Haechan dan Giselle merasa lega karena sejak pagi tadi tidak ada yang curiga kalau jiwa mereka tertukar, setelah jam istirahat berbunyi mereka pergi ke atap sebuah gedung sekolah yang tidak digunakan untuk membahas apa yang terjadi pada mereka.
"Jadi bagaimana sekarang?"
"Apa yang harus kita lakukan supaya jiwa kita bisa kembali ke raga masing-masing?"
"Aku terus memikirkan kejadian apa yang membuat jiwa kita bisa sampai tertukar seperti ini, tapi aku benar-benar tidak tahu apa itu."
"Semalam aku pingsan dan tidak mengingat apapun yang terjadi padaku, begitu terbangun aku sudah berada di dalam ragamu."
"Semua ini membuatku pusing saja!"
Haechan hanya bisa menghela nafas jengah memperhatikan Giselle yang sejak tadi bertolak pinggang dan mundar-mandir di hadapannya seraya terus mengoceh, bahkan Haechan yang memilih duduk di sebuah meja usang ikut menjadi pusing melihat Giselle.
"Ada satu hal kemungkinan." Ujar Haechan yang langsung membuat Giselle menghentikan langkahnya.
Giselle lantas menoleh pada Haechan, "Apa itu?" Tanya Giselle.
Haechan menepuk ruang kosong di sisinya bermaksud agar Giselle ikut duduk di sisinya dan berhenti mundar-mandir.
"Apa?" Tanya Giselle antusias setelah duduk di sisi Haechan.
"Kita berciuman kemarin malam." Jawab Haechan lalu menoleh pada Giselle.
Giselle mendelik terkejut mendengar jawaban Haechan, "Lebih baik kau diam daripada asal berbicara dan tidak memberikan solusi." Balas Giselle geram.
Haechan berdecak, "Giselle, aku ini sedang memberikan solusi." Ujarnya.
"Tubuhku memiliki otak, gunakan otak itu untuk berpikir dan menemukan solusi, Haechan." Kesal Giselle menunjuk tubuh miliknya.
"Menurutku jiwa kita bisa tertukar seperti ini karena semalam kau menciumku di toko barang antik itu." Ujar Haechan berpendapat, mimik wajahnya tampak serius.
"Aku tidak menciummu! Itu tidak sengaja!" Pekik Giselle, pipinya kembali bersemu merah mengingat itu adalah first kiss miliknya.
"Tapi tetap saja kita berciuman, bibir kita saling bersentuhan." Sambung Haechan.
"Tapi tetap saja hal itu tidak mungkin membuat jiwa kita sampai tertukar. Memangnya bibirku bisa menarik jiwamu hah? Itu tidak mungkin!" Tegas Giselle.
"Kemungkinan bisa saja terjadi, Giselle. Terlebih apa yang terjadi pada kita ini adalah hal yang tidak masuk akal." Ujar Haechan.
Giselle terdiam menatap wajah serius Haechan, apa yang diucapkan Haechan barusan membuat Giselle berpikir sejenak apakah memang benar ciuman itu adalah penyebab jiwa mereka jadi tertukar? Namun Giselle tetap merasa kalau ciuman itu tidak mungkin menjadi alasan jiwa mereka tertukar, Giselle malah merasa kalau Haechan tengah menggodanya dengan membahas ciuman di malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vice Versa : Giselle Haechan
FanfictionBody swap. Baik Haechan maupun Giselle, keduanya tidak pernah menyangka bahwa jiwa mereka akan tertukar. Di tengah penyelidikan untuk mengetahui penyebab sebenarnya kematian kedua orangtuanya, Giselle terpaksa harus menjalani hidupnya di raga milik...