Salfa Ghiana Dirgantara, yang tak lain adalah seorang gadis keturunan keluarga kaya. Akhirnya sudah memasuki usia 17 tahun. Ia sedang menduduki kelas 12 SMA saat ini.
Namun, ia harus dipindahkan oleh ayahnya ke sebuah sekolah elite didekat ibukota.
Salfa Ghiana Dirgantara, yang kerap disapa dengan panggilan Salfa. Ia hanya bisa menuruti keputusan sang Ayah.
Salfa dikenal teman-temannya sebagai gadis yang bar-bar dan pemberani.
Kini, ia pindah ke sebuah sekolah besar yang disebut dengan INTERNASIONAL SCHOOL. Sekolah elite yang terkenal dengan muridnya yang pintar dan berprestasi.
Entahlah, semoga Salfa bisa bersekolah disana. Jujur saja, ia bukanlah murid yang pintar ataupun berprestasi.
***
"Hai semuanya. Perkenalkan, nama gue Salfa Ghiana Dirgantara. Gue pindahan dari SMA Merdeka. Semoga, kita bisa berteman baik, ya!"
Murid-murid di kelas bertepuk tangan menyambut kedatangan Salfa. Ada juga beberapa murid yang sedang berbisik-bisik entah berbicara apa. Semoga saja, mereka tidak menggosipinya. Kasian sekali, nanti dosa mereka numpuk.
"Kamu duduk disana, ya!" ujar Bu Rani. Menunjukkan tempat duduk untuk Salfa.
Salfa mengangguk mengerti dan segera duduk di bangku yang Bu Rani tunjukkan barusan.
"Baik anak-anak. Keluarkan buku matematika nya sekarang!"
Pelajaran pun berlangsung. Hingga akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Bel istirahat akhirnya berbunyi.
***
Salfa keluar dari kelasnya. Ia nampak bosan di hari pertama ini. Ia sama sekali belum memiliki satu pun teman baru. Entah mereka yang kurang ramah, atau dia yang bermasalah. Ia menunduk sambil merogoh ponsel dikantong bajunya.
Tiba-tiba saja, ia bertabrakan dengan seseorang, akibat tidak fokus melihat jalan.
Brukk...
"Akhh!" Ringis seorang gadis. "Jalan yang bener!" ujar gadis itu dengan ketus.
Salfa mendongkak. Suara gadis itu tidaklah asing ditelinganya.
"Sorry! Aku ga--" Salfa melongo seketika. Ia seolah tak percaya melihat seseorang dihadapannya.
"Dania?" batin Salfa.
Mata mereka saling bertemu. Tetapi, ada yang berbeda kali ini. Tatapan Dania kepadanya, bukanlah tatapan yang sama seperti dulu lagi. Tatapan yang hangat dan bisa membuatnya senang. Saat ini ia menatapnya dengan tatapan yang berbeda.
Bahkan, Salfa tidak bisa mengartikan makna tatapan Dania kepadanya.
"Nia? Ini ... Ini beneran lo, 'kan? Bukannya lo udah meninggal?"
Salfa tak mungkin salah. Dari segi manapun, dia sangatlah mirip.
Karena tidak peduli, gadis yang diduga adalah Dania, ia tak mau membuang-buang waktu. Ia pergi meninggalkan Salfa tanpa menjawab pertanyaan Salfa yang masih keheranan.
"Dania, tunggu!" Salfa berhasil menghentikan langkahnya.
"Apa?" ujar Dania sambil berbalik badan.
"Ini beneran, lo? T-tapi, kenapa sikap lo berubah?" Pikiran Salfa bertanya-tanya. "Mana Dania yang dulu?"
"Iya. Ini beneran, gue! Dan gue bukan Dania yang dulu! mulai sekarang, lo mending jauh-jauh, jangan deketin gue lagi!"
Degg..
"A-apa? T-tapi kenapa? Apa salah gue?" Mata Salfa berkaca-kaca. Ia tak mengerti sama sekali dengan perubahan Dania.
"Lo ga salah!" Jawabnya dengan tegas lalu pergi menghindar dari Salfa.
"Jelasin ke gue sekarang! Apa salah gue sama, lo!" Salfa terus berjalan mengikuti, untuk menghentikan gadis itu.
"Ck, Lo ga salah, fa! Gue yang salah!" katanya sekali lagi.
"Nia! Please, jelasin ke gue sekarang! Kenapa lo jadi begini?"
Dania terdiam sejenak sambil menunduk. Perlahan-lahan ia mendongkak.
"Maaf!"
Next?
Vote dong!
Follow author!Sampai bertemu di part selanjutnya 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA SAHABATKU?
Short StorySetelah sahabatnya meninggal dunia. Salfa Ghiana Dirgantara merasa sedih dan terus teringat walaupun dirinya memaksa untuk melupakannya. Bertemu dengan sahabatnya kembali setelah sahabatnya dinyatakan meninggal 6 bulan yang lalu? Tentu saja Salfa me...