Selamat membaca!!
Rania melangkah perlahan memasuki area taman. Suasana taman yang ramai menjadi hiburan tersendiri bagi gadis berumur dua puluh tahun tersebut.
Ia sendirian.
Karena pagi tadi. ia sudah mengantarkan Nara ke bandara.
Gadis itu tak bisa berlama-lama disini. ia harus menyelesaikan pendidikannya dan tinggal bersama Yohana di kota lain.
Brukh...
Rania terkejut dan sedikit terhuyung ke arah samping setelah ditabrak seseorang dari arah depan.
"Maaf nak, ibu tidak sengaja."
Rania menatap wanita parubaya di hadapanya tanpa ekspresi. Namun tak lama senyum simpul terbit di sudut bibir Rania.
"Gak apa apa bu," ujarnya melenggang pergi seakan tak terjadi apa-apa.
Lain hapnya dengan Rania.
Wanita yang baru saja menbrak gadis itu menatap bingung remaja yang baru saja dirinya tabrak.
Wajah dan senyuman itu mengingatkan ia pada seseorang.
"Ibu!"
Lamunan Helena buyar saat suara familiar terdengar memanggil dirinya.
"Ayo cepat, keadaan Nathan semakin buruk!" imbuhnya dan melenggang pergi.
Adrian melangkah cepat memasuki mobil yang terparkir tak jauh dari taman.
Sudah seminggu sejak kecelakaan yang di alami putranya tapi ia sama sekali belum berhasil menangkap pelaku bahkan buktipun sangat sulit.
Seakan ini sesuatu yang di sengaja dan telah direncanakan.
Disisi lain. Rania sedari tadi mendengar pembicaraan antara Ibu dan Anak tersebut dengan bibir tersungging miring.
Sejak tadi ia menyadari keberadaan mereka. Sejak saat Helena menabrak dirinya secara tak sengaja.
"Sepertinya tua bangka itu menyadari keberadaanku," gumam Rania pelan.
"Sial!"
Adrian menatap seseorang yang berdiri di depannya dengan jas putih kebanggaan miliknya.
"Tolong selamat kan anak saya dok," pinta pria itu terdengar parau.
Setelah mendiang istrinya meninggal dengan tragis dan sekarang ia tak ingin putranya mengalami hal yang sama.
"Maaf tuan, tapi kemungkinan itu sangat kecil."
"Benturan yang dialami putra anda dibagian kepala mengakibatkan pendarahan dan kerusakan saraf yang cukup parah dan ini berakibat fatal bagi pasien," jelasnya.
Mendengar itu Adrian semakin kalut. Ia takut jika kejadian itu kembali terulang.
"Semoga saja pasien bisa melewati masa kritisnya," sambung Christian dan melenggang pergi.
Menyisakan Adrian dan Helena di depan pintu ruang ICU tempat Nathan di rawat.
Helena menatap sosok pemuda yang terbaring tak sadarkan diri diatas brankar rumah sakit. Ditemani beberapa alat yang terpasang di tubuhnya melalui pintu kaca dengan tatapan sendu.
"Anak kamu pasti kuat Ar,"
ujar Helena sembari mengusap bahu Adrian yang terduduk dengan pikiran kacau."Tapi Ar takut bu! takut kejadian dua tahun lalu terulang lagi," gumamnya lirih.
"Ar sudah kehilangan begitu banyak hal dalam hidup Ar!" tandasnya semakin frustasi.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
HE'S DEVIL || RANIA DENHAAG (ON GOING)
ActionRania dan dendamnya. "Bersabarlah sedikit lagi, lalu kita akan segera bertemu Ayah. nikmati dulu permainan ini!" Rania Denhaag.