"Kalo memang kamu masih ada rasa sama lelaki itu, kenapa tidak menolak perjodohan ini dengan tegas? Bukan hanya lelaki itu yang sakit, kamu pun akan sakit. Apalagi kamu sudah berjanji menunggunya" ucap orang yang sedari tadi mendengar perbincangan A...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dikarenakan mereka berada di Jakarta, mereka memutuskan untuk bersilaturahmi ke kediaman keluarga Aleya, Abi Harits.
Setelah menempuh kurang lebih dua puluh menit, rombongan Fathar sampai di rumah Abi Harits dan disambut baik oleh pemilik rumah.
Semua yang ada di dalam mobil turun bergantian, Aleya turun dari mobil dan melambaikan tangan pada keluarganya, tapi... Tunggu..
"Abang!!!!" Pekik Aleya berlari senang lalu memeluk Abang nya, siapa lagi kalau bukan Hanafi.
Hanafi membalas pelukan adik satu-satunya, "kangen banget sama adek Abang ini" ucap Hanafi.
"Kok pulang gak ngabarin Aleya?" Cemberutnya.
"Biar surprise" jawab Hanafi dengan wajah sedikit menggemaskan, dan kejadian itu disaksikan semua yang ada disana.
Begitulah Hanafi, jika diluar dia terlihat dingin, maka di depan keluarganya dia adalah orang yang humoris.
Aleya beralih menyalam tangan Abi Harits dan umi Zainab, kemudian terakhir memeluk Cayla, "rindu banget sama kakak" ucap Aleya.
"Sama, kakak juga" balas Cayla.
"Ayo semuanya masuk" persilahkan umi Zainab.
Semuanya masuk kedalam rumah satu-persatu, umi Zainab mengajak Aleya dan Cayla kedapur untuk membawa beberapa makanan dan minuman yang sudah disediakan.
Semuanya asik bercengkrama, bercanda ria, tak ada yang di anggap orang asing disini. Hanafi melihat semua anggota keluarga berkumpul, ia berdehem sebentar, membuat asistensi semuanya mengarah padanya.
"Boleh saya minta waktu kalian sebentar? Saya ingin menyampaikan sesuatu selagi semuanya berkumpul seperti ini, semoga ini waktu yang tepat" ucap Hanafi.
"Ada apa nak?" Tanya Abi Harits.
Hanafi menoleh kearah sang Abi, lalu kembali menatap keluarganya, "pada hari ini, saya Muhammad Hanafi ingin melamar seorang gadis yang berada disini yaitu Atala Cayla" ucap Hanafi lantang, ia menatap Cayla sebentar.
Deg!
"Cayla? Disini bukannya cuma aku ya nama Cayla?" Tanya Cayla polos pada Aleya, tapi semua orang dapat mendengarnya.
"Bang, yang jelas dong" pinta Aleya.
"Abang ngomongnya jelas, yang Abang maksud memang Cayla yang disamping kamu" jawab Hanafi.
Seketika membuat Aleya memekik kesenangan dan memeluk Cayla dengan erat dan menggoyangkannya kesana kemari. Sedang Cayla wajahnya sudah merah karena malu.
"Bagaimana nak Cayla?" Tanya umi Zainab.
Cayla menyadarkan dirinya, "Emangnya umi dan Abi mau punya menantu kayak Cayla, Cayla ini tidak sebanding dengan Hanafi yang paham agama" ucap Cayla.