Bughhh!
"Semua ini gara-gara lo, Putra."
Dania merasa emosi. Matanya menyorot tajam kearah lelaki sialan itu.
"Tenangin diri kamu!" Arga menepuk pundaknya.
"Ga bisa. Gue yakin kalo cewek itu udah denger pembicaraan kita. Pulang nanti, gue harus nanya ke dia langsung."
Arga menghela nafasnya. Ia bingung bagaimana cara menghadapi Dania yang keras kepala. Ah, tidak! Dia bukan Dania, hanya wajahnya saja yang sama.
"Kamu harus ngomong secara baik-baik. Jangan kasar!"
"Ya."
***
"Salfa."
Seseorang memanggil Salfa yang sedang menunggu jemputan dari supirnya.
"Oh, i--iya." Salfa agak gugup ketika melihat sang pemanggil.
"Dania? Ada apa kok manggil-manggil aku?"
Gadis itu mendekati Salfa. "Ish, kamu itu sama sahabat sendiri kok kayak gitu, sih?!" gerutunya. Dia mencoba mengetes.
Salfa tersenyum kikuk. Apakah dia harus berpura-pura tidak tau? Yah, sepertinya begitu.
"Mau mampir ke rumahku nggak? Kebetulan rumahku deket sama sekolah. Tinggal jalan kaki sebentar pasti nyampe."
Jujur, Salfa ingin sekali menolak. Tetapi Dania tidak menunjukkan sifat ketusnya. Dia terlihat baik hari ini.
Walaupun dia mendengar dan sudah tau jika dia bukan Dania sahabatnya. Dia tidak bisa membenci gadis itu.
Dan dengan ini, Salfa bisa bertanya-tanya lebih jauh tentangnya jika sudah dekat.
"Oke. Aku mau mampir, deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA SAHABATKU?
Short StorySetelah sahabatnya meninggal dunia. Salfa Ghiana Dirgantara merasa sedih dan terus teringat walaupun dirinya memaksa untuk melupakannya. Bertemu dengan sahabatnya kembali setelah sahabatnya dinyatakan meninggal 6 bulan yang lalu? Tentu saja Salfa me...