3.2 Rasa Kemanusiaan (b)

31 19 8
                                    

"Ngomong-ngomong cewek nya setia juga ya nemenin Masnya!"

.
.
.

Mala pun berbalik setelah berpamitan lalu menuju ke parkiran sekolah dimana masih ada beberapa motor terparkir termasuk motor Dikta dan juga sang pemilik motor yang menunduk seperti tengah mencari sesuatu di bawah. Perlahan langkahnya maju mendekati lelaki itu.

Karena sebelumnya gadis itu tau apa yang sedang di cari Dikta dari mulutnya Angga. Tak perlu membuang waktu lagi Mala ikut membantu mencari dengan teliti di lantai aspal area parkiran. "Mala?" Dikta yang baru sadar akan kehadiran seseorang selain dirinya di sana dan ia yakini ia kenal akhirnya memanggil Mala untuk memastikan dikarenakan perempuan itu dalam keadaan membelakanginya.

"Lo lagi cari kunci motor lo kan?" Jawab Mala tanpa berbalik menghadap Dikta.

"I...iya, tunggu," ucap Dikta agak heran mengapa Mala bisa tau apa yang sedang ia cari lalu ia mengangkat pergelangan tangannya untuk melihat jam yang sekarang sudah menunjukan empat sore. "Gue kira lo udah pulang, bukannya yang di depan sopir lo ya?" tanya Dikta sambil menatap depan tepat arah gerbang masuk dimana dapat di lihat dari jauh mobil Mala terparkir disana.

Mendengarnya sontak Mala agak gelagapan, ternyata aksinya di ketahui oleh Dikta yaitu berniat pulang sendirian padahal sebelumnya mereka berdua sepakat untuk pulang bersama walaupun di lubuk hati Mala tidak sepenuhnya sepakat akan hal itu. "Iya, tapi..., gue agak kasihan ngeliat lo yang planga-plongo cari kunci motor!" Jawabnya akhirnya.

Dikta tertawa kecil. "Lo gak usah khawatir sama gue. Mending sekarang lo pulang udah sore lho!" ujarnya mengingatkan. Jujur, Mala pikir Dikta akan langsung menyemprotnya karena ia sempat berniat mengingkari kesepakatan mereka namun nyatanya tidak.

"Ihh gue gak ada waktu buat khawatirin lo. Gak usah kepedean ya?!" Ucap Mala menekankan.

"Ya terus, lo ngapain masih disini?" tanya Dikta berniat menggoda gadis itu.

"Sebagai sesama manusia, harus bisa saling membantu satu sama lain. Gak salah kan kalau gue berniat bantuin lo buat cari kunci motor lo?" jawab Mala yakin sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Daripada membuang waktu, mending sekarang lo coba inget dimana terakhir kali lo keluarin kunci motor lo!"

"Gue gak inget, Mal."

"Tuh, kan! Kebiasaan makan kebanyakan micin! Coba ingat-ingat lagi deh dari awal masuk sekolah!"

"Gue waktu pelajaran Buk Istuti tuh gue sempet meraba saku gue buat ngambil duit dan gue inget banget gue masih ngerasa kunci motor gue itu ada di sana, setelah itu gue...." Dikta menutup kedua matanya mencoba mengulang semua momen tadi pagi di dalam benaknya.

Dimana usai upacara ia masuk ke kelas lalu belajar dimana gurunya ialah Ibu Istuti, guru mata pelajaran Biologi. Disitu Dikta ingat bahwa ia sempat merasakan kunci motornya masih ada di dalam saku, setelah itu ia pergi dengan Angga izin keluar kelas dengan alasan ke toilet namun keduanya malah melipir ke tepi lapangan upacara dimana disitu ada Mala yang duduk di tepi. Singkat cerita ia dan Angga berakhir memungut daun-daun kering setelah selesai lelaki itu sempat mengucapkan.

"Tenang aja, Ga, gue deh hari ini traktir lo!"

"Seriusan?"

"Serius,lah!"

"Yuhuuu!! Gue doain deh semoga Mala cepet cepet sadar terus jadian sama lo, Amiiiin

nn!!"

Saat itu Dikta sempat merogoh sakunya untuk memperlihatkan beberapa lembar uang pada Angga.

"Yaa, yaaaaaa, gue ingettttt!!! Waktu gue bantuin lo mungutin daun di lapangan gue sempet meraba saku gue buat ambil duit!!" kata Dikta kemudian berkacak pinggang. "Apa mungkin gue gak sengaja jatohinnya di sana ya?"

Your Attention Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang