★ 𝗢𝟱﹐𝗮 𝗵𝗲𝗹𝗽﹗﹑

520 86 2
                                    

───〃★ 𝗢𝟱, 𝗔 𝗛𝗘𝗟𝗣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

───〃★ 𝗢𝟱, 𝗔 𝗛𝗘𝗟𝗣



𝗦𝗘𝗧𝗘𝗟𝗔𝗛 𝗠𝗘𝗟𝗔𝗞𝗨𝗞𝗔𝗡 misi yang tidak terduga itu, [name] kembali ke apartemennya dan beristirahat di sofa. [name] terkekeh kecil saat mengingat kembali saat dirinya meninggalkan jin woo, mungkin jin woo masih berjalan kaki di luar sana. [name] menaruh tas selempangnya di sofa, lalu beranjak untuk mengganti bajunya yang sudah kotor, di jaketnya bahkan ada cipratan darah bekas orang-orang brengsek tadi.

saat masuk ke dalam kamarnya, pandangan [name] langsung terkunci dengan buku yang kemarin-kemarin dia dapatkan. sampai sekarang [name] tidak tahu apa yang harus dia lakukan dengan buku ini. aura sihir yang dikeluarkan oleh buku ini tidak main-main jumlahnya, sehingga [name] mengurung buku itu di dalam perisai yang mengelilinginya—agar sihirnya terkunci di dalam perisainya.

"this thing ... is a dark magic," gumam [name] pada dirinya sendiri. "a very strong one."

tak lama setelah itu, lamunan [name] diganggu oleh suara dering telepon dari ponselnya. [name] berlari kecil ke arah sofa dan melihat nomor tak dikenal yang sedang menghubunginya. "halo, ini siapa ya?" tanya [name] setelah mengangkat teleponnya.

"nona [name]! saya yoo jin ho yang tadi di dungeon." terdengar suara familiar yang menjawab dari sisi lain.

"ah, jin ho! ada apa kau menghubungiku?" tanya [name] sambil tersenyum kecil.

"begini ... apa kamu bisa bertemu denganku di cafe pene besok sekitar jam delapan? ada sesuatu yang harus ku bicarakan, akan ada tuan sung jin woo juga!" jelas jin ho dengan penuh antusias.

[name] menautkan alisnya, "memangnya ada apa? jika tidak penting aku tidak bisa ikut, jam segitu aku harus war untuk mendapatkan kue yang hanya delapan belas potong per harinya."

jin ho menggelengkan kepalanya dengan panik walaupun [name] tidak dapat melihatnya. "tidak, ini penting! dan lebih nyaman jika di omongkan secara langsung."

[name] menghembuskan nafasnya, "baiklah-baiklah."

☆ ★ ✮ ★ ☆

keesokan harinya, [name] keluar dari pintu apartemennya—bersamaan dengan jin woo yang juga baru saja keluar. "what a great coincidence untuk bertemu orang yang mendorongku ke semak-semak kemarin dan, langsung kabur naik mobil," ucap jin woo sambil tersenyum miring ke arah [name].

"hehe, hai jin woo," ucap [name] sambil melambaikan tangannya kecil, raut wajahnya tersenyum canggung ke arah jin woo. lelaki di depannya itu hanya menatap tajam ke arahnya sambil menaikkan satu alisnya, menunggu kata yang seharusnya keluar dari mulut [name].

"iya aku minta maaf," ucap [name] sambil menggembungkan pipinya. jin woo tertawa kecil lalu berjalan mendekati [name] dan menepuk-nepuk kepalanya.

setelah itu, jin woo dan [name] mulai berjalan bersama ke arah cafe pene yang sebenarnya lumayan jauh dari apartemen mereka berdua.

"tuan, nona! sebelah sini!" teriak jin ho saat jin woo dan [name] memasuki kafe yang sudah direncanakan kemarin.

jin woo duduk di depan jin ho, sementara [name] berada di antara mereka berdua—jin woo dan jin ho. "bagaimana kamu dapat nomorku?" tanya jin woo sambil menarik kursinya.

"aku punya beberapa koneksi di serikat," balas jin ho.

"of course he is," batin [name] melirik ke arah jin ho. lelaki di sebelahnya berasal dari keluarga konglomerat, masa depannya pasti sudah terencana sejak ia kecil. bohong jika orang-orang yang sepertinya tidak mengakui keistimewaan tersendiri yang ia dapatkan.

"apa tuan dan nona mau segelas kopi?" tanya jin ho.

[name] menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis, "aku tidak minum kopi."

"aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi," ujar jin woo kepada lelaki di depannya.

kedua mata jin ho berbinar, "anda adalah penyelamatku! begitu juga dengan nona [name]."

"ya ... kamu memberikan kita semua kristal sihirnya sehingga aku mendapat uang yang lumayan," ucap jin woo. saat kemarin dia menjualnya, dia mendapatkan uang satu juta delapan ribu won, itu adalah nominal yang lumayan. "dan juga karena kamu tidak membuka mulutmu aku tidak memiliki masalah sampai sekarang."

jin ho sedikit tersentak dengan perkataan jin woo, "m - mereka mencoba membunuh kita terlebih dahulu. kita adalah pemburu jadi kita tidak dapat mati begitu mudah, itu adalah pertikaian antar pemburu," balas jin ho.

"orang ini adalah seorang ranker palsu, seorang maniak yang menyukai membunuh. pada dasarnya aku seharusnya tidak terlibat dengannya," batin jin ho, menatap jin woo dengan tatapan waspada.

"jadi ... kenapa kamu ingin menemui kita berdua?" tanya [name] berusaha menurunkan suasana mencengkam di sekitar mereka.

"aku sebenarnya berencana untuk membentuk tim penyerang—"

"ditolak," potong jin woo tanpa dipikir dua kali.

"ta - tapi, aku belum menyelesaikan kalimatku," tanggap jin ho dengan melas.

"aku tidak perlu mendengarnya." [name] memutar kedua bola matanya mendengar tanggapan jin woo yang sok cool. jin woo berdiri dari tempat duduknya dan langsung pergi begitu saja.

"t - tuan!" teriak jin ho.

"karena kamu sedang membentuk tim penyerang, kamu ingin aku bergabung. aku berandai-andai mengapa kamu memanggilku, tapi aku tidak memiliki niatan untuk bermain dengan anak orang kaya, aku pergi dulu bila tidak ada yang lain," ucap jin woo tanpa melihat ke belakang. [name] menghela nafasnya, merasa tidak enak kepada jin ho atas sikap jin woo.

jin ho lalu berdiri dari duduknya dan menggebrak meja. "hanya dua puluh kali! tidak ... tolong bergabung denganku 19 kali saja!"

"kemana? ke dungeon?" tanya jin woo menolehkan kepalanya.

jin ho mengangguk dengan semangat, "iya! aku akan membagimu dengan baik."

"aku terima," balas [name]—memotong pembicaraan mereka berdua, merasa lelah mendengar pertikaian kedua orang di depannya. kedua mata jin ho berbinar saat mendengar jawaban [name].

"sungguh, nona [name]?!" [name] mengangguk dan tersenyum kecil ke arah jin ho. [name] menolehkan kepalanya dan menatap jin woo dengan tajam. "kamu tidak usah malu-maluin," bisik [name] dengan penuh penekanan.

setelah beberapa percekcokan lainnya, jin woo akhirnya juga menerima tawaran jin ho saat melihat digit uang yang akan jin ho berikan. sebenarnya dimaklumi juga, siapa di dunia ini yang tidak akan haus dengan uang?

"terima kasih, tuan dan nona [name]!" ucap jin ho sambil membungkuk berulang kali kepada kedua orang di depannya. [name] hanya menghela nafasnya, padahal dirinya lebih muda dibandingkan dengan jin ho.













a story by our beloved multiverse storyteller

𝙡𝙞𝙯𝙯, 𝙥𝙧𝙚𝙨𝙚𝙣𝙩

𝗘𝘃𝗲𝗿𝗹𝗮𝘀𝘁𝗶𝗻𝗴 𝗝𝗼𝘂𝗿𝗻𝗲𝘆, 𝗦𝗼𝗹𝗼 𝗟𝗲𝘃𝗲𝗹𝗶𝗻𝗴Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang