04

80 8 2
                                    

"Dania pasti bakal seneng lihat kamu lagi," ujar Ajeng.

Degg!

Entah kenapa, Salfa jadi kepikiran dengan gadis yang ia temui di sekolah.

Apakah gadis itu adalah Dania? Jika benar, sudah bisa dipastikan Salfa akan senang.

"Oh iya, Salfa. Kamu katanya Sekolah di Internasional school juga, ya?" tanya Ajeng tiba-tiba.

Seketika lamunan Salfa buyar. "Eh, iya Tante. Aku baru pindah dari sekolah ku yang lama," jawabnya.

"Berarti satu sekolah dong sama Dania."

Mendengar itu, Salfa mengerutkan keningnya. "Emang Dania Sekolah disitu?"

"Iya."

Mendengar itu, tidak salah lagi. Salfa sekarang sangat yakin, jika gadis yang ia temui di Sekolah tadi adalah Dania, sahabatnya.

"Wah, bagus dong! Salfa sekarang udah gak mewek-mewek terus kalo malem." Mario meledek adiknya. Detik berikutnya, ia langsung cengengesan melihat lirikan maut dari Salfa.

"Salfa seneng banget, ternyata Dania nggak meninggal beneran. Besok Salfa mau ketemu dan ngobrol sama dia, deh." Gadis itu tersenyum lalu masuk ke kamarnya untuk beristirahat.

***

Di Kamarnya, ia mulai membuka lemarinya. Kenangan-kenangannya ia lihat kembali. Mulai dari foto, baju cauple, dan barang-barang pemberian Dania, Salfa masih mengingat itu.

Mendengar jika sahabatnya masih hidup. Adalah hal yang membuat dirinya bahagia. Tetapi jika mengingat sikap Dania di Sekolah tadi, Salfa sangat sedih jika sifat sahabatnya berubah seperti itu.

Pintu Kamar terbuka. Mario memasuki Kamar adiknya tanpa permisi terlebih dahulu. Dan hal itu sudah biasa bagi keduanya.

"Widdih, lagi bongkar-bongkar lemari, nih. Nyari apa'an?" Mario bertanya sembari sedikit menggoda.

"Bongkar kenangan," jawab Salfa, singkat.

"Hmm, bongkar kenangan sama mantan, ya?" goda Mario lagi,  sembari terus melirik adiknya. Tatapannya sangatlah menjengkelkan.

"Kenangan sama mantan? Ya kagak, lah! Aku tuh lagi liat foto-foto aku sama Dania dulu! Bisa-bisanya dibilang sama mantan!"

Mario tertawa puas melihat adiknya berbicara dengan ngegas dan kesal. Dari dulu, dia sangat suka jika membuat Salfa merasa jengkel.

"Ututu, Adekku naik darah. Hahaha!" Setelah merasa puas, ia langsung keluar dari Kamar adiknya dengan perasaan senang.

"Hih! Ngeselin! Rasanya pengen ku tendang!" ujar Salfa yang merasa jengkel melihat kepergian Kakaknya.







Vote!
Tinggalkan jejak!

RAGA SAHABATKU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang