5.Gulai manusia

561 18 12
                                    


4

Joni berdiri mengejar Ratih yang sudah duluan pulang dengan Ijah. Beruntung wanita berwajah rupawan itu masih sibuk mengobrol dengan beberapa tamu di perkarangan rumah. Begitu tamu itu pergi lelaki berkulit coklat itu mendekat.

"Ini beneran kamu, Ratih?" Tanya joni, menatapnya dari atas hingga bawah. Dalam hati ia menyadari betapa cantiknya Ratih .kenapa tidak dari dulu saja ia mengubah penampilannya.

"Kenapa mas,ada yang mau di bicarakan.gak enak di liatin Tiara."tuturnya menoleh Tiara yang memperhatikan di ambang pintu rumah.

Joni diam membisu ia tak bisa mengucapkan sepatah katapun kecuali "cantik" ya...dia sangat mengagumi perempuan yang terkenal dengan sebutan janda tua yang tak laku.

"Kalau gak ada, aku pamit pulang mas!"

Setelah berbalik badan Ratih menyunggingkan senyum.ia tau sekarang Joni mengagumi dirinya sebentar lagi usahanya akan membuahkan hasil.

**

Setelah beberapa kali melakukan ritual dengan Ijah. Hari ini Ratih melakukannya sendiri. Wanita muda itu menyeret karung putih dengan bercak kemerahan yang merembes dari dalam. Dengan mengenakan baju bertudung hitam ia tak merasakan dinginnya malam di hutan bambu.

Bahkan sekarang ia tak takut lagu dengan pohon-pohon besar yang menjulang tinggi dan suara burung hantu yang menakutkan.sekarang, hutan bambu sudah seperti rumahnya sendiri.

Ratih membuka karungnya, sosok gadis remaja berjilbab ungu itu lemas namun masih bernafas merintih memohon permohonan. Tanpa belas kasihan Ratih menebas lehernya. Perempuan itu sempat berkelonjotan kesakitan meskipun tak lama. Hingga akhirnya tewas dengan darah mengucur di lehernya.

Ia memasukan setengah badan gadis itu kedalam bak. Lantas membuka pakaiannya dan berendam. Tangannya mengoleskan darah itu keseluruhan bagian tubuh termasuk wajahnya.

"Terimakasih Mbah agung, aku persembahkan jiwa orang ini untuk mu!"

Ucap Ratih sambil tertawa puas. Setelah fajar menyingsing wanita cantik itu hendak melemparkan jasad gadis itu kedalam jurang seperti yang biasanya di lakukan Ijah.

Namun ia urung benaknya terpikir keuntungan lagi untuk membuat sesuatu yang akan menambah kekayaannya.

"Sepertinya itu bisikan dari Mbah agung!"

**

Aroma wangi menyebar dari dalam dapur kecil Ratih. Perempuan itu menyicip kuahnya yang memang lezat.masakanya tidak pernah seenak ini pastilah karna Mbah agung yang memberinya Ilham.

"Jika kau jadikan daging manusia sebagai bahan masakan, rasanya akan sangat enak Ratih!" Kurang lebih seperti itu.

Perempuan itu memasukan daging dan kuahnya di Wadah kecil kemudian mematikan tungku dan keluar sebentar.ia melengang pergi menuju pos ronda dimana biasanya Joni berkumpul dengan temannya.

Sesuai dugaan sosok yang ia incar memang tengah duduk di sana bersama temanya Danang cowok berambut gondrong itu menyadari kedatangan Ratih lantas menyenggol bahu Joni.

Joni spontan berdiri menyadari sosok cantik itu datang.

"Mas,ini aku masak sedikit tadi. Cobain kalau masakan kayak gini menurut kalian layak di jual gak?"

MANDI DARAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang