6.Pernikahan joni

497 15 3
                                    



Sudah beberapa hari sejak berita pernikahan Joni akhirnya sore tadi Ratih menerima undangan dengan gambar pasangan romantis yang aesthetic.malam ini pestanya di mulai. Sudah dari kemarin Joni tidak keliatan tenda besar di pasang di depan rumahnya. Suara sound sampai terdengar dari rumah Ratih. Para warga desa berbondong-bondong kesana. Anak kecil maupun remaja tak mau ketinggalan orkes yang di tanggap.

Ratih mengenakan kebaya putih dengan celana span batik rambut panjang kecoklatan ia konde kecil menyusahkan beberapa anak rambut di telinganya. Bak bidadari ia menjadi pusat perhatian ketika melengang masuk ke area acara.



Wanita cantik itu duduk di kursi sambil mencicipi beberapa kue yang di sediakan.joni duduk menunduk di kursi pelaminan tapi Tiara terlihat bahagia dan antusias.

"Mbak Ratih datang juga!" Ucap kia gadis berumur 19 tahun itu adalah keponakan dari Joni. Gadis tomboy dengan gaya rambut bop itu mengenakan kebaya putih dengan rok sepan selutut wajahnya juga di poles beberapa makeup.

"Kapan kamu datang?"tanya Ratih bosa-basi.

Gadis manis itu menjawab,"dua hari yang lalu mbak, demi acara om Joni."

Bibir Ratih membentuk huruf o ketika mendengar jawabannya

"Saya agak kecewa mbak, karna saya kira om Joni bakal nikah sama mbak Ratih."

Ratih mengeleng,"mana mungkin Joni memilih saya, dia sudah kesem-sem sama tiara.aku Sampek khawatir apa dia di pelet" ungkapnya.

"Dia juga gak cantik kalau di bandingkan sama mbak Ratih..."cerocos kia, seraya menyeruput minuman di gelasnya.gadis itu salah satu keluarga Joni yang akrab dengan Ratih. Setiap ia liburan kedesa pasti menghampiri Ratih untuk ikut membolang di sawah biasanya ia akan mencari keong emas dan memasaknya di dapur Ratih karna takut ketauan ibunya, yang melarang makan sembarangan.

Joni menelisik sekeliling ia langsung berdiri ketika melihat Ratih duduk bersama keponakannya. Hatinya yang tadinya gundah terasa terobati melihat senyumannya.

Ia tergopoh-gopoh turun dari kuade untuk menyambut sosok yang ia cintai, Tiara sempat menariknya namun nihil. Joni seolah tak bisa di hentikan.

"Ratih, akhirnya kamu datang juga!"ucapnya sepontan mendekap wanita cantik itu kedalam pelukannya.ratih mendorong tubuh Joni ia berdiri mundur beberapa langkah.

"Mas Joni, saya kesini cuma mau ngasih ucapan selamat!jangan macam-macam ya!" Ancamannya dengan alis menukik membuatnya terlihat semakin cantik.

Joni menarik tangan Ratna berlutut di hadapannya dengan manik berair,"tolong balikan lagi sama aku!"

"Joni!" Ijah menampik tangan Joni. Ratih langsung bersembunyi di punggung Ijah.

"Kau sendiri kenapa baru sekarang sadar, sebelumnya kau tidak menghargai Ratih!"tukasnya,"apa karna sekarang dia cantik?"

Joni terdiam, para tamu undangan saling berbisik hanya beberapa keluarga Joni saja yang melihat Ratih dengan tatapan benci termasuk Tiara.Ratoh tersenyum miring saat maniknya beradu dengan Tiara.









***

Lega rasanya, Bu Mirna pasti sangat malu dengan para tamu undangan.ratna tak bisa berhenti tersenyum ketika pulang kerumahnya.tapi, ia tak akan berhenti begitu saja perhitungan belum selesai untuk keluarga joni.mereka akan di buat hancur sehancur-hancurnya.bahkan meminta ampun sekalipun Ratna tak akan melepas mereka dari belenggunya.

Setelah Menganti bajunya dengan kaos oblong dan celana pendek wanita cantik itu berjalan kegudang belakang rumah. Menoleh kesana kemari sebelum akhirnya masuk kedalam rumah.

Ia membuka freezer dan memasukan sepotong tangan yang ia masukan kedalam plastik.



Semburat sinar mentari menyapa penduduk desa widodari. Seperti biasa Ratna menyiapkan makanan untuk berjualan kali ini ia lebih bersemangat bersenandung dengan riangnya.

"Wah...mbak Ratna seneng banget ya!" Tambah kia, gadis berwajah bulat itu mampir ke warung Ratna berniat membantunya. Dengan imbalan ia akan di buatkan oseng keong sawah kesukaannya.

"Iya dong.mbak, merasa masalahnya akan segera selesai."

"Masalah apa mbak?" Tanyanya dengan netra memicing, "jangan-jangan mbak Ratna lagi jatuh cinta nihhh..."godanya.

Ratna hanya tersenyum sampai seorang lelaki tua datang mendekati warung dengan wajah kusut begitu juga beberapa pelanggan lainya.

"Ada apa Mbah, kok wajahnya di tekuk begitu?"tanya Ratna seraya menciduk gulai ke piring.

Lelaki tua yang biasa di sapa dengan sebutan Mbah parno itu tak langsung menjawab ia melepas topinya kemudian menyeruput kopi hitam.

"Mayat Dina sudah di temukan."

Ratna menutup mulutnya yang terbuka dengan telapak tangannya,"jadi, Dina sudah meninggal Mbah?"

Mbah parno mengangguk lelaki dengan kepala hampir pelontos itu menceritakan semuanya sambil bergidik ngeri,"tapi, bagian tubuhnya yang sudah di temukan hanya tangannya, miris sekali!"

"Sudah saya duga Mbah,itu ulah dari binatang liar di gunung bambu!" Timpal lelaki berbadan gemuk yang juga sedang makan.



"Kasian sekali, dia masih muda. Pasti orang tuanya sedih."ucap Ratna lantas mengaduk panci makanannya. Ia tersenyum betapa bodohnya mereka padahal mayat Dina sudah mereka makan.





***

Hari sudah sangat sore, Ratna menghitung uang seratus ribuan yang terhampar di kasunya. Ia tersenyum gembira dalam waktu satu bulan ia mendapat nominal sebesar 3juta. Ia lantas membuka beberapa hadiah yang di kirimkan bima padanya. Kotak pertama ia mendapat gaun dan beberapa pakaian. Kotak kedua cukup kecil tapi di dalamnya adalah sebuah ponsel keluaran terbaru berwarna lilac di lengkapi kamera yang bagus.

Dan yang terakhir sepasang anting dan juga kalung emas.

"Akhirnya...aku kaya juga!"ucapnya menatap pantulan wajahnya di cermin.

"Tapi, kalo uang cuma segini aja gak bakalan cukup buat shopping mending aku manfaatin Joni sekalian."



Suara pintu di ketuk Ratna beranjak menuju ruang utama di mana pintu kayunya masih tertutup rapat. Ia membuka pintu perlahan rupanya itu adalah Lia dan ibunya.

"Mbak, ayo yasinan!"ajaknya dengan senyum manis yang mengembang.

Yasinan? Dulu memang Ratih tak pernah telat untuk menunaikan ibadah di masjid.tapi sekarang rasanya berbeda ia mulai enggan melakukan ibadah bahkan hanya untuk berwudhu.alquran di rumahnya juga sudah ia letakan di atas lemari, usang dan berdebu.

"Maaf, mbak gak bisa ikut,"ucapnya spontan.

"Sudah dua bulan kamu gak datang, banyak yang nanyain."timpal Bu Mirna dengan wajah yang cemas. Ia takut terjadi sesuatu dengan Ratna semenjak gadis itu berdandan ia jadi lupa melaksanakan sholat apalagi yasinan seperti dulu.

"Ingat, Ratih.apa yang kamu punya sekarang itu pemberian dari Allah.."

"Ibu gak usah ceramah, saga capek dengernya. Memangnya Allah bisa bantu saya?"

"Astaghfirullah,Ratih..."

"Sudah Bu,mungkin mbak Ratih capek tadi jualan,"potong Lia menarik lengan sang ibu untuk meninggalkan rumah Lia.

Dengan tatapan tak suka Ratna membanting pintu rumahnya. Kemudian merebahkan tubuhnya di atas spring bed empuk yang ia beli beberapa Minggu lagu.

"Dasar, perempuan tua suka ikut campur!" Kesalnya.

MANDI DARAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang