9/ - Berangkat Bareng.

2 1 0
                                    

—Hellow bestiw😻

•••••🌷•••••

Pagi ini langit nampak mendung, yg seharusnya sudah ada pancaran sinar matahari, kini malah tidak ada. Namun, tak menghentikan semua makhluk bumi untuk beraktivitas. Burung-burungpun sudah ada yg terbang mengepakkan sayapnya untuk berjelajah mencari makan.

Rumah minimalis itu, tidak seberisik biasanya. Hanya ada percakapan yg tak berlangsung lama dari penghuninya. Seharusnya pagi ini sudah ada Abi yg duduk ditempat biasanya, menikmati Teh panas buatan Bunda. Atau Kak Zhifa yg membantu Bunda untuk menyiapkan sarapan pagi.

Namun untuk hari ini mereka berdua tidak ada. Bahkan, selepas sholat subuh dimasjidpun mereka sama sekali tidak bertemu. Namun Ara belum ada mood untuk bertanya. Maka dari itu, ia hanya memakan se-sendok demi se-sendok nasi goreng buatan Bunda, yg katanya diracik dengan penuh kasih dan sayang.

Bunda terlihat buru-buru untuk masuk kedalam kamar, membuat gadis yg sudah terbalut seragam sekolah itu menautkan alisnya bingung.

“Semua orang kenapa, sih?” manolog Ara.

Suara decitan yg disebabkan oleh pergeseran kursi dan lantai terdengar. Ara bangkit dari duduknya, sebelum itu ia membawa piring kotor untuk di cuci terlebih dahulu.

Selepas mencuci piring, gadis itu mengambil tas ranselnya dan melangkah untuk menuju kamar Bunda dan Abinya.

Sesekali gemuruh kecil terdengar. Ara sudah tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan langit diatas sana. Sedangakan subuh tadi saja langit masih terlihat seperti malam hari.

Ara mengetuk pintu.

“Abi, Ara udah selesai. Ayo barangkat,”

Lima detik berlalu, pintu terbuka lebar. Namun bukan sosok Abi yg keluar, melainkan Bunda-nya.

“Abi gak enak badan, Ra.”

Terlihat dari reaksi Ara selepas mendengar perkataan Bunda, gadis itu terkejut.

“Dari kapan, Bun?” gadis itu bertanya, sesekali melihat kedalam kamar, untuk memastikan Abi tidak sakit parah.

“Pagi ini,” jawab Bunda, “Sebenarnya Abi udah pusing dari tadi malam. Udah minum obat juga, di fikir, kan, bakal sembuh, ternyata demam.”

Ara menganggukkan kepalanya sebagai respons, “Terus Ara berangkat bareng siapa?”

“Sama Kak Zhifa aja, Ra.” dari dalam Abi memberi saran setengah berteriak, kebetulan sekali Zhifa lewat---Yg sudah berpakaian rapi, dan terlihat buru-buru.

Gadis berumur 20 tahun itu berhenti, “Eh bukannya gak mau nganterin, Bi. Zhifa ada kelas pagi, lagi pula sekolah dan kampus itu beda arah.”

“Pesen ojol aja, Dek.” kata Zhifa, membuat Ara mengangguk antusias.

“Kak Zhifa yg bayarin?”

Detik itu juga Zhifa memutar bola matanya malas, “Malah ngelunjak, heran!”

Ara lantas cengengesan, “Ara, kan, cuman nanya,”

Secret Admirer (versi wattpad)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang