Selamat membaca!!
"Dante, bangun. Kau harus pergi!" perintah seorang gadis pada pria yang masih betah berlama-lama di atas tempat tidur. Dengan sedikit paksaan.
Pasalnya sedari tadi gadis itu sudah mencoba berbagai cara. Namun sampai kini tak ada satupun yang berhasil.
Sampai ide jahil kembali muncul di benak gadis itu.
Dengan sengaja Rania menempelkan bibirnya dengan bibir Dante. Kemudian melumat pelan.
Hingga mata yang semula tertutup rapat itu. Akhirnya terbuka lebar menatap Rania terkejut.
Setelah itu Rania menjauh dan menyeka bibirnya yang sedikit basah, "Ayo bangun!" ulang Rania.
Dante bangkit dan menarik lengan Rania namun gagal. Gadis itu telah mundur terlebih dulu.
"Ulangi!" pinta pria itu.
Suaranya terdengar serak dan sedikit berat khas seperti orang bangun tidur.
Namun Rania mengabaikan dan berjalan kearah balkon kamar.
Dengan sekali tarik. Gadis itu mampu membuka gorden yang menutupi kaca besar yang jadi penghalang pintu balkon kamar.
Seketika cahaya terik matahari memenuhi ruangan itu.
Tanpa basa-basi Rania berbalik dan menghampiri Dante. Kemudian kembali menempelkan bibir lalu menarik diri secepat mungkin. Sebelum ini menjadi kegiatan yang panjang dipagi hari.
"Cepatlah!" desaknya
Dante berdiri dari duduk. Kemudian berjalan memasuki kamar mandi. Melewati Rania dengan tenang seakan tak terjadi apa-apa.
Namun percayalah di dalam sana tak setenang itu.
Sepeninggalan pria itu. Rania bergegas merapihkan kasur beserta bantal.
Kemudian turun dan menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Dante.
Tak lupa menyiapkan pakaian yang akan pria itu kenakan terlebih dahulu.
Akhir-akhiri ini Dante memang sering kali meninggalkan barang-barangnya di sini. Dari mulai saat ia kembali dari rumah Yohana. Entah apa alasan pria itu Rania tak mau ambil pusing.
Dengan cekatan Rania memasak apa pun yang ia bisa dengan bahan seadanya. Namun dengan penuh perhitungan. Jangan sampai ada yang salah untuk sarapan pagi ini.
Beberapa saat berlalu. Akhirnya Rania selesai dengan masakannya bersamaan dengan Dante yang telah menuruni tangga. Disertai setelan jas formal yang melekat pas di tubuh tegapnya
Tatapan pria itu menelisik makanan yang tersaji di atas meja dengan pandangan bertanya.
"Aku yang memasaknya," tutur Rania. "Aku yakin jika itu aman untuk kita berdua," tambah gadis itu. Saat menangkap raut ragu di wajah Dante.
Namun setelah itu senyum Rania terbit. Saat Dante mendekat dan mendudukkan diri di salah satu kursi dan menyuruh Rania untuk mendekatinya.
"Hmm, jika tidak yakin kau tak akan sampai seperti ini," balas Dante sembari mengisi piringnya dan piring Rania.
Kemudian menyantap makanan itu tanpa suara dan reaksi apapun. Sedangkan Rania mencoba untuk mencari apa yang kurang dari masakannya. Tapi tak ia temukan.
Hingga celetukan Dante terdengar memecah keheningan. "Makanlah dengan benar, kau tidak akan menemukan sesuatu yang kurang di dalam makanan ini," ujar Dante mengejutkan Rania.
Gadis itu mengangguk pelan.
Ia bukan terlalu percaya dengan ucapan Dante. Hanya saja apa yang pria itu katakan. Semuannya terasa benar dan Rania mempercayai itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE'S DEVIL || RANIA DENHAAG (ON GOING)
AcciónRania dan dendamnya. "Bersabarlah sedikit lagi, lalu kita akan segera bertemu Ayah. nikmati dulu permainan ini!" Rania Denhaag.