Part 2

6 1 0
                                    

"Selamat pagi semuanya"

"Pagi John. Gimana? Nyenyak tidurnya?" sambut Bu Jehan ketika suara ceria John terdengar di ruang makan.

"Pagi John" sapa Pak Jehan yang memang sudah berada di ruang makan paling duluan untuk membaca berita pagi lewat layar tabnya.

"Pagi Om, pagi Tante. Tidur John nyenyak sekali" balas John lalu duduk di samping sang Tante seperti biasanya.

Tak berselang lama, muncul Daniel yang kemudian duduk disamping sang Papa.

"Selamat pagi" sapanya

"Pagi Sayang" balas Bu Jehan ceria melihat puteranya yang pagi ini tampak jauh lebih segar dibandingkan beberapa hari lalu setelah Arin menghembuskan napas terakhirnya.

"Pagi. Istri kamu mana?" tanya Pak Jehan yang merasa aneh karena tak melihat sosok menantunya yang biasanya rajin itu kini tak terlihat.

"Palingan juga males- malesan. Mulai kebuka tuh sifat aslinya. Udah ngerasa nyonya kali di rumah ini" sindir Bu Jehan tanpa ada perlawanan dari Daniel yang sudah jelas tahu bagaimana kondisi istrinya.

"Ayu masih beresin kamar Pa" ucap Daniel menjawab pertanyaan sang Papa.

"Pantesan" celetuk John membuat ketiga orang kerabatnya itu menatapnya bingung. Namun, seketika Daniel paham saat melihat seringaian nakal bocah yang usianya hanya 1 tahun dibawahnya itu. Berdo'a saja tidak muncul kalimat- kalimat ajaib dari mulut bocah tengil itu.

"Pantesan apa maksud kamu John?" tanya Bu Jehan membuat Daniel berdecak pelan.

'Mama pake ditanyain segala' dumelnya dalam hati.

"Ya pantesan telat. Orang abis...hihihihi"

Sungguh Daniel rasanya ingin memukul mulut ember sepupu kecilnya itu. Kalau bukan karena dia mengomporinya semalam mungkin Daniel tidak akan lepas kendali.

Sementara kedua orangtua Daniel yang paham apa maksud perkataan John mengeluarkan ekspresi  berbeda. Pak Jehan nampak terkekeh sementara Bu Jehan nampak menatap anaknya itu tajam seakan tak percaya jika anaknya bisa berselera pada gadis culun macam Ayu. Ternyata laki- laki tetaplah laki- laki pikirnya.

Tak berselang lama dari kedatangan Daniel, Ayu muncul dengan wajah tertunduk. Malu karena tiba paling siang.

"Selamat pagi. Maaf Ayu telat" ucapnya.

"Gapapa. Ayo duduk Nak!" Ajak Pak Jehan tak ingin membuat menantunya tertekan dengan perasaannya.

Ayu menurut. Dia berjalan dan duduk tepat di samping Daniel. Ketika kepalanya terangkat perlahan, dia bisa melihat lagi tatapan tak suka dari ibu mertuanya.

"Cepetan semua udah pada lapar" ucap Daniel memberinya kode agar Ayu segera menyiapkan saja makanan sebelum muncul pekataan lain dari anggota keluarganya.

"I... Iya Mas"

Ayu pun segera melayani keluarga suaminya dengan menyajikan makanan terkecuali untuk John yang menolak disiapkan karena John merasa dia adalah seorang adik bagi Ayu meski pada kenyataannya John lahir lebih duluan 2 tahun dari istri sepupunya itu.

***
Sepanjang hari perasaan Daniel tak menentu. Ada rasa gelisah dalam dirinya. Perasaan bersalah pada almarhumah Arin karena dia telah menyentuh Ayu. Pening dirasanya hingga membuatnya mengurut kepalanya dengan kedua tangannya.

Diteguknya air putih yang sejak tadi menemani lemburnya itu dan dirinya menghela napas dalam.

Membuka laci diruang kerja di rumahnya, Daniel mengeluarkan pigura berisi potretnya bersama Arin ketika Arin masih hidup dan mereka bahagia bersama di acara kelulusan kuliah keduanya karena memang mereka berkuliha pada satu kampus yang sama hanya berbeda jurusan saja.

The ReplacementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang