12

2.5K 68 14
                                    

Respon dari Ravel membuat Abang yang diam menjadi sangat kesal dan akhirnya memanggil dokter kepercayaan untuk memasangkan selang makan di hidung Ravel, Ravel sendiri sudah meronta ronta tidak ingin dirinya makan lewat selang, dalam bayangan pun Ravel tidak pernah membayangkan bahwa dirinya untuk sekedar makan harus lewat selang yang langsung mencapai lambungnya. Ravel hanya bisa pasrah dan menangis dalam hatinya ini bukanlah kehidupan yang dia impikan, Ravel memang ingin kasih sayang orang tua dan kakaknya tapi bukan seperti ini, Ravel juga ingin jadi kakak yang baik untuk adiknya bukan malah dia yang diperlukan seperti ini.

"Abang lepaskan, ini tidak nyaman" minta Ravel tepatnya adalah memohon pada Abang, tidak dengan Abang yang malah menggendong Ravel menuju ruang makan.

"Diam"  ucap Abang dengan penekanan. Terhadap Ravel

Disana sudah ada bunda, ayah dan mas yang duduk dengan dihadapan nya ada berbagai makanan. Bunda mengambil mangkok berisi bubur yang sudah blender dan susu untuk Ravel.

Mulut Ravel malah hanya dimasukan dot, oleh bunda. Ravel sekarang di pangkuan ayah.

Bunda memasukan bubur cair dan susu keselang ngt yang sudah terpasang apik di hidung Ravel


Ravel hanya bisa menangis dalam diam sesekali dia tersedak karena tidak nyaman, mulutnya pahit. Tapi perutnya terasa kenyang sekarang.









Setelah makan ayah menggendong Ravel menuju ruang tengah karena tidak baik habis makan langsung tertidur. Ravel diletakkan dikasur khusus yang nyaman dikelilingi keluarga nya, matanya fokus pada tontonan dinosaurus didepannya, berbeda dengan

Tangan mas malah menjelajahi tubuh mulus Ravel yang sekarang sedang ditelanjangi oleh ayah dan bunda, Abang hanya menonton.

Sebenarnya yang dilakukan bunda ingin memijat badan Ravel, tapi mas malah menciumi dan membelai setiap inci tubuh Ravel.

"Mas jangan cium cium, bunda itu loh Abang gangguin aku" bunda sedang mengambil minyak telon

Hal itu mengganggu menurut Ravel apakah mas nya tidak jijik melakukan itu apalagi Ravel juga Habis buang air kecil loh, dia saka jijik terhadap dirinya sendiri yang tidak berguna sekarang ini.

"Ma...s tidak jijik kah sama aku" karena terlampau kesal dengan mas yang yak kunjung diam Ravel berteriak, respon dari keluarga nya hanya diam soalnya.


"Siapa yang mengajari mu untuk berbicara seperti itu, kalau kamu menjijikan berarti kita semua juga menjijikan"bukan mas tapi ayah yang tadinya diam akhirnya bersuara, menurut ayah jika Ravel menjijikan berarti dia sebagai ayah nya juga sama, ada tatapan tajam dan menyeramkan dari ayah, aura dingin dan suram terpancarkan oleh ayah dan Abang. Ada rasa bersalah yang dirasakan mas seharunya dia tidak sepulgar itu, tapi mas merasa dia melakukan hal tersebut karena sayang dan takut kehilangan adik satu satunya itu. Bunda kaget dengan kata kata Ravel mana ada keluarga nya itu jijik dengan Ravel tentu saja tidaklah.

Bunda buru buru lari menghampiri Ravel dan menggendong dengan posesif.

"Adek engga boleh bilang gitu lagi, kamu adalah anugrah yang tuhan berikan untuk keluarga kita" bunda langsung berbicara seperti itu agar kondisi nya lebih baik, bunda melihat kilatan amarah dari ayah, mas dan Abang soalnya. Ravel juga sudah menangis mendengar ayah marah marah, anugrah kemana saja kalian dulu aku bahkan pernah kelaparan karena kalian semuanya sibuk, menjadi bungsu yang tidak dianggap lumayan lama bagi Ravel membuat dia buka dengan ini semuanya.

Mas yang merasa bersalah akhirnya meminta maaf.

"Mas minta maaf yah adek jangan nangis lagi"

Bunda membawa Ravel kekamar untuk tidur, Ravel terlihat sudah cape menangis soalnya.

"Tidur yah sayang, jangan menangis nanti kamu sesak nafas lagi" bunda menimang nimang anaknya itu dengan belain cinta, bunda juga memasukkan mulut mungil Ravel mendekatkan nya dengan payudara nya yah bunda ingin memberikan asi untuk Ravel, Ravel hanya bisa pasrah sekarang kekuatan nya hampir habis dia tidak boleh menghabiskan sisa sisa kekuatan yang dimilikinya.











Ravel memiliki suatu rencana













Ravel pura pura tidur, sebelum tidur Ravel memohon pada bunda untuk tidak membedong tubuhnya dengan alasan sesak nafas dan sulit tidur. Karena melihat tadi Ravel sedikit sesak nafas bunda akhirnya luluh dia tidak mau melihat lagi jejak air mata di pipi Ravel, bunda memasangkan selang nasal canula di hidung Ravel agar anak itu bisa tidur dengan nyenyak. Bunda juga menuruti perkataan Ravel untuk tidur sendiri barulah dia akan memaafkan keluarganya, ancam Ravel dan bunda menurutinya.











Melihat bunda yang keluar kamar dengan cepat lari secepatnya, karena Ravel tau kamarnya di pasangi cctv setiap gerak geriknya sekarang di pantau keluarganya. Ravel membuka jendela kamar, yang untungnya jendela kamar Ravel mudah untuk dibuka......
(Entah keberuntungan atau malah malah petaka jendela kamar itu mudah untuk terbuka)








Kamar Ravel berada di lantai 5 sekarang agar dirinya tidak kabur niatnya menurut orang tuanya, justru Ravel tidak kabur tapi....















Dan kelanjutannya setelah Ravel membuka jendela kamar.........

Dirinya melompat dari jendela kamar bagaikan Superman bedanya supermen mendarat dengan selamat dan keren, kejadiannya berlangsung sangat cepat karena Ravel tidak ingin ada yang tau dan mencegahnya.










Kalau Ravel terdengar suara keras
"Gubrak" sontak saja semua penghuni kediaman itu mencari asal suaranya. Mereka semuanya kaget para pekerja lun melihat tuan mudanya sudah bersimbah darah dan tidak berani mendekati tubuh kecil dan lemas itu karena mereka takut dan bingung akan kejadian itu.

Ravel terjatuh dengan kepala terlebih dahulu, tetesan darah berhamburan dilantai tempat kejadian Ravel terjatuh. Nafasnya memburu diakhir nafas itu Ravel tersenyum akhirnya di mendapatkan apa yang benar benar dia inginkan.

Keluarga nya yang melihat cctv langsung ke kamar Ravel tapi terlambat Ravel sudah pergi selama lamanya.

Bunda menangis dengan histerisnya.
Ayah menangis dalam diam mengangkat tubuh Ravel yang bersimbahan darah ke pelukannya.

Abang hanya diam mematung sulit mencerna ini semua baru saja dia tadi masih menggendong dan mendengar kan celotehan dari mulut adik tercinta nya dan sekarang apa yang dilihat mayat adik bungsunya yang dipenuhi darah segar yang keluar dari tubuh adik kecilnya.

Yang paling terpuruk adalah mas yang menyalakan dirinya sendiri bahkan mas terus memukuli dirinya terbersit pikiran apakah ini karena ulahnya tadi, mas bahkan tak sanggup untuk berdiri dia terjatuh saat melihat tubuh adiknya yang sudah tak bergerak dan bernyawa.


Jadi rencana Ravel adalah mengakhiri hidupnya karena ini bukanlah kehidupan yang dia inginkan dia tidak sanggup terus merasakan kekangan dan ke egoisan keluarganya yang tidak pernah berpikir apakah yang meraka lakukan adalah hal yang baik atau bukan, Ravel hanya ingin sebuah kebahagiaan dan pada akhirnya Ravel hanya bisa mengalahkan untuk mendapat kan kebahagiaan itu, dia tidak pernah benar benar merasakan apa yang disebut bahagia, maafkan Ravel yang belum bisa menjadi anak yang baik bagi bunda dan ayah, juga belum bisa menjadi adik yang sempurna untuk Abang dan mas ucap Ravel dalam hati sebelum dia mengakhiri hidupnya sendiri.



Tamat

TBC
Terimakasih buat para pembaca
Maaf kalau author ada salah
Menurut kalian author mendiang Hiatus atau nulis lagi?





Ravel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang