13.Mengungkap Identitas

155 12 0
                                    

Selamat membaca!!

Brak!

Adrian menendang kuat pintu sebuah gedung hingga mengejutkan orang-orang yang berada di dalam sana.

Kini tatapan pria itu menatap tajam satu persatu makhluk yang tengah bersenang-seneng dengan dunianya sendiri.

Menikmati beberapa jenis merek alkohol dengan tenang seolah tak memperdulikan kedatangan pria bermarga Denhaag itu.

"Apa-apaan ini tuan wijaya!" tegur seseorang mendekati Adrian.

Adrian hanya diam dan kembali melanjutkan langkah memasuki sebuah ruangan yang terletak di paling ujung gedung tersebut.

Setibanya. Adrian membuka kasar pintu di depan tanpa perduli makian seorang pria dan jeritan histeris dari wanita di dalam sana yang tengah asik bercinta.

Buru-buru Nicollas menaikan celana sedangkan wanita yang ia tiduri melarikan diri ke dalam kamar mandi. Menutupi tubuh telanjang menggunakan sprei.

"Beraninya kau masuk ke ruanganku!" bentak Nicollas.

Pria itu menarik kasar kerah kemeja Adrian dan membawanya keluar.

"Ini yang kau bilang mengawasi?" balasnya melepaskan cengkraman Nicollas.

Tak lama Nicollas tersenyum setelah mendengar perkataan Adrian. "Ayolah! Kau juga sering melakukan ini kan?" balas Nocollas mengejek.

Setelahnya bibir pria itu tersungging sinis sebelum menghantamkan tinjuan mengenai pipi kiri Adrian.

"Ini bukan lagi wilayahmu Adrian!" murka Nicollas. Semakin memojokan pria itu

Ia muak setiap kali Adrian bertindak seamunya tanpa memikirkan orang lain.

"Jika kau takut keluargamu menjadi korban lagi, maka lindungi saja mereka dengan kekuasaan yang kau punya. Aku tak perduli!"

Pria itu memcengkram kerah kemeja Adrian. "kau bukan lagi bagian dari kami!" bentaknya mendorong kasar Adrian ke lantai.

Dari arah luar Dante dan beberapa pengawal berlarian masuk. Mendekat pada Adrian dan memapah tubuh lemah pria itu yang sudah di penuhi lebam di beberapa sisi.

"Menyedihkan!"

Setelah itu Nicollas berbalik dan kembali masuk ke dalam ruangan panas miliknya. Sial ia hampir sampai tadi tapi kedatangan Adrian merusak malam menyenangkan ini.

Adrian mendudukan diri di kursi penumpang dengan keadaan kacau. Amarahnya tiba-tiba menguar begitu saja.

Pria itu menatap gedung yang semula ia datangi tanpa minat. "Jika mereka tidak bisa, maka aku yang akan menemukan orang itu."

"Jalan!"

Adrian kembali menatap sebuah foto di tangannya. Postur tubuh pria yang berada di foto itu seperti tidak asing bagi Adrian.

"Tuan," panggil seseorang sedikit menyentaknya. Adrian mendonggak.

"Kita sudah sampai."

Adrian menoleh ke samping menatap sebuah gedung tua dari dalam mobil. Sudah terdpat beberpa anak buah yang ia tempatkan disana.

Pria itu turun dan melangkah masuk kedalam. Ditemani Dante dan beberpa pengawal di belakangnya.

"Sepertinya mereka mengetahui pergerakan kita," tutur Dante saat mendapati gedung ini telah kosong.

Tak ingin menghiraukan perkataan Dante. Adrian membawa langkah menaiki satu-persatu anak tangga yang terhubung langsung dengan lantai dua yang terdapat di gedung itu.

HE'S DEVIL || RANIA DENHAAG (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang