Ratih memarkirkan mobil hitamnya di garasi. Membeli satu mobil lagi karna bosan dengan yang lama. Sekarang Ratih di nobatkan menjadi wanita terkaya di kampungnya. Bahkan Ijah saja sudah kalah. Perempuan itu sebulan ini juga tidak muncul untuk mencampuri urusan ya Ratih.Dan ia juga jarang bertemu di sekitar gua hunian Mbah agung. Baru saja keluar dari garasi ia di kagetkan dengan Anang suaminya Ijah yang tengah berbelanja sayur. Tukang sayur dengan gerobak itu tersenyum setelah menerima uang seratus ribuan. "Makasih pas, beneran ansulnya buat saya!" Ucapnya yang hanya di tanggapi dengan anggukan Anang.
"Tumben belanja ,mbak Ratih kemana?" Tanya Ijah menyapa lelaki itu. Seperti biasah ia tidak ramah dengan perempuan. Ratih kecewa gadis itu mendekati gerobak tukang sayur.
"Pak saya beli ini," Ijah menyodorkan uang lima puluh ribu menimbang seekor ayam.
"Ih, katanya Ijah sakit dia kurus banget sekarang!" Ucap seorang wanita berbadan gemuk dengan daster kuning .
"Yang bener Bu indah, mbak Ijah sakit. Pantesan gak pernah keliatan" ucap mamak Lisa.
"Mbak Ijah sakit apa Bu?" Tanya Ratih memotong pembicaraan keduanya.
"Gak tau mbak, saya aja tau dari mamak jeni. Orangnya kan kerja di sana sekarang ngantiin mbak Tiara. Katanya badannya kurus dan wajahnya menua dengan cepat ngeri dehh...denger ceritanya!" Tuturnya.
Entah apa yang sedang terjadi Ratna penasaran dengan keadaan temanya. Itu setelah memasak ia memutuskan untuk menjenguk temanya itu. Tak lupa ia membawa beberapa buah-buahan seperti apel sebagai buah tangan.
Rumah berwarna jingga itu memiliki aura yang suram. Toko besar di sebelahnya pun seolah tak bernyawa lagi. Orang-orang sudah jarang berbelanja. Mama jeni sedang menyapu di halaman rumah membukakan pagar ketika melihat Ratih.
"Mama jeni saya mau ketemu mbak Ratih . Orangnya ada di dalam kan?"
Mama jeni terdiam sejenak,"enggak mbak ,dia sedang berobat dengan mas Anang baru saja pergi."
Ratih menoleh ke arah garasi kedua mobilnya ada di sana lantas mereka berobat dengan apa. Ijah juga jarang mengenakan kendaraan roda dua, bahkan ketempat dekat sekalipun.
"Suruh saja dia masuk!" Tukas Anang baru muncul dari dalam rumah membawa beberapa berkas di tangannya. Lelaki dingin itu masuk ke mobil kemudian melengang pergi tanpa melirik Ratih. Sifat Anang juga berubah biasanya ketika bersama Ijah ia ramah pada siapapun.
"Maaf ya mbak Ratih tadi saya beralasan karna biasanya mas Anang gak mbolehin orang lain jenguk mbak Ratih."
"Gak apa-apa mamak jeni saya ngerti."
Ratih di antarkan ke lantai atas untuk melihat keadaan Ijah, jantungnya tiba-tiba berdegup kenapa ia malah takut terjadi sesuatu padanya juga. Kamar itu di buka. Ranjang berukuran oversize dengan slambu besar, sesosok perempuan tak di kenal terbaring dengan tubuh tertutup selimut, wajahnya kempong menampakan bentuk tengkoraknya, matanya menonjol dan tubuh Ijah sekarang hanya sisa kulit dan tulang.
"Ra... Ratih?"
Ratih duduk di kursi di sebelah ranjang.
Sebenernya ia cukup membantu nya Ahir ini namun melihat kondis Ijah ia menjadi iba.
"Mbak, kenapa ini bisa terjadi?"
Perempuan yang menua itu hanya tersenyum berbicara pun sudah mulai tak jelas dan kesulitan.
"A...aku berhenti melakukan ritual..."lirihnya, "aku...ing...ingin bertaubat."
Mata Ratih terbelalak pantas saja tubuhnya mengering. Memangnya apa yang bisa Ijah lakukan tanpa bantuan Mbah agung kehidupan selama ini pun sudah mapan.
"Kamu gila mbak?" Ucapnya dengan nada kecil takut jika terdengar Mama jeni.
"Aku kasihan dengan Karina jika seperti ini terus, aku juga tidak mau lagi bersekutu dengan setan...Karina anak ku pandai membaca Qur'an."
Ratih menghela nafas memutar bola mata malas. Menyesal menjenguk Ijah. Memangnya jika berhenti memuja Mbah agung ia bisa kembali hidup normal, tidak...mereka yang berhenti akan tersiksa dan menjadi sampah sampai mati.
Memuja Mbah agung adala keputusan terbaik selain awet muda, tubuh pun menjadi kebal dan mudah mendapatkan uang.
"Jadi cepatlah bertaubat, kau ti...tidak boleh..."
"Kamu yang membuatku jadi seperti ini mbak, kenapa sekarang malah nyuruh berhenti?" Ucapnya kasar.
Butiran bening itu menetes dari manik Ijah. Ia benar-benar menyesal sekarang dulu ia memang sangat suka dengan semua kenikmatan itu tapi lama kelamaan semuanya menjadi hambar dan tidak terasa. Uang yang ia cari dengan cara tidak halal menghilang dengan cepat juga kecantikannya.
"Maaf...Ratih..."
"Aku suka dengan diriku yang sekarang, jika mbak Ijah berhenti sendiri silahkan. Nikmati hidup mbak yang kayak sampah itu!"
Murka Ratih segera keluar dari kamar, atensinya langsung tertuju pada sosok mungil yang sedang menangis di ruang tengah. Mama jeni kesulitan membujuknya.
"Aku gak mau...maunya ketemu Mama!" Rwngeknya wajahnya memerah basah karna air mata.
"Bukanya ibunya ada di kamar?" Tanya Ratna.
Mama jeni terdiam,"non Karina sudah tidak mengenal ibunya karna perubahan itu dia takut mbak. Jadi selalu menangis mencari ibunya."
Ratih semakin kesal dengan drama rumah tangga Ijah. Jika ada yang mudah kenapa harus pilih cara sulit dengan bertobat pikirannya seraya keluar dari rumah itu.
****
Ratna pergi ke kota untuk bertemu teman sosialitanya. Kali ini mereka pergi ke diskotik berdansa dengan musik kencang dan menikmati minuman di bawah temaram lampu club.
Para wanita mengenakan lipstik meraherona dan pakaian berwarna yang minim. Menutup sedikit tubuhnya mereka bilang ini adalah trend terbaru.
Ratna juga cantik dengan balutan dres ketak sepaha tanpa lengan. Ia bergoyang sambil mengacungkan gelas nya..rasa lelahnya memang menghilang begitu saja bersama suara musik kencang itu.
Tak jauh dari tempatnya berdiri ia melihat anang duduk termenung di salah satu kursi sibuk minum-minum.
Penasaran Ratna mendekatinya.
"Hai."
Sapanya langsung duduk di kursi seberang meja.
"Kenapa kamu di sini, bukannya istrimu sakit?"
Anang menguap beberapa kali menyesap rokoknya,"memangnya kalau istriku sakit. Aku gak boleh kesini?"
"Bukan begitu, apa perasaan kalian berubah?"
"Aku hanya kecewa denganya, bisa-bisanya dia melakukan ritual itu.." tambahnya."itu semua karna kesalahannya sendiri..."
"Dia melakukan itu karna punya alasan,bukannya dulu kau selingkuh?"
"Dia saja yang cemburuan!" Tuturnya meninggalkan tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANDI DARAH
Horrorsakit hati, setelah kedatangan janda bernama Tiara di kampung widodari. Ratih harus merelakan calon suaminya di rebut. ia harus menerima ejekan serta olokan Joni (calon suami) tentang bentuk tubuh dan wajah yang tidak secantik Tiara. tapi, di sela k...