18 Ahir hubungan

429 7 0
                                    


Bima melongok keluar jendela ketika sebuah mobil sedan berhenti tepat di depan rumahnya. Sosok lelaki bertubuh ceking dan sosok besar berkulit lengam keluar dari mobil.

"Ahirnya kalian datang juga," ucapnya mengeratkan jaketnya karna dinginya malam begitu menyeruak.

Rendi lelaki ceking berkaos merah itu beberapa kali mengangkat sebuah benda mirip ponsel hanya saja ukuranya sedikit lebih besar. Layarnya menampilkan pendeteksi. Katanya itu adalah alat deteksi mahluk gaib.

"Gimana apa kamu setuju ?" Tanya Rendi menyodorkan amplop coklat penuh uang . Lelaki bernama Rendi itu menunjukan sederet gigi putihnya.

"Mas, bisa kita mulai sekarang?" Ucap Reno lelaki berjaket kulit hitam itu mengambil beberapa peralatan di bagasinya. Mungkin orang desa tak mengenal duo pengusir hantu itu mereka cukup viral Ahir ini karna kemapuan mereka mendeteksi mahluk halus dan menemukan orang yang hilang karna sebuah ilmu itu.

Si ceking itu memiliki kemapuan indigo yang bisa di andalkan. Malam itu pukul 20.00 mereka menyalakan senter masuk kedalam hutan.

Hanya keheningan malam dan suara jangkrik yang begitu berisik namun Rendi dan Reno mengajaknya bercakap-cakap.

"Aku ngerasa di dekat kita ada sesuatu yang kuat, dia seperti punya kekuatan tapi tidak begitu maksimal."

Rendi menarik mereka untuk segera bersembunyi di semak-semak. Di kejauhan sosok wanita berambut keriting dengan wajah tertutup tudung menggeret sebuah karung.

Diam-diam ketiganya mengikuti mereka. Rendi juga menyuruh Reno dan bima untuk selalu berdoa ayat-ayat pendek agar mereka tetap aman dari para lelembut yang bisa saja ingin mencelakainya.



Bima ternganga melihat sebuah gua besar di hutan bambu itu . Cahaya bulan purnama seolah menyinarinya dengan benderang. Ketiganya mendekat hingga ke bibir gua.

Perempuan aneh itu mengeluarkan golok dari karungnya lantas menarik gadis yang terlihat lemah di pojokan gua dengan kasar.

"Kamu harus mati!" Teriak perempuan jahanam itu mengayunkan goloknya ke leher.

"Berhenti!" Teriak bima menepis tangan perempuan itu hingga goloknya terjatuh.

Gadis yang tak berdaya itu adalah citra sementara perempuan gila itu Ratih. Seperti yang bima duga perempuan itu pasti dalang di balik hilangnya citra.

"Aku kecewa dengan ku Ratih , aku sudah menduga semua ini!"

"Biar mas, aku gak peduli jangan halangi aku lagi!"

Suara lantunan ayat-ayat Al-Qur'an yang di lantunkan reno membuat Ratih mengeluh kepanasan dan langsung berkelonjotan di lantai. Dan saat itu juga Rendi menyiram air putih di dalam botol air mineral. Bima terkejut ketika wajah Ratih berubah menjadi tua dengan beberapa uban.

Secepatnya ia mendekap adik angkatnya itu untuk keluar dari Gua. Ia begitu bahagia ketika rombongan Mbah Yanto datang dengan pak ustadz. Wajah galaknya membuat bima menyadari jika ia melangar ia tak sabar menunggu keputusan Mbah Yanto dengan penduduk lainya.

Ia memilih mengundang krup pengusir hantu dan mencari citra sendirian.

"Maaf Mbah..." Lirihnya

"Tak apa, yang penting kalian berdua selamat..."

Dengan bantuan pak ustad Ratih akhirnya berhasil di lumpuhkan. Dan malam itu mereka merasakan hangatnya api yang membakar tempat penyembahan setan itu goa terkutuk itu di lalap api dan dalam sekejap semua kenangan di dalamnya menghilang.

Mereka turun dari gunung dengan suka cita, tak ada suara gagak ataupun perasaan was-was dan mistis.



**

Gadis itu berlarian di beranda kayu dengan beberapa kotak nasi yang di masukan kedalam keranjang. Suara lantunan tadarus terdengar dari balai rumah kayu.

Bima segera mengenakan songkok putihnya membantu citra membawa satu keranjang lain yang juga berisi aneka jajanan untuk di berikan pada anak-anak yang tengah mengaji.

"Kak, akhirnya desa ini tentram juga ya!" Ucap gadis dengan balutan jilbab putih itu

"Cie...udah mau manggil kak!" Cerocos bima seraya memegang ubun-ubun sibmanis itu. Citra melotot menampik tangan kakaknya ia tak mau kerudung yang sudah ia pasang dengan model sedemikian rupa rusak karena tangan rusuh lelaki itu

"Kan kata kakek kita harus jadi saudara kan..."

Bima mengangguk dengan senyum mengembang. Ia melambai ketika melihat Tiara keluar dari rumahnya perempuan yang sudah lama berjilbab itu tak jadi pindah ke Surabaya karna keadaan desa sudah membaik untuk mencukupi kehidupan sehari-hari ia biasanya menjahit dan buruh laundry.

"Barengan mau ke masjid kan?" Tanya Tiara yang di jawab anggukan dari citra .

"Apa itu mbak?" Tanya Tiara melongok keranjang yang di bawa perempuan cantik itu .

"Oh...ini keripik ketela buat takjil kan bulan puasa harus berbagi."

Ketika hampir sampai di masjid mereka melihat sosok perempuan berlari-lari dengan pakaian compang-camping dan rambut acak-acakan. Seperti biasah ketika mendengar suara azan atau lantunan Al-Qur'an wanita itu akan merasakan panas terkadang sampai guling-guling di tanah.

"Duh...kasian banget ya, makanya jangan ngilmu!" Cerocos citra, "untung citra gak jadi tumbalnya."

"Hush...udah jangan di bahas lagian sekarang dia sudah di azab bahkan di dunia. Kita fokus sama kehidupan kita." Nasehat bima .

Ketiganya lantas masuk kedalam masjid .





Tamat



Terimakasih sudah membaca cerita ku sampai selesai, semoga kalian suka dan tertarik baca cerita ku yang berikutnya....

MANDI DARAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang