13.1 Karma dan Rezeki (a)

13 1 10
                                    

"Kita berdua bakal lolos seleksi dan masuk di universitas impian kita berdua!"

.

.

.

Setelah jam makan habis, mereka semua kembali ke kelas. Bel masuk sebentar lagi akan berbunyi, Mala beserta teman sekelasnya yang lain sudah berada di kelas namun terdapat dua sampai lima persen saja yang siap belajar setelah mengisi perut mereka. Maklum, setelah makan bukan kah lebih baik menghabiskan waktu untuk santai atau bahkan tidur namun sekarang? Mereka harus terpaksa membuka mata mereka menghadapi mata pelajaran setelah ini. Tetiba Mala menerima info dari ketua kelas bahwa Pak Napi, yang mana adalah wali kelas mereka memanggil dirinya.

Saat Mala bertanya ada apa Pak Napi memanggilnya? Ketua kelas hanya mengangkat bahu ia sekedar tau kalau Mala disuruh ke ruangan beliau. Hanya itu saja. Ohiya, tak hanya Mala, tetapi ada Dikta yang turut di panggil.

Keduanya saling tatap sampai akhirnya memutuskan untuk pergi menemui beliau di ruangannya. Sampai di koridor keduanya saling diam tak ada yang memulai obrolan di tambah suasana hening karena seluruh siswa-siswi nya berada di kelas masing-masing. Dikta menoleh ke samping melihat Mala yang berjalan di sampingnya, ia tersenyum rasa galau yang sempat ia rasakan sebelumnya sekejap menjadi hilang saat Mala di sampingnya.

Seketika ide brilian muncul di benak Dikta, pemuda itu pun mulai melancarkan aksinya dengan berjalan mendempet perempuan itu hingga ke tepi. Mala yang merasa ada yang tak beres, langsung menoleh pada Dikta yang fokus ke depan dengan langkah yang semakin maju semakin membuatnya ketepi juga. "Ish!! Apaan sih kalau jalan tuh lurus kedepan!!" Komen Mala namun tak di gubris Dikta, tak ambil pusing ia pun ikut memiringkan jalannya mendempet balik Dikta ke tepi.

Melihat reaksi perempuan itu, Dikta tak mau kalah, hingga arah jalan mereka tak menentu sebentar mereka pergi ke tepi kanan lalu ke tepi kiri. Begitu terus sampai keduanya sampai di depan ruang guru, setelah mengetuk pintu kemudian memberi salam keduanya pun mulai masuk ke ruangan tersebut setelah suara dari dalam mempersilahkan mereka.

Disana terlihat Pak Napi yang duduk di mejanya, tak ada guru lain karena kondisinya saat ini jam mengajar guru. "Kalian berdua kesini!" Mendengar perintah Pak Napi, Mala dan Dikta menurut dan tibalah keduanya di hadapan meja Pak Napi.

Wajahnya yang serius dan tatapan yang menusuk menambah beban pikiran Mala. Apakah ada masalah yang telah ia perbuat? Atau apa kesalahannya? Mala berusaha mengingat apa yang akhir-akhir ini ia lakukan mencoba menemukan titik kesalahan yang ia perbuat.

"Kalian tau apa yang telah kalian perbuat?" Tanya Pak Napi dengan dingin kalah dinginnya dengan AC yang ada di setiap sudut ruangan tersebut.

Mala dan Dikta sempat bertatapan lalu dengan kompak keduanya menggeleng pelan.

"Kalian ini bisa bisanya bikin keributan di Perpus!" Jelas Pak Napi dan membuat keduanya tersentak, maksudnya kejadian di perpus? Tunggu-tunggu mereka berdua baru ingat, Apakah seseorang tau aksi mereka saat berada di perpus tempo hari. "Gini, ya, kalian pikir di perpus tempat konser dan buat keributan? Buk Mutia sampai ngadu ke saya supaya kasih pelajaran buat kalian!" Pak Napi beralih menatap Mala yang tertunduk.

"Terkhususnya kamu, Mala. Kamu juga tau kan apa saja peraturan di perpus? Di larang berisik!" Pak Napi kembali menatap Dikta. "Apalagi kamu Dikta, di CCTV perpus nunjukin kamu naikin kakimu ke meja!"

"Walaupun sudah di luar jam sekolah tapi tetap saja kalian harus matuhi apa yang menjadi aturan di Perpustakaan! Apalagi tingkah kalian yang sama sekali tidak sopan! Gimana mau jadi Ketua dan Wakil ketua OSIS kalau kalian aja gak bisa patuhi aturan sekolah!"

Hufh! Mereka masih tak menyangka kalau aksi mereka tempo hari di pergoki dari kamera CCTV. Seharusnya mereka sadar dan lebih berhati-hati. Namun semuanya terlambat, sepertinya mereka harus ikhlas melaksanakan hukuman apapun setelah ini. "Jadi, sebagai hukuman jera, Buk Mutia pinta sepulang sekolah kalian berdua bersih-bersih perpustakaan.."

Your Attention Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang