nata, tangannya meraba dahi milik suaminya.

"Demam-mu belum reda, besok kita ke dokter ya sayang." Archen menatap wajah pucat Nata penuh khawatir.

"Maafkan aku ya tidak bisa menjagamu." Archen kembali melanjutkan kalimatnya, terlihat guratan penyesalan di wajahnya.

"Tak apa, aku faham kamu punya tanggung jawab terhadap pekerjaanmu, aku baik-baik saja hanya demam sedikit." Kalimat Nata diakhiri tawa kecil miliknya.

Archen beringsut mendekat kemudian memeluk tubuh Nata yang lebih kecil dari dirinya, menghirup dalam aroma tubuh suaminya. Hangat yang Archen rasakan, namun kali ini berbeda sebab Nata sedang demam.

"Aku rindu, sangat rindu, sudah satu minggu aku sibuk dengan pekerjaan, sekarang aku ingin berdua saja denganmu." Archen berucap sambil mengelus pelan punggunh Nata, sedangkan Nata semakin merapatkan diri dalam pelukan suaminya guna mencari kenyamanan.

"Aku juga rindu, rindu besar sekali." Nata mengeratkan pelukannya.

"Coba tatap aku jika kamu rindu." Archen mengarahkan wajah Nata untuk menatapnya. Archen terkekeh pelan, suaminya masih saja malu. Gemas, pikirnya.

"Jangan begitu Chen." Archen semakin tergelak, semakin dalam Nata malu, semakin lucu.

"Okay, okay, biarkan aku mandi dulu lalu kita tidur, ini sudah pagi." Archen hendak melepaskan pelukannya namun ditahan oleh Nata.

"Tidak perlu, aku mau peluk terus." Nata tidak mau melepaskan tangan Archen.

"Aku bau sayang." Archen menatap wajah memohon suami kecilnya. Pada akhirnya ia tetap menuruti mau Nata.

"Baiklah, biarkan aku memelukmu sampai penghujung pagi ini. Tidurlah, besok kita akan menemui dokter." Archen menyamankan posisinya di sofa untuk berbaring, diikuti Nata yang menelusup dalam rengkuhannya.

Tangan milik Archen tak berhenti mengelus pelan punggung milik Nata. Elusan pelan itu perlahan membawa Nata terlelap. Pelukan dua orang itu semakin erat. Archen memandang wajah pucat di hadapannya.

Rindu, ia sungguh rindu. Saat tadi pagi ia akan beranjak kerja rasanya ia tak ingin meninggalkan Nata lantaran suaminya itu bangun dengan kondisi demam, namun Nata bersikeras agar ia tetap bekerja.

Ia khawatir, rasanya ingin cepat-cepat pulang menemui jantung hatinya. Khawatir namun banyak rindunya pada manusia cantik dipelukannya ini.

Archen masih menatap wajah suaminya, rasanya sudah lama sekali ia tak memeluk lelaki kecil itu di ujung pagi. Biasanya mereka akan berpelukan dan saling bercerita hingga matahari menampakkan diri.

Rasanya masih sama, hangat peluknya pun masih sama. Archen tidak bisa mendeskripsikan betapa besarnya cinta miliknya untuk Nata. Dan hanya di ujung pagi lah ia bisa merasakan bagaimana cinta mereka berdua bersinar tersalur lewat pelukan hangat keduanya.

Biasanya Nata akan berceloteh melempar candaan kecil, membuat hati keduanya menghangat, perut mereka seakan banyak kupu-kupu berterbangan. Namun kini Nata-nya tertidur lelap.

Archen tersenyum tipis, menyibak pelan rambut Nata di dahinya, kemudian mengecup pelan dahi si cantik. Lama sekali menyalurkan rasa miliknya pada sang terkasih.

'Di malam hari menuju pagi ini, waktu kita berdua menyalur cinta.'

-END-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JUST JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang