8.Pemuda Lugu

200 15 2
                                    

Selamat membaca!!

"Selamat pagi semua."

"Pagi pak!" jawab mereka serempak.

Termasuk seorang gadis yang berdiri di paling ujung dari barisan para pegawai.

Gadis itu tampak tak tertarik dengan apa yang sedang di sampaikan oleh sang atasan di depan sana.

Atensinya hanya berfokus pada seorang pemuda yang tengah asik menikmati pesanan di salah-satu meja dalam coffee tempatnya bekerja.

Larut dalam lamunan. Tanpa sadar gadis itu telah melewatkan apa yang dibicarakan sang atasan di depan sana.

"Rania?"

"Rania Dijaya!"

"BRAK!"

Hingga suara gembrakan meja berhasil mengejutkan gadis itu.

Rania menoleh. "Maaf pak, saya kurang fokus."

"Pulang saja jika tidak ingin bekerja!" balas pria itu.

"Maaf pak," ujar Rania sembari menunduk.

Sedangkan di tempatnya. Raden tertawa pelan saat mendengar keributan yang terjadi di belakang sana.

Dan kini ia tahu nama gadis itu. Gadis yang sempat ia temui beberapa hari lalu.

Tak lama setelah menghabiskan pesanan. Pemuda itu segera berdiri dan menghampiri Rania yang berdiri tak jauh dari mejanya.

"Hai! kita ketemu lagi."

"Kalau mau bayar silahkan langsung ke kasir saja mas!" balas Rania seramah mungkin.

Ia tak mau kembali di marahi hanyah karena pemuda di sampingnya ini.

"Udah, gue udah bayar tadi! gue kesini cuma mau kenalan sama lo, boleh?"

"Gak bisa! gue lagi sibuk, lo gak liat?" balas Rania sembari beranjak pergi.

Dan tak menghiraukan teriakan Raden yang mengundang berbagai reaksi dari orang-orang sekitar.

"Yaudah, lain kali aja!" balas Raden setengah berteriak.

Kemudian pemuda itu berjalan keluar dari coffee. Melanjutkan perjalanan ke rumah Nathan.

Tadi sahabatnya itu tiba-tiba menghubungi dan meminta di temani bermain ps. Mumpung hari ini mereka libur. Itu yang Nathan katakan saat di telefon tadi.

Lain halnya dengan Rania. Gadis itu menatap kepergian Raden dengan berbagai pikiran yang mulai bermunculan di benaknya.

"Rania!"

Gadis itu menoleh kebelakang saat suara familiar itu mengusik indra pendengarannya.

"Kau, apa yang kau lakukan di sini?" bingung rania mendapati Dante berdiri tepat di belakangnya.

"Aku kebetulan lewat dan melihat dirimu."

Kini arah pandang pria itu tertuju pada objek yang menjadi fokus Rania sejak tadi.

"Tentang pemuda itu. berhati-hatilah, dia bertemain baik dengan adikmu," tutur Dante kembali memfokuskan diri pada gadis di hadapnya.

Rania mengangguk. "Hmm, aku tahu!"

"Baiklah, aku harus pergi," ujar Dante sembari mengusap kepala Radia lembut setelahnya melenggang pergi.

"Jaga dirimu," tambah pria itu sebelum benar-benar meninggalkan Rania.

Rania tersenyum. "Kebetulan yang sangat menguntungkan," ujarnya menyeringai.

Gadis itu berbalik dan kembali menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan melelahkan di coffee ini.

HE'S DEVIL || RANIA DENHAAG (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang