Haechan mengerjapkan matanya beberapa kali saat merasakan silau oleh sorot matahari pagi yang masuk menembus jendela kamar dan mengarah langsung ke wajahnya, Haechan yang sukses terbangun akibat cahaya matahari itu langsung menguap lebar lalu merenggangkan otot-otot tubuhnya sebelum ia beranjak dari tempat tidur dan berlari menuju kamar mandi untuk buang air kecil.
Dengan mata masih terpejam dan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, Haechan memutuskan untuk duduk di atas toilet setelah tuntas buang air kecil. Ia kembali menguap lebar dan menggaruk tubuhnya.
"Mengapa terasa rata di bawah sini?" Gumam Haechan saat tangannya turun dan menyelusup masuk ke dalam celana dalam yang ia kenakan dan mulai meraba-raba area kemaluannya.
Haechan menyunggingkan senyum dengan mata yang masih terpejam. "Ayolah, biasanya di pagi hari kau juga ikut bangun." Ujar Haechan dengan tangan yang masih meraba-raba area kemaluannya sendiri yang terasa berbeda di pagi ini.
"Tunggu." Haechan membatu dan sontak membuka matanya lebar, rasa kantuk yang ia rasakan hilang seketika.
Haechan dengan cepat langsung menarik tangannya menjauh dari celana dalamnya dengan jantung yang berdegup kencang.
Haechan menggelengkan kepalanya dan menampar pipinya pelan. Untuk memastikan apakah yang tadi tangan Haechan rasakan hanyalah imajinasi liarnya akibat masih mengantuk atau bukan, Haechan lantas mencoba membuka dan mengintip ke dalam celana dalam yang ia kenakan.
"Ini.. ini bukan punyaku!" Haechan membelalakkan matanya, kali ini ia benar-benar terkejut bukan main.
"Kemana perginya penis kesayanganku?!" Pekik Haechan panik bukan main.
Apa yang Haechan rasakan dengan tangannya tadi dan apa yang Haechan lihat barusan terasa terlalu nyata untuk dikatakan hanya halusinasi liar.
Dengan rasa tidak karuan, Haechan mencoba bangit dan melangkah pergi dari dalam kamar mandi. Namun belum sempat Haechan ke luar, ia langsung terperanjat kaget saat matanya melihat sosok wanita di pantulan cermin.
"Apa-apaan ini?!" Pekik Haechan membelalakkan matanya menatap pantulan dirinya di cermin.
"Suaraku? Suaraku juga mengapa ikut berubah? Semua ini milik..." Haechan menjeda ucapannya akibat tenggorokannya terasa seperti tercekat.
"...milik Giselle!"
Dan Haechan baru menyadari bahwa jiwanya saat ini telah berada di dalam raga milik Giselle.
Masih memandang dirinya di pantulan cermin, Haechan melihat bahwa dirinya memiliki rambut panjang yang tergerai indah, wajah yang sangat cantik, payudara sintal, dan tubuh ramping. Namun Haechan langsung memejamkan matanya dalam dan mengumpat sial, kedua pipi Haechan bersemu merah merasa sangat malu pada dirinya sendiri yang tadi menyentuh tubuh milik Giselle dengan lancang.
"Situasi macam apa ini?!"
Haechan menampar kedua pipinya keras dan langsung membasuh wajahnya dengan air dingin, meski semua terasa sangat nyata namun Haechan benar-benar berharap bahwa semua ini hanyalah mimpi paling buruk yang pernah Haechan alami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vice Versa : Giselle Haechan
FanfictionBody swap. Baik Haechan maupun Giselle, keduanya tidak pernah menyangka bahwa jiwa mereka akan tertukar. Di tengah penyelidikan untuk mengetahui penyebab sebenarnya kematian kedua orangtuanya, Giselle terpaksa harus menjalani hidupnya di raga milik...